Jumat, 11 Januari 2019

TAKHALLI, TAHALLI, TAJALLI

Gambar terkait

PENGERTIAN TAKHALLI TAHALLI TAJALLI

BAB I
PENDAHULUAN
A.      LatarBelakang
Dalam pandangan kaum sufi, manusia cenderung mengikuti hawa nafsu ia cenderung ingin menguasai dunia atau berusaha agar berkuasa di dunia.Menurut Al-Ghazali, cara hidup seperti ini akan membawa manusia kejurang kehancuran moral. Kenikmatan hidup didunia telah menjadi tumpuan umat pada umumnya.
 Pandangan hidup seperti ini menyebabkan manusia akan wujudnya sebagai hamba Allah yang harus berjalan diatas aturan-aturan-Nya.
            Untuk memperbaiki keadaan mental yang tidak baik tersebut, seseorang yang ingin memasuki kehidupan Tasawuf harus melalui beberapa tahapan yang cukup berat. Tujuanya adalah untuk menguasai hawa nafsu, menekan hawa nafsu sampai ketitik terendah dan bila mungkin mematikan hawa nafsu itu sama sekali.Tahapan tersebut terdiri atas tiga tingkatanya itu Takhali,Tahalli,Tajalli.
            Oleh karena itu kita sebagai umat manusia harus menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam pelajaran akhlak Tasawuf, agar kita terhindar dari urusan yang hanya mementingkan duniawi dan mengesampingkan kepentingan akhirat.

B.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang teerjadi maka kami menarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksut dengan Takhali?
2.      Apa yang dimaksut dengan Tahalli?
3.      Apa yang dimaksut dengan Tajalli?
4.      Apa manfaat-manfaat melakukan Takhali Tahalli Tajalli?
5.      Apa implementasi Takhali Tahalli Tajalli dikehidupan nyata?
6.      Bagaimana caranya agar tidak mengulang perbuatan buruk ?
7.      Bagaiman caranya melakukan Takhali Tahalli Tajalli yang baik ?
8.      Apa dampak dari Takhali Tahalli Tajalli ?
9.      Faktor apa sajakah yang mempengaruhi perbuatan dari Takhali Tahalli Tajalli ?
C.      Tujuan makalah
Adapun tujuan dari pembuatanmakalah ini yaitu antara lain adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui pengertian Takhali.
2.      Mengetahui pengertian Tahalli.
3.      Mengetahui pengertian Tajalli.
4.      Mengetahui manfaat-manfaat melakukan Takhali Tahalli Tajalli.
5.      Mengetahui tujuan dari Takhali.
6.      Mengetahui tujuan dar iTahalli.
7.      Mengetahui tujuan dari Tajalli.
8.      Mengetahui dasar hokum/dalil Al-Qur’an tentang Takhali Tahalli Tajalli.
9.      Mengetahui dampak dari Takhali Tahalli Tajalli.
10.  Mengetahui faktor apa yang mempengaruhi Takhali Tahalli Tajalli.

BAB II
PEMBAHASAN
A. TAKHALLI
a.      Pengertian
Dalam tarekat Naqsyabandiyah ada 3 (tiga) metode yaitu takhalli, tahalli, dan tajalli.Langkah pertama yang harus dilakukan pengamal tarekat atau salik adalah taubat dan istighfar dari dosa besar maupun dosa kecil. Taubat dan istighfar bagi sisalik ibarat suatu fundamental pada suatu bangunan atau ibarat akar dari sutu pohon.Tidak mungkin jadi pengamal tarekat tanpa taubat nasuha dan istighfar yang sungguh-sungguh dihayati dan dilaksanakan. Pembersihan dan pengosongan diri  rohani dari segala dosa dan noda, dari segala sifat buruk  dan tercela, menghentikan segala perbuatan fakhsayak dan mungkar yang merusak, dan seterusnya , itulah kajian yang dinamakan takhalli.1
Setelah melaksanakan takhalli tindakan selanjunya adalah mengisi tempat yang kosong itu dengan amal-amal yang saleh, yang digerakkan oleh sifat-sifat yang terpuji, yang tumbuh dari hati atau dari rohani yang telah bersih tadi2.

b.      Pelaksanaan
Firman Allah SWT :
وَنَفسٍ وَمَا سَوَّهَا فَاْ لهَمَهَا فُجُورهَا وَتَقوَىهَا قَدأفلَحَ مَن زَكَّهَآ وقد خَابَ مَن دسَّهَا

Arinya : Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya).maka Allah meng ilhamkan kepada jiwa itu (jalan). Kefasikan dan ketaqwaan.Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu.Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q.S. Asy-Syams 91 : 7-10)

Mensucikan diri jasadi dan diri rohani harus simultan dan serentak. Dosa yang dilakukann oleh jasadi, kita namakan dosa lahir, sedangkan dosa yang dilakukan oleh rohani kita namakan dosa batin, sedangkan perbuatan itu sendiri kita nama kan maksiat batin dan maksiat lahir, karena itu mensucikannya harus secara lahir dan batin.
1)      Mensucikan Diri Dari Dosa lahir
Maksiat lahir adalah segala perbuatan yang dikerjakan oleh anggota badan manusia yang merusak diri sendiri atau orang lain, yang menimbulkan pengorbanan yan berbentuk benda, pikiran atau perasaan.
Pada garis besarnya ada 7 (tujuh) anggota badan manusia yang kalau dimanfaatkan untuk kebaikan maka dia merupakan rahmat dan nikmat, tetapi kalau dilaksanakan untuk kejahatan maka dia merupakan kedurhakaan dan kekufuran.

Ketujuh anggota itu adalah:
a.Mata
   Mata seharusnya digunkan untuk melihat alam ini sebagai bukti adanya tuhan, tidak untuk meliahat yang haram.
b.Telinga
    Telinga seharusnya digunakan untuk mendengarkan ajaran-ajaran agama,untuk memaslahatkan hidup didunia dan diakhirat, tidak mendengar sesuatu yang mendorong kepada maksiat.
c.   Mulut
Mulut seharusnya digunakan untuk perbuatan baik dan bermanfaat.Tidak untuk mengatakan perkataan-perkataan yang tidak baik, berdusta, dan seterusnya.
d.   Tangan
Tangan seharusnya digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun masyarakat, bukan dipergunakan untuk merusak.
e.   Kaki
Kaki seharusnya digunakan untuk mencari rezeki yang halal dan mengerjakan ibadah, tidak untuk mencari rezeki yang haram dan berbuat maksiat.
f.    Perut
Perut seharusnya diisi dengan makanan yang halal dan baik, tidak diisi dengan makanan yang haram, untuk berbuat maksiat.
g.   Kemaluan
Kemaluan seharusnya digunakan untuk mencari keturunan melalui menikah, tidak digunakan untuk memuaskan syahwat dengan berzina dengan menghancurkan kehidupan bermasyarakat.
            Syekh Amin Al – Kurdi mengatakan maksiat dan dosa lahir ini perbuatan-perbuatan yang tercelah(Azab). (Amin AL- Kurdi 1994 : 389-390).

2)      Mensucikan Diri Dari Dosa Batin
Maksiat batin yang menimbulkan dosa batin adalah sangat berbahaya, karena dia tidak terlihat dan berada pada diri manusia itu sendiri. Maksiat batin inilah yang menimbulkan dan membangkitkan maksiat lahir yang berbentuk kejahatan, kejahatan yang dilakukan oleh anggota-anggota badan lahir.Maksiat batin tumbuh dan berkembang oleh sebab jarang disucikan atau tidak pernah disucikan.
Syekh Amin Al-Kurdi mengatakan bahwa maksiat batin itu sebagai sifat-sifat yang tercelah dan itu merupakan najs-najis maknawiyah yang tidak mungkin orang mendekatkan diri kepada Allah swt sebelum disucikan.
Pusat dari segala sifat yang tercela tadi adalah hati nurani atau dari hati nurani manusia itu sendiri.
Cara mensucikan / memberantas maksiat batin yang menimbulkan dosa batin adalah dengan berzikir pada 7 (tujuh) tempat Latifal, yaitu : latifal qalbi, latifal ruh, latifal sir, latifatul khafi, latifatul akhfa, latifat nafsun natikah dan latifatul kullul jasad, cara berzikir pada latifah-latifah itu dan buahnya akan dijelaskan pada bagian zikir lataif.

            B. TAHALLI
     
      a.      Pengertian
Seorang yang terus menerus mengisi diri rohaninya dengan sifat sifat terpuji, yaitu dengan melaksanakan amalan-amalan shaleh, baik yang wajib maupun yang sunat, yang dilaksanakan dengan ikhlas, dengan perasaan syukur, penuh tawakal seraya mengharap ridha Allah swt, itu yang dinamakanTahalli.
Tahalli secara harfiah berarti “mengisi” dan “menghiasi” diri atau menyibukkan diri dengan sifat-sifat dan amal-amal terpuji yang digariskan dan ditetapkan dalam syariat Islam.3
Pengisian diri rohani dengan sifat-sifat mahmudah dengan kegiatan-kegiatan ‘akhmalush shalihat’  adalah amat penting, karena kesibukan-kesibukan baru, yaitu kegiatan amal kebaikan . Inilah yang dinamakan Inabah.Inabah artinya kembali kejalan yang hak atau benar, mengganti kebiasaan yang buruk dengan kebiasaan yang baik.
     
      b.      Pelaksanaan
           Firman Allah swt :
“sesungguhnya allah menyuru kamu berllaku adil dan berbuat kebaikan, memberi kepada kaum kerabat( apa yang mereka perlukan ), dan melarang dari pebuatan keji, kemungkaran dan permusuhan ……….. ( Qs. An – nahl : 90 )
          Ayat ini menjadi dasar utama supaya kita berakhlakul karimah atau berakhlak mulia.Seorang yang berakhlak mulia.Merupakan manifestasi dari rohaninya yang bersih, bersih dari sifat-sifat yang tercela dan telah menerima pancaran nur/cahaya Tuhan.
Nur Uluhiyah memancarkan nurul iman, Nurul Islam dan  nurul ikhsan.
Nurul Iman mengusir gelapnya kemusyrikan yang sekaligus menampakan pancaran ikhlas berserah diri hanya kepada Allah swt.Mata hati dengan Nur Iman melihat kebenaran yang Hakiki yang datang dari Allah swt.

Nurul Ikhsan Islam mengusir gelapnya kekafiran dan kemaksiatan yang sekligus menampakan nur keimanan dan ketaatan. Dengan jalan ini melalui Nurluhiyah, seorang dapt melihat kebenaran yang hakiki yaitu mentauhidkan Allah swt.Nur ikhsan mengusir gelapnya kesamaan yang mendua kan Allah swt. Mata hati ketika itu melihat kebesaran yang hakiki, sehingga tampak olehnya Nur wujud Allah swt.

              Apabila seseorang berakhlak dengan akhlak mahmudah ini, menjadi dekatlah ia kepada Allah dan Rosulnya, maka ia akan mendapatkan kebahagiaan didunia dan di akhirat.
Selanjudnya Syekh Amin Al Kurdi menjelaskan, bukanlah yang dimaksud dengan mengosongkan (takhalli) dari sifat-sifat tercelah dan mengisi tahalli dengan sifat-sifat terpuji itu, menghabiskan atau memusnahkan semua sifat-sifat tercela tadi dan mengganti dengan sifat-sifat terpuji yang baru. Sifat-sifat tercela dan sifat-sifat terpuji, kedua duanya ada tertanam bibitnya pada diri manusia, yang tidak mungkin kita musnahkan secara total dan menggantinya dengan yang baru. Yang dapat dilakukan manusia adalah mangarahkan dan mebentuk suatu sifat kebiasaan terpuji.Sifat sifat tercelah itu ibarat suatu penyakit menahun yang harus terus menerus diobati dibawah pengawasan seorang dokter ahli, sehingga penyakitnya tidak selalu kambuh. Demikian pulavlah halnya untuk mengobati sifat-sifat yang tercela tadi, dilaksanakan dibawah pengawasan syekh Mursyid
(Amin Al Kurdi 1994 : 390-391).
     
C.   TAJALLI
     a.  Pengertian
Tajalli adalah orang-orang yang telah melaksanakan takhalli dan tahalli secara baik dan sempurna dengan riyadhah dan mujahadah yang terus menerus, sehingga dia sampai kepada tingkat hakikat yang akhirnya menjadi kekasih Allah swt.4 Adapun pengertian dari mujahadah adalah keseimbangan antara pekerjaan batin yang terdiri dari nafsu, pikiran dan hati nurani dengan pekerjaan fisik. Sedangkan riyadhah adalah latihan kerohanian dalam melaksanakan hal-hal yang terpuji, baik dengan cara penyikapan terhadap hal-hal yang benar.5
            Sesungguhnya oarang yang telah sampai ketingkat tajalli tertinggi, dia telah melewati fase-fase, riyadhah dan mujahadah yang sungguh-sungguh dan terus menerus, sehingga kehidupannya selalu dalam keadaan muqabah yang terus menerus, akhirnya memperoleh musyahadah, lalu makrifat dan akhirnya fana fillah.
Orang yang fana fillah, tajali-lah baginyaNur Uluhiyah, sehinggah dia mengetahui rahasia-rahasia yang ghaib, karena telah hilang sifat basyariyahnya yang menjadi hijab untuk dapat kasyaf.
     
      b.  Pelaksanaan
Orang yang fana fillah hingga dia menjadi tajalli, adalah orang yang pada waktu itu sedang munajat beribadat kepada-Nya, fana dan tajalli adalah kehendak Allah swt yang merupakan rahmat dan kerunia dari padaNya.
Syekh Abu Yazid busthami setiap membicarakan fana dan membicarakan baqa dan pada waktu yang bersamaan membicarakan adanya tajalli. Atau dengan kata lain, adanya fana baru adanya dengan adanya baqa atau adanya fana baru adanya dengan adanya tajalli.
       
.      Tajalli Af’al
Tajalli Af’al (perbuatan) lenyapnya af’al seorang hamba dan yang adanya hanya af’al  Allah swt. Af’al yang hakiki adalah af’al Allah. Segala sesuatu yang ada ini pada hakikatnya adalah hasil af’al Allah, yang dilakukan oleh mahluknya merupakan sunnah tullah semata. Sunnah tullah yang merupakan sebab akibat.
Firman Allah swt :
وَ الله خَلَكُم وَمَا تَمَلُونَ
Artinya : Padahal Allah lah yang menciptkan kamu dan apa yang kamu perbuat itu (Qs Ash Shafat 37 : 96)
       
2.      Tajalli Asma
Tajalli asma ialah fananya seorang hamba pada waktu ibadat atau munajat kepada salah satu atau beberapa dari asma Allah swt.
3.      Tajalli Sifat
Tajalli sifat adalah seseorang fana dengan sifat-sifat Allah yang maha sempurna.Seseorang yang fana filsifat secara haqqul yakin merasakan keagungan sifat-sifat Allah itu. Pengerian tajalli sifat hamper sama dengan pengertian tajalli asma’
.
4.      Tajalli Zat
Tajalli Zat ialah fananya seseorang hamba kedalam zat yang wajibul wujud, sehingga terpancarlah Nur bahwa hanya Allah sajalah yang merupakan wujud yang mutlak.
Sesungguhnya proses takhalli, tahalli, tajalli itu, tidaklah hanya selesai satu tingkat atau satu tahap baru memasuki tingkat atau tahap selanjutnya. Pelaksanaannya  adalah bersama-sama, sesuai dengan riyadhah dan mujahadah yang dilaksanakan dan tergantung pula kepada rahmat dan karunia Allah swt.

D.     Manfaat Melakukan Takhalli dan Tahalli Tajalli dalam Kehidupan Sosial
Menghindari sifat buruk dan menghiasi diri dengan sifat mulia dapat mempererat silaturahim dan persaudaraan antar-penganut agama Islam bahkan dengan non-Islam. Justru mungkin itulah tujuan dari takhalli dan tahalli. Itulah yang menjadi inti dari pengamalan tasawuf, yaitu menghindari segala larangan Allah SWT dan hal-hal yang tidak memperoleh cinta-Nya serta menghiasi diri dengan akhlak mulia6. Prof. Dr. Jalaluddin Rachmat (Kang Jalal) berkata, “Dahulukan akhlak di atas fiqh”. Akhlak mulia itulah yang akan menjaga persaudaraan antar-umat manusia.

E. Implementasi Hubungan Tasawuf dan Akhlak dalam kehidupan sehari-hari yaitu:
a.      Implementasi kepada Allah SWT :
    Shalat 5 waktu
    Puasa wajib dan puasa sunnah
    Ibadah haji
    Zakat, infaq, dan sodaqoh
b.      Implementasi antarsesama manusia :
    Saling tolong menolong
    Saling menghargai antar sesama
    Menghormati orang yang lebih tua
c.       Implementasi kepada lingkungan :
    Menjaga kebersihan lingkungan
    Tidak membuang sampah sembarangan
    Melestarikan habitat yang hampir punah

Hubungan antara Tasawuf dan Akhlak
Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia, sedangkan tasawuf mengatur jalinan komunikasi vertikal antara manusia dengan Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam praktiknya tasawuf mementingkan akhlak. Selanjutnya pada tasawuf akhlaki pendekatan yang digunakan adalah pendekatan akhlak yang tahapannya terdiri dari takhalli, tahalli, dan yang terakhir yaitu tajalli.

F.    ANALISA
Kita manusia tidak pernah luput dari dosa, baik dosa yang dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja. Oleh karena itu, kita harus terus mengintropeksi diri agar tidak terlalu melangkah jauh ke arah yang sesat. Kita harus selalu senantiasa membersihkan hati kita dengan cara bertakhali, lalu kita berlomba-lomba melakukan kebaikan seperti perbuatan tahalli adapun perbuatan baik tahalli adalah:
1.      Zuhud
2.      Qona’ah
3.      Sabar
4.      Tawakal
5.      Mujahadah
6.      Ridha
7.      Syukur
8.      Ikhlas
Setelah seseorang melalui dua tahap tersebut maka tahap ketiga yakni tajalli, seseorang hatinya terbebaskan dari takbir (hijab). Tajalli bermakna pencerahan, sebuah pemancaran cahaya batin, penyingkapan rahasia Allah, dan pencerahan hati hamba-hamba saleh.
Akhlak dan tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya, mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia, sedangkan tasawuf mengatur jalinan komunikasi vertikal antara manusia dengan Tuhannya. Akhlak menjadi dasar pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam praktiknya tasawuf mementingkan akhlak. Selanjutnya pada tasawuf akhlaki pendekatan yang digunakan adalah pendekatan akhlak yang tahapnya terdiri dari takhalli, tahali, dan yang tertakhir yaitu tajalli.     

G.    CARA MELAKUKAN TAKHALLI,TAHALLI, DAN TAJALLI
a.       Menghayati segala bentuk ibadah,sehingga pelaksananya tidak sekedar apa yang dilihat secara lahiriyah, namun lebih dari itu memahami makna hakikatnya.
b.      Riyadhoh(latihan) dan mujahadah ( perjuangan) yakni berjuang dan berlatih membersihan diri dari kekangan hawa nafsu dan mengendalikan serta tidak menuruti keinginan hawa nafsunya tersebut.
c.       Mencari waktu yang tepat untuk mengubah sikap buruk dan mempunyai daya tangkal terhadap kebiasaan buruk dan menggantikannya dengan kebiasaanya yang baik.
d.      Muhasabah(koreksi) terhadap diri sendiri dan selanjutnya menginggalkan sifat-sifat yang jelek itu. Memohon pertolongan Allah dari goda’an syaitan.


BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Manusia yang mampu mengkosongkan hatinya dari sifat-sifa tercela (Takhali), dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji Tahalli, segala perbuatan dan tindakanya sehari-hari berdasarkan niat yang ikhlas.Ia ikhlas melakukan ibadah kepada Allah. Ikhlas mengabdikan kepentingan agamanya, maka rangkaian pendidikan mental itu di sempurnakan pada fase Tajalli. Tajalli berarti terungkapnya nur gaib untuk hati. Apabila Tuhan telah menembus hati hambaNya dengan nurNya. Pada tingkat ini hamba Allah itu bercahaya terang benderang, dadanya  terbuka luas dan Lapang, terangkatlah tabir rahasia dalam melakukan dengan karunia rahmat itu. Pada saat itu jelaslah segala hakikat keTuhanan yang selama ini terdinding oleh kekotoran jiwanya. Siapa bertasawuf tanpa kefaqihan (ilmu) sungguh zindik (sesat), siapa faqihnya namun tak berTasawuf sungguh fasik.

B.  Saran
Kita harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT agar kita mendapat ridho dan pengampunannya di akhirat nanti.

PENJELASAN MARTABAT TUJUH
1. Martabat Ahadiyat.
yaitu martabat la Ta'yun dan ithlaq. Ialah tahap yang belum mengenal individuasi, inilah martabat yang tersembunyi (kosong), namanya Dzat Mutlak. Hakikat ketuhanan. Tak seorangpun dapat meraih-Nya, bahkan nabi-nabi dan wali-walipun tidak. Para malaikat yang berdiri dekat Allah tidak dapat meraih hakikat Yang Maha Luhur, tak seorangpun mengetahui atau merasakan hakikat-Nya. Sifat-sifat dan nama-nama belum ada, sebuah manifestasi yang jelaspun belum ada. Hanya Dialah yang ada dan nama-Nya ialah " wujud makal" Dzat Yang langgeng, hakikat segala hakikat. AdaNya ialah kesepian atau kekosongan (kosong tapi ADA). Siapakah gerangan yang tahu akan hal keadaan ini?
Ianya Martabat Tertinggi Ketuhanan. Tuhan digambarkan sebagai Dzat yang tidak bisa disebut dengan apa pun. Inilah Tuhan Sejati bagi manusia. Dalam Islam sering disebut dengan keadaan Kunhi Dzat atau Dzat semata. Para sufi Jawa menyebutkan dengan istilah Aku. Pada keadaan ini, tidak ada sesuatu selain Dzat Tuhan. Kosong hampa. Sunyi-senyap. Tidak ada sifat, nama, atau perbuatan. Maka Ibn ‘Arabi pernah melontarkan gagasan kesatuan semua agama. Hal ini bisa diterima jika dipandang dalam keadaan ini, yakni keadaan Aku semata.

“Tiada satupun yang menyerupai-Nya, Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS, Asy Syuura 42:11).
Al-Hafizh al-Bayhaqi dalam karyanya berjudul al-Asma’ Wa ash-Shifat, dengan sanad yang baik (jayyid), -sebagaimana penilaian al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari-, meriwayatkan dari al-Imam Malik dari jalur Abdullah ibn Wahb, bahwa ia -Abdullah ibn Wahb-, berkata:

“Suatu ketika kami berada di majelis al-Imam Malik, tiba-tiba seseorang datang menghadap al-Imam, seraya berkata: Wahai Abu Abdillah, ar-Rahman ‘Ala al-arsy Istawa, bagaimanakah Istawa Allah?. Abdullah ibn Wahab berkata: Ketika al-Imam Malik mendengar perkataan orang tersebut maka beliau menundukan kepala dengan badan bergetar dengan mengeluarkan keringat. Lalu beliau mengangkat kepala menjawab perkataan orang itu: “ar-Rahman ‘Ala al-arsy Istawa sebagaimana Dia mensifati diri-Nya sendiri, tidak boleh dikatakan bagi-Nya bagaimana, karena "bagaimana" (sifat benda) tidak ada bagi-Nya. Engkau ini adalah seorang yang berkeyakinan buruk, ahli bid’ah, keluarkan orang ini dari sini”. Lalu kemudian orang tersebut dikeluarkan dari majelis al-Imam Malik (Al-Asma’ Wa ash-Shifat, h. 408)".

hakikat Allah adalah Wujudnya, dan wujudnya sebenarnya adalah Dzatnya. Wujud-Nya Mutlak (tanzih) tidak mempunyai bentuk, rupa, had, awal dan akhir. Mestipun begitu Dia menzahirkan (tasybih) dalam pelbagai bentuk dan rupa, walaupun begitu penzahiran ini berlaku tanpa perubahan dalam Dzatnya.
Penzahiran ini dapat dianalogikan begini: (ini cuma untuk memudahkan pemahaman tetapi keadaan sebenarnya bukanlah begitu), di malam bulan purnama yang terang, letakkan pelbagai bekas yang mengisi air di kawasan nan lapang, maka akan didapati bayangan bulan nan satu kelihatan dalam pelbagai bekas air tersebut, dan bayangan bulan dalam bekas air itu tidak serupa antara satu dengan yang lain. Bayang-bayang bulan yang terdapat di dalam bekas air yang pelbagai itu, adalah juga pelbagai dari segi bentuk rupa dan saiz. Walaupun begitu banyak bayangan bulan, tapi bulan nan satu tetap tidak ada perubahan dari segi zatnya, bulan tetap seperti bulan yang asalnya (dahulunya). Dia sekarang tetapi seperti Dia yang dahulunya, dan kebalikannya Dia dahulunya tetap seperti Dia yang sekarang. Tiada satu pun yang besertanya, dan tidak satupun yang menyerupainya.


2. Martabat Wahdat.
Dalam Martabat Ahadiyat, Tuhan adalah Dzat yang Sifat-Nya Suci yang berdiri sendiri. Tak ada yang lain selain Diri-Nya. Dia rindu untuk dikenal, namun siapa yang akan mengenal-Nya karena tidak ada yang lain selain Diri-Nya. Tuhan berkehendak menciptakan makhluk agar Diri-Nya dikenal oleh makhluk tersebut. Inilah proses awal penciptaan. Tuhan hendak menciptakan makhluk. Untuk menciptakan sesuatu pastilah menggunakan bahan. Bahan tersebut diambil dari-Nya sendiri. Logis, karena tidak ada bahan lain selain Diri-Nya. Tidak tersisa ruang sedikit pun untuk selain Diri-Nya,maka otamatis Tuhan mengambil bahan dari Diri-Nya sendiri. Sebenarnya pencipaan ini lebih bersifat maknawi, Dia tidak pernah membuat sesuatu yang baru, namun hanya menampakkan Diri dengan penampakan lain atau tajalli.Tuhan menurunkan kualitas Diri-Nya, dari Dzat Mutlak yang teramat Suci menjadi dua sebagaimana dibayangkan akal. Tidak seperti itu sama sekali. Penurunan ini hanya sekedar ungkapan yang bermakna simbolis. Sama halnya dengan air laut yang menampakan diri dengan penampakan lain berupa gelombang. Sebenarnya tidak ada bedanya antara air laut dan gelombang, keduannya adalah satu juga.

Inilah martabat Tuhan yang kedua yakni Martabat Wahdat. Dia sudah melakukan proses pencipaan pertama. Ciptaan pertama-Nya ini berupa Nur Muhammad atau Cahaya Muhammad. Ranggawarsita menyebutnya sebagai Syajaratul Yakin atau Pohon Keyakinan. Ibnu ‘Arabi menjabarkannya sebagai Asyajaratul Kaun atau Pohon Kejadian. Cahaya ini memiliki nama agar mudah dikenali. Orang-orang Islam menyebut-Nya dengan sebutan Allah. Di berfirman : “Allah adalah Cahaya bagi langit dan bumi.” Nur Muhammad bukan Tuhan tapi juga bukan makhluk. Ia ada di tengah-tengah antara keduannya. Namun dalam Martabat Wahidiyat ini, Nur MUhammad lebih bersifat ketuhanan. Allah yang di sembah orang-orang hakikatnya adalah Tuhan yang sudah menurunkan Diri, bukan Tuhan Sejati. Tuhan Sejati itu adalah Dzat Mutlak atau Aku.

Martabat ini adalah tingkatan Sifat secara keseluruhan (Ijmal) dengan segala nama, disinilah hakikat Nabi kita Muhammad SAW, yaitu sebagai asal jadi dari segala yang jadi, Hawiyatul Alam atau Hakikat Alam. Segala apapun adalah dari pada Nur Nabi kita Muhammad SAW, sebagaimana sabda beliau :

“Mula-mula yang Allah jadikan adalah Nur Nabimu ya, Jabir. Dan Allah jadikan dari pada Nur itu, segala sesuatu ini, dan engkau hai, Jabir termasuk daripada sesuatu itu.”
Dalam Hadits lain Rosulullah SAW bersabda:

“Aku adalah daripada Allah, dan Orang Mu’min adalah daripada ku .”

“Sesungguhnya Allah ciptakan Ruh Nabi Muhammad dari pada Dzat-Nya, lalu Allah ciptakan alam dengan rahasiah-Nya daripada Nur Muhammad SAW.”

Adapun Alam Wahdat (Jabarut) adalah di dalam martabat Tain Awal artinya pernyataan yang pertama atau kecintaan yang pertama,

3. Martabat Wahidiyat.
Penampakan atau tajalli Tuhan berikut ini adalah Martabat Wahidiyat yaitu ASMA’. Pada martabat ini, Nur Muhammad yang bernama Allah dan bersifat ketuhanan menurunkan Diri menjadi Nur Muhammad yang bersifat kemakhlukan. Maka cahaya ini tidak lagi sebagai Tuhan, namun sebagai makhluk yang masih berupa satu kesatuan cahaya. Disinilah terjadi proses pencitaan sebagaimana digambarkan oleh Ibn ‘Arabi dalam pohon kejadian yang tidak pernah putus mengalir. Benih tersebut berasal dari Cahaya Satu, dan Cahaya yang satu tersebut berasal dari Dzat-Nya.

Dimana dari Martabat Wahdat, terciptalah empat nur sebagai berikut :
  • NURUN (Cahaya) = Gambaran Cahaya Merah
  • HAWAAUN (Angin) = Gambaran Cahaya Kuning
  • MAAUN (Air) = Gambaran Cahaya Putih
  • TUROBUN (Tanah) = Gambaran Cahaya Hitam
Dan disebut juga NUR MUHAMMAD. Ianya berasal dari JOHAR AWWAL, dan cahaya yang empat diatas, adalah Hakikatnya ADAM, yaitu ASMA ALLAH.
Gambaranya adalah sebagai berikut :
  • Cahaya Merah = Jadi Hakekatnya lafad Alif
  • Cahaya Kuning = Jadi Hakekatnya Lafad Lam Awwal
  • Cahaya Putih = Jadi Hakikatnya Lafad Lam Akhir
  • Cahaya Hitam = Jadi Hakikatnya Lafad Ha
  • Johar Awwal = Jadi Hakikatnya Tasydid.
Syari’atnya adalah Lafad ALLAH, itulah sumber semua makhluk yang berada di Tujuh lapisan Bumi, dan makhluk yang berada di Tujuh lapisan langit.

Demikian Halnya, RUKUN ISLAM juga berasal dari cahaya tersebut di atas, dan gambaranya adalah sebagai berikut :
  • Syahadat = Karena adanya Johar Awwal
  • Sholat = Karena adanya Cahaya Merah
  • Zakat = Karena adanya Cahaya Kuning
  • Puasa = Karena adanya Cahaya Putih
  • Naik Haji = Karena adanya Cahaya Hitam
Demikian halnya Waktu Sholat juga berasal dari cahaya yang sama dan gambaranya adalah sebagai berikut :
  • Subuh = Bagian Nabi Adam
  • Dzuhur = Bagian Nabi Ibrohim
  • Ashar = Bagian Nabi Nuh
  • Mahgrib = Bagian Nabi Isa
  • Isya = Bagian Nabi Musa
Demikian juga Rukunnya Sholat 5 Perkara :
  • Berdiri
  • Takbiratul ikhram
  • Ruku
  • Sujud
  • Duduk
Juga Para Sahabat empat, kelimanya Rosulullah :
  • Sahabat Abu bakar As Shidiq
  • Sahabat Umar bin Khatab
  • Sahabat utsman bin Affan
  • Sahabat Ali bin Abi Thalib
  • Kanjeng Rosulullah
Mazhab juga berjumlah empat kelima Baitullah:
  • Mazhab Syafi’i
  • Mazhab Hanapi
  • Mazhab Hambali
  • Mazhab Maliki
  • Baitullah
Demikian gambaran dari Asmanya Allah Ta’ala, Hakikatnya NUR MUHAMMAD adalah Cahaya yang empat kelima Johar Awwal.

Dari sini pula lahirnya “Kalam Qadim”, yaitu “ANNAHU ANALLAHU,, Artinya : Aku-lah Allah.
“ Dengan Aku ada, apa saja yang telah ada, dan dengan Aku akan ada apa saja yang akan ada. Maka adanya semua ‘alam ini adalah denganKu”.
“Aku adalah Rahasia (Perbendaharaan) Yang tersembunyi. Lalu Aku berkeinginan agar dikenal, kemudian aku Ciptakan alam serta makhluk (Muhammad) tidak lain agar mereka bisa Ma’rifat (mengenal) kepada Aku”.
“Alif Dzat adalah Mesra rahasiahnya pada segala zarrah, dan Ha adalah Hayatul Alam (Kehidupan alam semesta), dari situlah permulaannya dan menetapnya.”

Alif dan Ha yang dimaksud ini di I’tibarkan dari huruf-huruf yang tertera pada nama Nabi kita Muhammad SAW dengan nama yang lebih dikenal dilangit dengan sebutan “Ahmad”.
Jadi, jelaslah, benih-benih kejadian berasal dari Cahaya Tuhan. Setiap penciptaan berasal dari-Nya. Setiap gerakan, tindakan, perkataan, pemikiran, angan-angan, semuannya bermula dari benih tersebut. Tidak ada satu gerakan pun dari makhluk yang lepas dari benih tersebut.
Dalam martabat ini pula Tuhan melahirkan Kehendak-Nya. Kehendak atau Iradat tersebut Dia salurkan dalam setiap benih kejadian. Tumbuhlah benih tersebut menjadi akar yang menjalar ke bawah. Akar atau Kehendak Tuhan inilah yang menjadi pondasi setiap ciptaan, maka segala sesuatu memiliki akar kejadian yakni berada di bawah kendari Tuhan dan terjadi atas kehendak-Nya.
Kehendak Tuhan merupakan ketetapan yang pasti atau takdir. Tuhan menyimpan taikdir tersebut di suatu tempat yang tersembunyi hingga tak satu pun yang mengetahuinya, kecuali orang-orang tertentu yang Dia beri kekuasaan untuk mengetahuinnya. Tuhan pun berfirman: ” Sesungguhnya Allah memiliki takdir (ketetapan) terhada segala sesuatu.” Dengan takdir inilah benih tersebut tumbuh keatas menjadi batang. Batang tersebut mampu tumbuh keatas karena memiliki kemampuan atau kudrat yang berasal dari Kudrat-Nya. Semakin tinggi batang itu naik hingga bercabang menjadi dua. Inilah sifat makhluk sejati, yakni bercabang menjadi dua yang saling berpasangan. Tuhan membuat keadaan makhluk menjadi berpasangan sebagai tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya. Dia memerintahkan agar manusia mengenal dua sifat yang saling berlawanan ini, “Dan Aku menciptakan laki-laki dan perempuan agar mereka saling mengenal satu sama lain.” Ini menjadi petunjuk bagi manusia untuk tidak dalam penampakan kemakhlukan yang memiliki dua pasangan. Manusia yang masih mengagungkan salah satu sifat pasangan dan mengesampingkan sifat lainnya akan tersesat. Padahal dua-duanya berasal dari-Nya. Inilah martabat yang bersifat kemakhlukan namun masih menjadi satu dan belum terpisah-pisahkan. Semua kejadian makhluk masih berbentuk konsep yang tersimpan rapi dan terjadi di sisi-Nya.
Adapun alam Wahidiyat (malakut) itu adalah pada mertabat Tain Sani artinya pernyataan yang kedua, maka dinamakan Ismul ASMA 'Tuhan bernama WAHADIAH. Dinamakan Wahadiah itu adalah Zatul AHADIAH MAUSUP SIFATUL Wahdah.

Dinamakan juga A’YAN TSABITAH artinya : Benda-benda yang ada sebelum Dari wujudnya di luar. Tidak ada di sana itu melainkan zatnya dan segala sifatnya yang qadim ini, yaitu yang belum keluar lagi dari kalimat "KUN". Ia tidak mencium bau ada sekali-kali "kai-nun" yaitu setiap adanya itu ada permanen seperti ada jua. Benda-benda yang ada sebelum Dari wujudnya di luar.
Dinamakan AL Kanzul MAKHFI artinya perbendaharaan yang tersembunyi
Dinamakan AL-'AMA artinya yang kelam atau gelap
Dinamakan ALAM HAKIKAT, ROHANI, NYAWA ADAM, ALAM QALBI, ALAM akhirah, ALAM INSAN BATIN, ALAM KAYANGAN
Maka jadilah ROHANI yang dinamakan nyawa Adam, nyawa kita. Maka nyawa kita yang belum bertubuh dengan nama ROHANIUN. Maka Rohani itulah yang mendoakan jasadnya yang menjadi ADAM, maka jadilah Adam Awal. Di kala Tain Sani ada Nafi dan Isbat, berkumpul dan bercerai, karena itu Tuhan jadikan ALAM ROH dari alam malakut.

Maka dari alam Wahidiyat (malakut) itu turunlah: -
a. ALAM RUH/ARWAH
b. ALAM MISAL
c. ALAM AJSAM
d. ALAM INSAN

Adapun Rohani itu Afa’al Muhammad, adapun A’yan Sabitah itu Asma Muhamad, adapun Insan itu Sifat Muhammad, adapun Zatul Muqid itu Zat Muhammad. Maka semua yang tersebut itu adalah baru. Maka dari Afa,al Muhammad itu jadilah Pohon Dunia ini, maka dunia ini, dan dunia ini untuk tempat Roh-roh berjasad dengan lembaganya yang berupa manusia yaitu Adam. Dunia dijadikan supaya semua Rohani-rohani (Rohaniun) yang telah ada itu, yang di dalam Alam Roh itu agar dapat turun ke dunia dan memiliki tubuh yang dinamakan lembaga manusia dan dengan tubuhnya itu yang dinamakan jasad itu, dapatlah Rohani menunaikan dn tugasnya kepada Allah Taala sebagaimana yang diikrarnya, sebagaimana yang diisyaratkan oleh Firman: - "Apakah tidak aku ini Tuhanmu, mereka mengatakan “Bala Syahiduna."

4. Alam Arwah
Martabatnya adalah Af’al ( AF’ALULLAH ). Konsep atau skenario Tuhan tidak akan berwujud nyata jika tidak dimasukkan kedalam suatu wadah. Proses penampakan atau tajalli Tuhan berikutnya adalah menciptakan wahana bagi kehendak-kehendak-Nya tersebut. Dalam martabat ini, Tuhan menciptakan makhluk yang sangat halus yakni ruh. Ruh adalah sarana sebagai sumber kehidupan. Ruh itu berasal dari Diri Tuhan. Mula-mula, Ruh tersebut masih satu dan akhirnya terbagi-bagi menjadi banyak sekali. Bagian-bagian ruh tersebut siap untuk mengisi tiap-tiap bentuk yang akan diciptakan-Nya kemudian.
Proses terciptanya alam dunia ini, bisa digambarkan dengan akliah seperti ini; Ibarat sebuah Proyektor film Alam Wahdat ( Johar Awwal ) digambarkan sebagai Sumber tenaga yang menghidupkan proyektor tersebut, sehingga mampu menghsasilkan cahaya yang pijar, dan dan Alam Wahidiyat (Nur Muhammad) digambarkan sebagai Kaca Lensa 4 (empat) susun yaitu :

  • NURUN = Diibaratkan Lensa Merah
  • HAWAAUN = Diibaratkan Lensa Kuning
  • MAAUN = Diibaratkan Lensa Putih
  • TUROBUN = Diibaratkan lensa Hitam
Kemudian kempat lensa tersebut di Sorot Kekuatan Super Cahaya “JOHAR AWWAL” dan keluarlah dari empat lensa tersebut gambaran :
  • Dari Lensa Merah = Keluarlah Api Alam Dunia
  • Dari Lensa kuning = Keluarlah Angin Alam Dunia
  • Dari Lensa Putih = Keluarlah Air Alam Dunia
  • Dari Lensa Hitam = Keluarlah Bumi Alam Dunia
Dengan Qodrat dan Iradat-Nya Allah Ta’ala, maka jadilah alam ini, dan disebut juga Alam Kabir, Demikian kejadian alam ini adalah dari NUR MUHAMMAD.
Dinamakan NUR MUHAMMAD dan sekalian rUh yang keluar dariapanya itu yang berkelanjutan menajdi alam eksternal yaitu dari Nur Muhammad melalui kata "KUN" maka jadilah:
  • Arsyur Rahman Alam gaib lagi gaib
  • Arsyul Azim
  • Arsyul Karim Alam gaib
  • Al Kursi A'azam Alam Nyata
  • Jabal Qaf
  • 7 lapis bumi
  • 7 lapis langit
  • Segala galaksi
  • Bumi Kita 

  • Dinamakan ALAM ARWAH atau ROH yakni terkumpulnya arwah segala anbiya, mursalin dan segala mu'min.
  • Dinamakan ASHLUL ARWAH yaitu Mazh harul atam, Jadi "Khatamun nabiyin wa syaidul mursalin wa rahmatul lil alamin"
  • Dinamakan ALAM SUNYI dari tergantung dengan tabiat lagi basith.
  • Dinamakan juga CAHAYA MUHAMMAD, ALAM NYAWA, martabat WUJUDIAH, Alam di bawah kalimat "KUN", Pemerintah Alam Saghir dan Alam Kabir, TAIN TSALASA, ALAM ROH, NYAWA KITA.
Adapun Alam Roh lebih dahulu dijadikan Allah dari Dunia yang fana ini. Adapun Dunia ini adalah ibarat layar putih dan pentas ke Rohaniun itu yang datang ke dunia menjalankan tugas dan peran masing-masing, yang jadi seniman dengan lakunnya.

Keranan adanya Rohani, maka adanya Jawahir Basit yaitu: -
a. FUAD
b. KALBUN
c. LABBIN
d. SUDUR
e. KABAD
f. SAUDA '
g. SYIFAP

Maka semuanya itu adalah hal Roh, maka jadilah: -
a. Berperang Sabil dengan nafsunya yang jahat
b. Membuat Ahsan
c. Melakukan Mujahidah masing-masing dengan tempat atau makamnya,

Dengan itu maka adanya jalan nafsu itu jadi dua yaitu: -
a. Jalan nafsu yang bernama Hati Sanubari
b. Jalan nafsu yang bernama Hati Nurani maka Roh-roh yang taat pada sisi

Tuhan, setelah berganti dengan nama nyawa karena ada memiliki jasad masing-masing maka jadilah Roh itu tiga mertabat yaitu: -
a. Martabat Amar Rabbi
b. Martabat Hati Nurani
c. Martabat Ubudiah

Mana-mana Roh yang tidak taat setelah ada memiliki jasad masing-masing itu, maka jadilah tiga mertabat yaitu: -
a. Bangsa hewan
b. Dinamakan bangsa setan
c. Dinamakan bangsa hati sanubari

Maka Alam Ruh itu adalah Alam Ghaib. Ia lebih adanya dari Dunia yang luas ini, di sanalah nyawa manusia yang sebelum bertubuh telah ada. Setelah 125 tahun Nur Muhammad itu telah ada dan semua nyawa-nyawa manusia itu di kenal dengan nama Roh, tetapi mertabat Ruh dewasa itu seperti mertabat binatang, karena tidak menanggung tugas dan tanggungjawab. Hanya setelah ia berjasad dan hidup di dalam dunia ini masing-masing memiliki tugas, maka baharulah ada derajat masing-masing di sisi Tuhan dan nyawa itu tidak lagi disebut Ruh, hanya ketika jasad itu mati ia akan berpulang menghadap Allah Taala dengan nama Ruh, yaitu diri atau Jiwa.

Dengan nama Ruh ia dikenal dengan nama Ruhani pulan bin pulan tertulis kepadanya. Dengan nama jiwa ia di kenal dengan nama jiwa, misalnya: -
a. Jiwa Amarah
b. Jiwa Lawamah
c. Jiwa Sawiah
d. Jiwa Natikah
e. Jiwa Mulhammah
f. Jiwa Mutmainnah

Maka pada jiwa itulah tertulis namanya pulan bin pulan, senang atau susah, bahagia atau celaka, menurut amal dan fielnya di dalam dunia ini menurut penilaian 'atikad-atikadnya dan tauhidnya serta makrifatnya kepada Allah Ta’ala.

5. Alam Mitsal.
Martabatnya adalah “ILMU” ianya adalah Alam segala rupa, perceraian Roh Muhammad. Alam segala warna. Alam Khayal. Alam ARDHUS SIMSIMAH, Ardhul haqiqah.
Dan siapapun yang sudah Ma’rifat dengan asal kejadianya yaitu Hakikat ADAM, maka ianaya sudahlah sampai pada PANGKAL MITSAL, Artinya sudah bisa menemukan Hakikat NUR MUHAMMAD, yaitu hakikat dari intisari bumi yang empat : Cahaya merah, cahaya kuning, cahaya putih, dan cahaya hitam ( Hakikat Muhammad ).
Di dalam Alam Mitsal maka Roh Muhammad bercerailah dengan Roh-roh yang lain yang berbagai nama, tetapi pada mulanya dinamakan Rohaniun (Rohani-rohani). Maka semua Rohaniun itu berasal dari Roh Muhammad Rasulullah SAW.
Karena itulah dasar dan dasar dari Ilmu Rohani adalah kita wajib beriman: -
a. Pada Allah Taala
b. Pada Nabi Muhammad SAW
c. Pada hari kiamat yang akan datang

Jika tidak berpegang pada dasar yang tiga diatas, maka bukanlah disebut spiritual dari orang-orang mukmin atau orang-orang Islam. Ruh Muhammad itulah jadi Ruh seseorang, yang jadi nyawa seseorang, yang jadi hati seseorang, tetapi ia telah bercerai di dalam mertabat Alam Misal. Segala ruh-ruh itu adalah jadi kata pepatah "Ulat lupakan daun". Nyawa-nyawa manusia yang bukan alim dalam Ilmu Ketuhanan, hanya Firman jalan nafsu yang bernama Hati Sanubari dengan syahwatnya dan jiwa raga yang memandang lahir alam ini semata-mata.
Ibarat sesuatu yang telah tersusun dari bagian-bagian, tetapi masih bersifat halus, tidak dapat dipisah-pisahkan.
Alam Misal adalah tingkat kelima dalam proses pentajallian Empunya Diri dalam menyatakan rahasia diri-Nya untuk di tanggung oleh manusia. Untuk menyatakan dirinya Allah SWT, terus menyatakan diri-Nya melalui diri rahasianya dengan lebih nyata dengan membawa diri rahasianya untuk di kandung pula oleh bapak yaitu dinamakan Alam Mitsal. Untuk menjelaskan lagi Alam Mitsal ini adalah dimana unsur rohani yaitu diri rahasia Allah belum menyatu dengan tubuh materi. Alam Mitsal jenis ini di alam malakut. Ia merupakan transisi dari alam Arwah (alam Ruh) menuju ke alam Nasut maka itu dinamakan ia Alam Mitsal di mana proses peryataan ini, perwujudan Allah pada martabat ini belum lahir, tetapi Nyata dalam tidak Nyata. Diri rahasia Allah pada martabat Wujud Allah ini mulai di tajallikan ke ubun-ubun bapa, yaitu perpindahan dari alam ruh ke alam Bapa (Mitsal).
Alam Mitsal ini terkandung ia di dalam "Walam yakullahu" dalam surat Al-Ikhlas yaitu dalam kondisi tidak bisa di bagaikan. Dan seterusnya menjadi "Madi", "Wadi", "Mani", yang kemudian di salurkan ke satu tempat yang berafiliasi di antara diri rahasia batin (ruh) dengan diri kasar Hakiki di dalam tempat yang disebut rahim ibu. Maka terbentuklah apa yang di katakan "Manikam" ketika terjadi bersetubuhan diantara laki-laki dengan perempuan (Ibu dan Bapak)Perlu diingat tubuh rahasia pada masa ini tetap hidup sebagaimana awalnya tetapi di dalam kondisi rupa yang elok dan tidak binasa dan belum lagi lahir. Dan ia tetap hidup tidak mengenal ia akan mati.

6. Alam Ajsam.

Martabatnya adalah “Hakikinya Manusia” setelah adanya dunia. Allah menciptakan manusia (Adam) dengan menyuruh Malaikat turun ke alam dunia guna mengambil saripati dari sari Api, Sari Angin, Sari Air, Sari Bumi, kemudian melalui proses menjadi :
  •  Saripati BUMI menjadi Kulit Bulu Adam
  • Saripati Api menjadi Darah Daging Adam
  • Saripati AIR menjadi Urat Balung Adam
  • Saripati ANGIN menjadi Otot Sumsum Adam
Dengan kuasanya Allah Ta’ala terjadilah Lafadz MUHAMMAD, Mim, Ha, Mim, Dal yaitu CAHAYA :
  • Hitam menjadi hakikat lafadz Mim awal
  • Putih menjadi hakikat lafadz Ha
  • Kuning menjadi hakikat lafadz Mim Akhir
  • Merah menjadi hakikat lafadz Dal
  • Jauhar Awal menjadi hakikat Tasjid
Secara syariat menjadi lafadz Muhammad, atau sebaliknya menjadi lafadz Allah.
  • Mim Awal dari lafadz MUHAMMAD menjadi KEPALA Adam
  • Ha dari lafadz MUHAMMAD menjadi DADA Adam
  • Mim Akhir dari lafadz MUHAMMAD menjadi PUSAR Adam
  • Dal dari lafadz MUHAMMAD menjadi KAKI Adam
Ketika itu masih belum bisa bergerak, tergeletak, seperti wayang golek. Kemudian diberi lubang sebanyak empat yaitu:
  • Lubang Mata,
  • Lubang Telinga,
  • Lubang Hidung dan
  • Lubang Mulut.
Kemudian kepada lubang-lubang itu dimasukkan NUR MUHAMMAD. Kejadian itu menyebabkan berfungsinya indra dan bergerak hidup. Jelasnya hidupnya manusia itu syariatnya dengan adanya Cahaya. Begitu juga matinya dengan tidak adanya cahaya. Bila sudah tidak ada Cahaya, si jasad/jasmani atau jagad saghir, sudah tidak ada lagi kekuatannya terbukti gampang ambruknya jadi lemah dan mati.
Begitu juga dengan Nur Muhammad di jagad kabir yaitu di alam dunia yang paling kuat. Tidak ada daya kalau tidak adanya cahaya yaitu Matahari, bulan, bintang tentu saja akan rusak alam dunia ini yang tinggal hanya gelapnya, api tinggal panasnya, air tinggal dinginnya, angin tinggal hawanya. Lalu siapa yang akan mengisinya atau penghuninya neraka, neraka ini tidak lain Idajil la’natullah dan semua ruh manusia yang tidak bisa kembali lagi kepada Allah ta’ala disebabkan waktu didunia terkena godaan syaitan lantaran tidak beriman kepada Allah dan Rasulullah.

Sebetulnya Idajil itu adalah Malaikat kekasih Allah. Sebabnya ia dimurkai Allah, dia disuruh turun ke dunia sebelum adam tercipta sampai dengan tiga ribu tahun dan tidak kembali ke surga lagi. Dia kerasan tinggal di dunia. Maka Allah menetapkan tempatnya Idajil nanti di neraka paling bawah. Karena membangkangnya Idajil menerima saja. Tetapi dengan permohonan izin untuk menggoda anak cucu Adam yang akan dijadikan temannya di dunia dan di neraka; Allah mengijinkannya kecuali hamba Allah yang beriman kepada Allah dan Rasulullah saja yang tidak bisa menjadi temannya.

Kita kembali kepada diciptakannya Adam Majazi itu dari sari pati Api, Angin, Air, dan Bumi tanpa ada keempat unsur ini tidak akan tumbuh dan berkembang hidup baik berupa kehidupan tumbuh-tumbuhan, binatang bahkan manusia sekalipun, renungkanlah baik-baik. Bahwa semua yang hidup ini saling berkaitan bersirkulasi, berkorelasi menjadi sistem yang diterapkan Allah di alam semesta ini.
Selanjutnya setelah ada Adam dan Babuhawa atau ibu bapak / orang tua kita, buah-buahan, daging dan lain sebagainya yang dimakan lebih dahulu oleh kita menjadi wadi, madi, mani, manikem, bertemu kontak dengan Nur Muhammad cahaya yang empat perkara tadi, terjadilah jabang bayi di dalam rahim ibu (mengandung). Bila ada yang tidak jadi, karena tidak bertemu kontaknya dengan Nur (Ruh) dengan kuasanya Allah yang berwenang menjadikannya, kita sebagai manusia tidak ada kekuasaan, tidak ada daya dan upaya hanya sekedar menjadikan sebab untuk itu ditempati Ruh-Nya.

Ketika bayi di dalam kandungan belum ada nyawa, baru ada hidup saja yaitu ruh suci karena itu tidak ada rasa apa-apa, ketika lahir dari perut ibu, ruh suci kontak artinya bertemu dengan hawa alam dunia ini yaitu dari Bumi, Api, Angin, Air. Kemudian bernafaslah dia dengan sifatnya nyawa. Hakikatnya nyawa ialah rasa jasmani, pada waktu itu mata terbuka belum bisa melihat, kuping belum bisa mendengar, hidung belum bisa mencium, mulut belum bisa bicara hanya ada suaranya saja. Setelah diberi air susu atau makanan apa saja yang berasal dari saripati Bumi, Angin, Api dan Air tadi, saripati yang empat ini menjadi Darah yang ada empat macam:

1. Darah yang hitam dari saripati Bumi, adanya pada kulit, membesarkan kulitnya bayi, hawanya keluar melalui telinga hingga bisa berbicara.
2. Darah yang merah dari saripati Api, adanya pada daging, membesarkan dagingnya bayi, hawanya keluar melalui telinga hingga bisa mendengar.
3. Darah yang Putih dari saripati Air, adanya pada tulang, membesarkan tulang bayi, hawanya keluar melalui mata hingga bisa melihat.
4. Darah yang Kuning dari saripati Angin, adanya pada sumsum, membesarkan sumsum bayi, hawanya keluar melalui hidung hingga bisa mencium dan merasa.

Setelah bayi membesar kulitnya, membesar dagingnya, membesar tulangnya, membesar (banyak) sumsumnya, maka keluarlah hawanya yaitu nafsu yang ada empat yaitu:
1. Nafsu Amarah;
2. Nafsu Lawamah;
3. Nafsu Sawiyah;
4. Nafsu Mutmainah. 

Semuanya itu adalah bukti dari adanya segala keinginan yang buruk dan keinginan yang baik. Begitulah bukti tumbuh dan berkembangnya jasad ini, walaupun ada tenaga, akal pikiran, beserta penglihatan, pendengaran, ucapan dan penciuman juga rasa, tidak ada kemampuan kecuali dengan pertolongan ruh api, air, angin dan bumi. Apa sebabnya itu bisa terjadi? Tidak lain segala apa yang terjadi darinya itu, supaya peralatan itu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kehidupan.

Peralatan-peralatan tadi harus digunakan untuk menge-tahui kepada asalnya yaitu Allah ta’ala supaya nanti kita bisa sempurna membawanya pulang/kembali kepada Allah ta’ala. “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un”. Hanya manusia yang mempunyai ilmunya saja yang mampu menyempurnakan ruh-ruh sealam dunia yang membawa balik kepada Allah ta’ala. Makanya ruh-ruh sealam pada masuk ke dalam diri manusia, apalagi ruh bumi, api, air dan angin itulah yang sehari-harinya bersama kita baik yang halal maupun yang haram, yang bersih dan yang kotor, yang najis dan yang mubah semuanya ikut masuk.
Walaupun pada kenyataannya tidak dimakan, tapi apabila ada anjing, babi yang mati di air, tentu bangkainya di makan ikan, lalu ikan di makan manusia. Kalau mati didarat jadi pupuk diserap oleh tumbuh-tumbuhan, lalu buahnya di makan manusia. Jelaslah sudah bahwa manusia ini menjadi tempat lalulintas menyebrangnya ruh-ruh se alam dunia kembali kepda Allah ta’ala. Keterangan lainnya :
o Ruh Api akan menjadi neraka panas
o Ruh Air akan menjadi neraka dingin
o Ruh Bumi akan menajdi neraka gelap
o Ruh Angin/Hawa akan menajadi neraka sengatan neraka yang menggigit/menyengat nyawa manusia

7. Alam Insan Kamil.

Adapun Alam Insan atau disebut juga dengan Alam Insan Kamil. sudah terkandung didalam surah Al-Ikhlas
Diri manusia pada martabat INSANUL KAMIL adalah sebatang diri yang suci mutlak pada zahir dan batin. Tiada cacat dan celanya dengan Allah s.w.t. yaitu tuan Empunya Rahasia, sebab itu Rasulullah s.a.w pernah menegaskan dalam sabdanya, bahwa kelahiran seorang bayi itu dalam kedaan yang suci, tetapi yang membuatnya menjadi kotor itu adalah ibu bapaknya dan masyarakat, serta hanyutnya manusia itu sendiri di dalam gelombang godaan kehidupan di dunia ini.
Adalah menjadi tanggung jawab seorang manusia yang ingin menuju ke jalan kesucian dan makrifat kepada Allah Ta’ala untuk mengembalikan dirinya ke suatu tahap yang bernama manusia KAMIL atau AL-KAMIL (sempurna) ataupun dinamakan tahap martabat Alam INSAN.
Dinamakan juga ALAM HIMPUNAN SEGALA ALAM yakni bersatunya alam yang tujuh ianya adalah :

  • Ahdat
  • Wahdat
  • Wahdiat
  • Alam Arwah
  • Alam Mitsal
  • Alam Ajsam
  • Alam Insan Kamil

Adapun Alam Insan itu, perhimpunan pada segala martabat. Pada sisi Allah martabat Insan itu tiga hal: -
a. Martabat manusia Rabbubiah, yaitu Insan Khusus Ul Khusus

b. Martabat manusia Mausup, yaitu Insan Kamil Wa Mukamil

c. Martabat Insan Ubudiah, yaitu Insan Kamil Mukamil

Maka Pada Alam ini Allah Ta’ala menurunkan Diri menjadi manusia sempurna sebagai gambaran Diri-Nya yang sempurna. Melalui manusia sempurna inilah Dia menikmati hasil ciptaan-Nya. Maka manusia dibekali akal dan hati sebagai sarana kehadiran Tuhan. Kelebihan utama manusia dibanding dengan makhluk lainnya adalah kemampuan untuk menampung kehadiran Tuhan hingga menjadi wakil (khalifah) bagi-Nya. Melalui manusia sempurna inilah harapan-Nya untuk mengenal dan dikenal akan terlaksana.
Akal Manusia Adalah Singgasana Kemakmuran-Nya
Hati Manusia Adalah Singgasana Kemuliaan-Nya
Sifat Malu Manusia Adalah Singgasana Kesucian-Nya
Ketiga bagian tubuh manusia ini menjadi sarana vital kehidupan, sebagai tempat hadirnya Tuhan untuk menikmati keelokan hasil karya-Nya.
Sedangkan Alam Insan itu sendiri, terbagi dalam beberapa bagian , yang juga banyak disebut dalam banayak keterangan, diantaranya :
a. Dinamakan Insan (Rahasia Allah)

b. Dinamakan Insan Kamil

c. Dinamakan Insan Kamil dan Mukamil

d. Dinamakan Insan Mukamil

e. Dinamakan Insan Sawaan

f. Dinamakan Insan Sawaatun

g. Dinamakan Insan Batin

h. Dinamakan Insan Zahir

i. Dinamakan Insan Mutaiz

j. Dinamakan Insan Ghaib

k. Dinamakan Insan Nakus (Insan Hewan)


l. dinamakan Insan Syaitani
terimakasih atas respon anda. admin

Tidak ada komentar:

ERA TASHAWWUF SOCIETY 6.0

Sosialisasi : GENERASI BARU ABAD 21 ERA TASHAWWUF SOCIETY 6.0 (Ki Ageng Sapujagat Al Kajorani Al Jawi) > Revolusi Industri 4.0 mengg...