Sabtu, 30 Maret 2019

KIAI CIPANCI
















PELAKU UMKM MANDIRI BUKAN UMKM PROGRAM PAMARENTAH, YANG MAU BERGABUNG MONGGO.

Kominitas Insan Agribisnis Indonesia Ciamis - Pangandaran - Cilacap (KIAI CIPANCI). Sekretariat : Pondok Pesantren "Ma'had Petani Nusantara", Jl. Bening No 42, Dusun Cibadak RT. 24 / 008, Desa Paledah, Kec. Padaherang, Kab. Pangandaran 46384.

Motto : "Menanam Hari Ini Untuk 1001 Tahun Kedepan"

Slogan : "Dari Tidak Ada Menjadi Ada", "Mulai Dari Sedikit", "Berbagi Pangkal Kaya".

Amanah Perjuangan : "Membangun Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Syariah Di Kab. Ciamis, Kab. Pangandaran, dan Kab. Cilacap Melalui Komunitas Insan Agribisnis Indonesia Ciamis, Pangandaran, Cilacap (KIAI CIPANCI)".

Kearifan Lokal : Budaya - Agama - Kemakmuran

VISI :
Untuk Tercapainya Pembangunan Komunitas Dan Membuka Lapangan Pekerjaan Sejahtera Adil Makmur Loh Jinawi.

MISI :
1. Menciptakan Produk, Karakter Sumber Daya Manusia Pekerja Berakhlaqul Karomah;
2. Menciptakan Produksi Minuman Sehat;
3. Memproduksi Aneka Makanan Olahan Sehat;
4. Melayani Konsumen Dengan Amanah Profesional;
5. Mengedepankan Pribadi Pekerja Wirausahawan Tangguh, Tawadlu, Disiplin, Tegas, Lugas, Jelas Manfaat Untuk Pelanggan;
6. Memberdayakan Potensi Keilmuan Pekerja Dalam Menunaikan Kerja;
7. Menghasilkan Pengamalan Kerja Nyata Produk dan Jasa Berkualitas.
terimakasih atas respon anda. admin

Kamis, 28 Maret 2019

Kebumen pantas mendapat title baru sebagai Kota “Seribu Wali”.

MAKAM PARA KAROMAH DAN AULIA DI KEBUMEN
Masjid Kauman Kebumen
Kebumen sebuah daerah yang sarat dengan perjalanan para tokoh dan pahlawan masa lalu. Akan tetapi belum banyak sejarah yang di ketahui oleh para pejabat maupun masyarkat umum. Kini yang tertinggal sebagai alat mengetahui sejarah Kebumen adalah melalui makam-makam para adipati dan senopati agung dari kerajaan mataram yang disemayamkan di Kebumen dan belum diketahui khalayak umum.
Kebumen pantas mendapat title baru sebagai Kota “Seribu Wali”.
Islam boleh jadi sudah tersebar kepada seluruh masyarakat Kebumen bagian Selatan, terutama pada abad ke-XVI. Teori ini bisa dibuktikan dengan adanya makam-makam para penyebar agama Islam yang sangat berpengaruh kala itu. Salah satu makam yang dapat dijadikan barang bukti ini adalah makam Mbah Asnawi. Nama lengkapnya adalah Syekh Maulana Muhammad Asnawi Al-Karim. Seorang da’i yang juga sekaligus pedagang kain dari Purworejo.
Makam yang sepi akan pengunjung ini terletak di Dukun Pandean Desa Jogomertan RT 03 RW 01, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen.
Makam-makam para pelaku sejarah itu tersebar di seluruh kabupaten dan desa di Kabupaten Kebumen seperti:
1. Panembahan Agung Kajoran, Kajoran, Karanggayam
2. Syaikh Pandan Arum, Karangreja, Petanahan
3. Panembahan Kalang Kadirja, Braja, Karangduwur, Petanahan
4. Syech Gesing (Gesing, Adikarso, Kebumen)
Desa Klapasawit Dukuh Joho RT 03/02, Buluspesantren Kebumen. Di sana ada makam-makan dengan nama-nama yang tercantum di antaranya:
1. Mbah Patra Leksana / R. Mas Ngabehi Surantika / Mbah Soleh / R. Joko Purna
2. Wangsa Dipa / Kyai Sawunggalih / Syeh Abdurrahman
3. Mbah Soka Pura / Kyai Patah / Kyai Selo / Kyai Soka Leksana / Raden Jaka Umbaran
4. Mbah Singayuda / Kyai Mataram / R. sancang Yuda / R. Setro Jenar
5. Mbah Suliwarni / R. Mas Kalinyamat / R. Soka Nanta
Sementara di Desa Sidomukti Ambal (Dukuh Daratan)
1. Syeh Abdul Qodir An-Daratany, Daratan Sidomukti Ambal
2. Syeh Bledug Jagung, Daratan Sidomukti Ambal
3. Mbah Kyai Sodri, Daratan Sidomukti Ambal
4. Eyang Doro Bei, Kradenan Ambal
4. Syekh Maulana Nurul Duhur atau masyarakat sekitar sering mengenalnya dengan sebutan Mbah Duhur, ada juga yang mengenalnya dengan sebutan Mbah Kalen Gunungtugel ini berada di samping atas bukit Gunungtugel, Dukuh Pranji, Desa Entak, Kecamatan Ambal-Kebumen.
Di wilayah Kebumen barat:
1. Panembahan Eyang Sepuh Purnomo Sidik, Candi, Karanganyar
2. Panembahan Duryudana, Sempor
3. Panembahan Eyang Tumenggung Singa Taruna, Tresnorejo, Petanahan
4. Panembahan Eyang Tumenggung Singa Ndanu, Puring
5. Panembahan Eyang Tumenggung Carangnolo, Puring
6. Panembahan Eyang Tumenggung Wono Salam, Sekarteja, Adimulyo
7. Panembahan Eyang Dipawetjana, Sidomulyo, Adimulyo
8. Panembahan Eyang Sepuh Joko Puring, Puring
Syaikh Abbas, Dorowati, Klirong
9. Syekh Anom Sedakarsa, Beningsari Petanahan Kebumen.
10. Makam Mbah Agung di Ds. Kajoran, Karanggayam
11. Makan R. Djojo Murtani makamnya di Gunung Tumpeng.
12. R. Trunojoyo, di desa Kajoran Karanggayam.
13. Makam Eyang Bambang Pujoseno, Pesareyan Gedibrah di Tambakagung, Klirong.
14. Syeh Abdul Awwal di Petanahan
15. Makam mbah Selangking, didorowati, Klirong
Daerah Kebumen Kota
1. Syech Bagus 'Ali (panggel, panjer, Kebumen)
2. Syech Asmorokondi atau Syekh Sirnoboyo (Kuwarisan, panjer, Kebumen)
4. Syekh Ngabdul Kahfi Awwal, pendiri Masjid Somalangu dimakamkan di Candiwulan Kebumen.
5. Syekh Ngabdul Kahfi Tsani, Candiwulan Kebumen.
6. R. Ngabehi Kertawangsa / Ngabehi Kolopaking dimakamkan di Kalijirek Kebumen.
7. Gajah Mada, di kompleks Sarinabati atau PT. Maxole panjer Kebumen.
Kebumen Timur.
8. Bulupitu; di Desa Tunjungseto Kutowinangun bukanlah makam, tapi petilasan, tempat bertapa Joko Sangkrib. Konon setelah semedi 72 hari, ia diberi senjata cambuk oleh Dewi Nawangwulan, bekal untuk mengabdi ke Keraton Mataram. Putra Demang Kutowinangun itu menjadi sakti dan karena prestasinya itu diberi jabatan menjadi Adipati Kebumen sebagai Arungbinang 1. Makanya ada yang mengisahkan, Dewi Nawangwulan itu "kekasih gelap" Joko Sangkrib menurut lakon-lakon di ketoprak.
9. Joko Sangkrib sendiri dimakamkan di dukuh Kebejen Kuwarisan Kutowinangun.
10. Pangeran Bumi Dirja didesa Lundong Kutowinangun

ziarah Wali di sekitar wilayah Kebumen
1. Syaikh Baribin di Grenggeng Karanganyar,
Syaikh Baribin atau Raden Saputra/ Raden Putra/ Harya Baribin adalah putra dari Prabu Brawijaya IV (Bra Tanjung) dengan isteri Putri Pajang. Dikarenakan tidak diperbolehkan adanya tahta kembar (setelah wafatnya Brawijaya IV/ Bra Tanjung), Raden Putra yang merupakan adik dari Raden Alit /Angkawijaya /Brawijaya V akhirnya meninggalkan kerajaan Majapahit dengan ikhlas. Raden Putra pun pergi ke arah barat untuk menjalani takdir besarnya. Dalam pengembaraannya, beliau sempat singgah di beberapa tempat di wilayah Kebumen, sampai akhirnya beliau pergi ke Pajajaran. Di Pajajaran, beliau kemudian menikah dengan salah satu cucu Raja Pajajaran dan dianugerahi empat orang anak.
Singkat cerita, dari Pajajaran Raden Putra kemudian kembali ke timur dan menghabiskan masa hidupnya di Gunung Grenggeng yang hingga kini dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Syaikh Baribin. Menurut penuturan masyarakat setempat, beliau adalah tokoh yang awal mengembangkan agama Islam di sekitar Gombong, Karanganyar dan Sempor pada ratusan tahun yang lalu.
Syekh Mubin memiliki nama asli Syekh Muhammad Najmuddin ‘Ali Mubin. Ia adalah seorang buyut dari wali sekaligus ulama sejagat raya yang sering dikirim do’a oleh kaum muslimin ketika bertawassul yakni Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Sykeh Mubin biasa di khaul-kan setiap bulan Rawah Minggu pertama (tepatnya tanggal 1 rawah). Namun, karena tanggal 1 rawah tidak pasti harinya bertepatan, maka untuk memudahkannya adalah dengan menetapkan khaul Syekh Mubin setiap Minggu pertama pada bulan Rawah. Kalau pembaca ada waktu, silakanlah untuk mengikuti khaul Syekh Mubin pada tanggal dan waktu tersebut. Lokasi pemakaman ini berjarak sekitar 1,5 kilometer dari jembatan Desa Pandan Lor, Klirong (Jl. Dendels, Jalur Selatan Kebumen-Yogyakarta) tak disangka terdapat situs Islam yang bersejarah. Tepatnya di Desa Ayam Putih, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Disana sudah berdiri tegak sebuah lokasi bangunan yang diberi nama “Makam Waliyulloh Syekh Mubin”.
2. Syaikh Abdul Kahfi di Somalangu,
Sayyid Muhammad Ishom al-Hasani atau Syaikh Abdul Kahfi Awal adalah pendiri Pondok Pesantren Somalangu yang konon dibangun semenjak tahun 879 H /1475 M. Ayahnya bernama Sayid Abdul Rasyid bin Abdul Majid Al Hasani, yang nasabnya bersambung sampai ke Rasulullah SAW melalui Sayyidina Hasan RA. Konon beliau awalnya senang mengembara dari gua ke gua sehingga dijuluki Abdul Kahfi. Beliau yang berasal dari Hadramaut, Yaman, mendarat pertama kali di Pantai Karangbolong Kebumen pada 852H /1448 M, yaitu pada masa pemerintahan Prabu Kertawijaya Majapahit atau Prabu Brawijaya I (1447 – 1451 M). Beliau wafat pada malam Jumat 15 Sya’ban 1018 H atau 12 November 1609 M. Konon beliau merupakan orang pertama yang dimakamkan di perbukitan Lemah Lanang di Desa Sumberadi, Kecamatan Kebumen, Kebumen. Syaikh Abdul Kahfi dianggap sebagai peletak dasar berkembangnya agama Islam di wilayah Kebumen. Keberadaan Pondok Pesantren di Somalangu berpengaruh besar pada perkembangan kemajuan Islam di Kebumen, bahkan pengaruhnya juga menyebar sampai ke daerah lain di Jawa dan bahkan sampai luar Jawa.
3. Mbah Lancing di Mirit,
Menurut silsilahnya disebutkan bahwa Brawijaya V dengan Dewi Penges (Reksolani) berputra Ario Damar (Adipati Palembang). Ario Damar dengan Putri Cempo (Campa) berputra Ario Timbal (Raden Kusen, Adipati Terung). Raden Kusen berputra Ki Ageng Yudotaligrantung dan Raden Carangnolo. Raden Carangnolo berputra Wonoyudo Inggil (Wongsojoyo I, Kyai Wirotanu). Wongsoyudo Inggil berputra Kyai Ketijoyo, Wonoyudo Lante (Wongsojoyo II), dan Wonoyudo Pamecut (Wongsojoyo III). Kyai Ketijoyo adalah ayah dari Mbah Lancing.
4. Syaikh Mubin di Ayam Putih,
Syaikh Maulana Muhammad Najmuddin 'Ali Mubin di desa Ayam Putih kec. Buluspesantren.
Syaikh Maulana Muhammad Najmuddin ‘Ali Mubin atau dikenal dengan Syekh Mubin atau Mbah Mubin adalah seorang Ulama yang berasal dari Gujarat India. Beliau datang ke tanah Jawa pada abad ke-XVII. Menurut sejarah, Syaikh Mubin datang ke Jawa dengan menggunakan Kapal melalui Samudera Hindia dan mendarat di Pantai Ambal, Kebumen.
Beliau dikirim oleh gurunya ke tanah Jawa untuk berdakwah menyebarkan ajaran agama Islam di tanah Jawa tepatnya diantara sungai Progo di Kulon Progo dengan sungai Serayu, Cilacap. Sekitar tahun 1646 M Syaikh Mubin menyebarkan dakwahnya di tanah Kebumen ini, khususnya dibagian pesisir pantai selatan Desa Ayam Putih, Buluspesantren. Menurut silsilahnya, Syaikh Mubin adalah salah satu buyut dari Sulthanul Auliya Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani. Urutan silsilahnya adalah Syaikh Muhammad Najmudin Ali Mubin bin Syaikh Musa bin Syaikh Wahab bin Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani.
5. Syaikh Abdul Awal
Syaikh Abdul Awal dahulu bernama Mangkurat Mas, dari Yogyakarta, putra R. Pemanahan dari istri padmi. Pada saat ayahnya mangkat, terjadi perselisihan perebutan kekuasaan antara dirinya dengan pamannya yaitu Ki Ageng Giring yang bermukim di Cirebon. Hal ini menjadikan Mangkurat Mas akhirnya memutuskan untuk pergi dari keraton. Dia berprinsip bahwa kekuasaan hanya akan akan menjadikan seseorang mempertaruhkan segalanya, bahkan akhir ajal sekalipun dipertaruhkan demi kekuasaan.
Suatu ketika Mangkurat Mas atau Syaikh Abdul Awal berhasil menyembuhkan istri Ki Ageng Giring yang sakit, sebagai imbalannya, beliau meminta tanah seluas serban, yaitu bumi Mataram yang di kemudian hari ditempati, yaitu Kedungamba. Oleh karenanya kemudian Kedungamba dijadikan sebagai tanah Kaputihan oleh kerajaan Mataram, dengan Syaikh Abdul Awal diberi kewenangan sebagai Lurah Kedungamba. Daerah inilah yang sekarang ini menjadi bagian dari desa Kebonsari.
Syaikh Abdul Awal diperkirakan datang ke kedungamba atau Kebonsari pada tahun 1551 M dan wafat pada tahun 1598 M. Saat mengembara ke wilayah Kebumen, sebelumnya Syaikh Abdul Awal telah menamatkan ilmu dari pesantren dan menikah dengan seorang putri keraton Surakarta yang bernama Nyai Jonggrang. Beliau juga mempunyai seorang putra yang bernama Abdul Rauf, konon dia selalu berusaha untuk mengungguli kedigdayaan dan kesaktian ayahnya. Di deretan makam, makam Abdul Rauf berada di sebelah barat makam Syaikh Abdul Awal.
Saat bermukim di Kebonsari, Syaikh Abdul Awal berdakwah menyebarkan agama Islam hingga sampai Cilacap dan Banyumas.
6. Syaikh Anom Sidakarsa di Petanahan
Syaikh Anom Sidakarsa di dukuh Wadas desa Grogol Beningsari, Petanahan
Syaikh Anom Sidakarsa adalah salah seorang wali yang ikut berperan serta dalam penyebaran agama Islam di wilayah Kebumen. Dari silsilahnya, beliau masih keturunan ke 5 dari Raden Patah, Sultan Demak. Beliau bernama asli Dullah Sidiq dan hidup pada zaman Hamengku Buwono ke- IV. Meskipun berdarah biru, beliau lebih memilih untuk menyebarkan Agama Islam daripada mementingkan jabatan.
Sebelum singgah di wilayah Petanahan, sebelumnya beliau pernah babad alas di daerah Demak. Selain itu beliau juga pernah singgah di daerah Sumpyuh, Banyumas, dan sempat kembali ke Demak. Namun kemudian beliau melanjutkan dakwahnya menyebarkan Islam hingga sampai wilayah Petanahan Kebumen dan akhirnya menetap di tempat yang sekarang termasuk desa Grogol Beningsari sampai beliau wafat.
Demikian catatan kecil tantang Makam karomah di daerah Kebumen. Bagi Anda yang hobi ziarah mungkin bisa menjadi pengembang kazanah Anda. Terima kasih
terimakasih atas respon anda. admin

MAKAM PARA KAROMAH DAN AULIA DI KEBUMEN

MAKAM PARA KAROMAH DAN AULIA DI KEBUMEN

 

Masjid Kauman Kebumen


Kebumen sebuah daerah yang sarat dengan perjalanan para tokoh dan pahlawan masa lalu. Akan tetapi belum banyak sejarah yang di ketahui oleh para pejabat maupun masyarkat umum. Kini yang tertinggal sebagai alat mengetahui sejarah Kebumen adalah melalui makam-makam para adipati dan senopati agung dari kerajaan mataram yang disemayamkan di Kebumen dan belum diketahui khalayak umum.

Makam-makam para pelaku sejarah itu tersebar di seluruh kabupaten dan desa di Kabupaten Kebumen seperti: 



  1. Panembahan Agung Kajoran, Kajoran, Karanggayam 
  2. Syaikh Pandan Arum, Karangreja, Petanahan 
  3. Panembahan Kalang Kadirja, Braja, Karangduwur, Petanahan 
  4. Syech Gesing (Gesing, Adikarso, Kebumen)


Desa Klapasawit Dukuh Joho RT 03/02, Buluspesantren Kebumen. Di sana ada makam-makan dengan nama-nama yang tercantum di antaranya:
1. Mbah Patra Leksana / R. Mas Ngabehi Surantika / Mbah Soleh / R. Joko Purna
2. Wangsa Dipa / Kyai Sawunggalih / Syeh Abdurrahman
3. Mbah Soka Pura / Kyai Patah / Kyai Selo / Kyai Soka Leksana / Raden Jaka Umbaran
4. Mbah Singayuda / Kyai Mataram / R. sancang Yuda / R. Setro Jenar
5. Mbah Suliwarni / R. Mas Kalinyamat / R. Soka Nanta

Sementara di Desa Sidomukti Ambal (Dukuh Daratan) 
1.       Syeh Abdul Qodir An-Daratany, Daratan Sidomukti Ambal
2.       Syeh Bledug Jagung, Daratan Sidomukti Ambal
3.       Mbah Kyai Sodri, Daratan Sidomukti Ambal
4.       Eyang Doro Bei, Kradenan Ambal


Di wilayah Kebumen barat:

  1. Panembahan Eyang Sepuh Purnomo Sidik, Candi, Karanganyar
  2. Panembahan Duryudana, Sempor
  3. Panembahan Eyang Tumenggung Singa Taruna, Tresnorejo, Petanahan
  4. Panembahan Eyang Tumenggung Singa Ndanu, Puring
  5. Panembahan Eyang Tumenggung Carangnolo, Puring
  6. Panembahan Eyang Tumenggung Wono Salam, Sekarteja, Adimulyo
  7. Panembahan Eyang Dipawetjana, Sidomulyo, Adimulyo
  8. Panembahan Eyang Sepuh Joko Puring, Puring
  9. Syaikh Abbas, Dorowati, Klirong 
  10. Syekh Anom Sedakarsa, Beningsari Petanahan Kebumen.
  11. Makam Mbah Agung di Ds. Kajoran, Karanggayam
  12. Makan R. Djojo Murtani makamnya di Gunung Tumpeng.
  13. R. Trunojoyo, di desa Kajoran Karanggayam.
  14. Makam Eyang Bambang Pujoseno, Pesareyan Gedibrah di Tambakagung, Klirong.
  15. Syeh Abdul Awwal di Petanahan
  16. Makam mbah Selangking, didorowati, Klirong

Daerah Kebumen Kota

1.   Syech Bagus 'Ali (panggel, panjer, Kebumen)
2.   Syech Asmorokondi atau Syekh Sirnoboyo (Kuwarisan, panjer, Kebumen)
4.  Syekh Ngabdul Kahfi Awwal, pendiri Masjid Somalangu dimakamkan di Candiwulan                 Kebumen.
5.   Syekh Ngabdul Kahfi Tsani, Candiwulan Kebumen.
6.   R. Ngabehi Kertawangsa / Ngabehi Kolopaking dimakamkan di Kalijirek Kebumen.
7.   Gajah Mada, di kompleks Sarinabati atau PT. Maxole panjer Kebumen.
      Kebumen Timur.
8.  Bulupitu; di Desa Tunjungseto Kutowinangun bukanlah makam, tapi petilasan, tempat bertapa Joko Sangkrib. Konon setelah semedi 72 hari, ia diberi senjata cambuk oleh Dewi Nawangwulan, bekal untuk mengabdi ke Keraton Mataram. Putra Demang Kutowinangun itu menjadi sakti dan karena prestasinya itu diberi jabatan menjadi Adipati Kebumen sebagai Arungbinang 1. Makanya ada yang mengisahkan, Dewi Nawangwulan itu "kekasih gelap" Joko Sangkrib menurut lakon-lakon di ketoprak.
9.   Joko Sangkrib sendiri dimakamkan di dukuh Kebejen Kuwarisan Kutowinangun. 
10. Pangeran Bumi Dirja didesa Lundong Kutowinangun



Makam Pangeran Bumi Dirja, Kutowinangun

Demikian catatan kecil tantang Makam karomah di daerah Kebumen. Bagi Anda yang hobi ziarah mungkin bisa menjadi pengembang kazanah Anda. Terima kasih
terimakasih atas respon anda. admin

KIDHUNGAN PADANGHYANGAN Para ratuning lelembut ing nungsa Jawa

KIDHUNGAN PADANGHYANGAN
Para ratuning lelembut ing nungsa Jawa
Kinidungake sinom
1. Apuranen sun angetang, lelembut sanungsa Jawi, kang rumeksa ing nagara, para ratuning dedemit, agung sawabe ugi, yen apal sadayanipun, apan dadya tetulak, kinarya tunggu wong sakit, kayu aeng lemah sangar dadi tawa.
Maafkan aku menghitung lelembut ( sesuatu yang bersifat lembut / halus / rahasia / samar ) seluruh pulau Jawa yang berkuasa di Negara, para ratunya dedemit, besar dayanya juga, jika hafal semuanya, bisa dijadikan penolak, bisa juga untuk menunggu orang sakit, kayu angker tanah mengerikan jadi tawar ( Ravie Ananda ) 

2. Kang rumiyin ing bang wetan, Durganeluh Maospahit aran raja Bahureksa, iku ratuning dedemit, Balambangan winarni, awasta pun Balabatu, kang rumeksa Blambangan, Buta Locaya Kediri, pun Sikorep lelembut ing Panaraga.
Yang pertama di sebelah timur, Durganeluh Majapait bernama Raja Bahureksa, itu ratunya dedemit, Balambangan bermacam – macam, yang dikenal yaitu Balabatu yang menguasai Blambangan, Buta Locaya di Kediri, sedangkan Sikorep lelembut di Panaraga ( Ponorogo ) ( Ravie Ananda )

Buta Locaya adalah Patih dari Prabu Jayabaya yang pada masa hidupnya bernama Kyai Daha ( cikal bakal pendiri daerah Kediri ). Setelah mokshanya Prabu Jayabaya, Kyai Daha pun ikut moksha dan memilih menjadi semara bumi ( tidak sampuna jati ) dengan tujuan untuk menjaga tanah Kediri ( Ravie Ananda )

3. Sidakari ing Pacitan, Kaduwang si Klentingmungil, Endrayeksa ing Magetan, Jenggala si Tunjungpuri, Prangmuka Surabanggi, Pananggungan Abur- abur, Sapujagad ing Jipang, Madiun si Kalaseksa, ingkang Prabuyekti aneng pasuruhan,
Sidakari di Pacita, Kaduwang si Klentingmungil, Endrayeksa di Magetan, Jenggala si Tunjungpuri, Prangmuka Surabanggi ( Surabaya ), Pananggungan Abur – abur, Sapujagad di Jipang, Madiun si Kalaseksa, si Prabu sesungguhnya di Pasuruhan, ( Ravie Ananda )

4. Singabarong Jagaraga, Majenang Trenggilingwesi, Macan Guguh Garobogan, Kalajonggo, Singasari, Sarengat Barukuping, Balitar Sang Kalakatung, Butakuda ing Rama, Kalangbretsi Sekargambir, Carub amor ingkang ana ing Lamongan,
Singabarong Jagaraga, Majenang Trenggilingwesi, Macan Guguh Garobogan ( Grobogan ), Kalajonggo Singasari, Sarengat Barukuping, Balitar ( Blitar ) Sang Kalakatung (Betara Katong ), Butakuda di Rama, Kalangbretsi Sekargambir, Carub menyatu dengan yang ada di Lamongan,( Ravie Ananda )

5. Gurnita ing Puspalaya, si Lampuran Pilangputih, Kacokan aneng Balora, Gambiran Sang Kaladurgi, Kedunggede Nyi Jenggi, ing Babad Si Klewer, Lasem Kalaprahara, Sedayu Si Dindingmurti, Sidalangkap ing Candi kahyanganira,
Gurnita di Puspalaya, si Lampuran Pilangputih, Kacokan di Balora ( Blora ), Gambiran Sang Kaladurgi, Kedunggede Nyi Jenggi, di Babad Si Klewer, Lasem Kalaprahara, Sedayu Si Dindingmurti, Sidalangkap di Candi kratonnya, ( Ravie Ananda )

6. Magelang Ki Samahita, Gegeseng Si Dadungawuk, ing Pajang Buta Salewah, manda – manda ing Matawis, Paleret Bojogdesi, Kutagedhe Nyai Panggung, ing Dabu Butakarta, ing Jombor Setan Kubarsi, Jurutaman kang rumeksa ing Tunjungbang,
Magelang Ki Samahita, Gegeseng Si Dadungawuk, di Pajang Buta Salewah, manda – manda di Matawis, Paleret ( Pleret ) Bojogdesi, Kutagedhe ( Kotagedhe ) Nyai Panggung, di Dabu Butakarta, di Jombor ( perbatasan Magelang – Jogja ) Setan Kubarsi, Jurutaman yang berkuasa di Tunjungbang, ( Ravie Ananda )

Dadung Awuk adalah nama tokoh manusia yang pernah hidup dan masih terukir sejarahnya di Purworejo ( kemungkinan tokoh ini juga mengambil pilihan moksha pada akhir hidupnya ) ( Ravie Ananda )
Setan Kubarsi juga merupakan seorang tokoh yang kemudian pusakanya terkenal dengan sebutan Keris Setan Kober ( Ravie Ananda )

7. Semarang Baratkatiga, Pekalongan Gunturgeni, Pacalang Ki Sembungyuda, Suwanda ing Sukawati, ing Jadem Nyai Ragil, Jayalelana ing Suruh, Buta Giling ing Canggal, ing Kendal si Guntinggeni, Kaliwungu Kutuk Api kang rumeksa,
Semarang Baratkatiga, Pekalongan Gunturgeni, Pacalang Ki Sembungyuda, Suwanda di Sukawati, di Jadem Nyai Ragil, Jayalelana di Suruh, Buta Giling di Canggal, di Kendal si Guntinggeni, Kaliwungu Kutuk Api yang berkuasa, ( Ravie Ananda )

8. Raradenok aneng Demak, si Batiti aneng Tubin, Juwal Payal ing Talsinga, Sukrama Guyang nenggani, Trenggalek Ni Daruni, Tunjungseta Cemarasewu, Kaladadung Kantungan, si Asmara aneng Taji, Bagus Anom ing Kudus kahyanganira,
Raradenok di Demak, si Batiti di Tubin ( Tuban ), Juwal Payal di Talsinga, Sukrama Guyang yang menunggu, Trenggalek Ni Daruni, Tunjungseta Cemarasewu, Kaladadung Kantungan, si Asmara di Taji, Bagus Anom di Kudus Kahyanganira ( istananya ), ( Ravie Ananda )

Bagus Anom dimungkinkan sebagai nama salah satu tokoh yang berkuasa di Kudus pada masa lampau yakni saat Kudus masih menjadi kerajaan besar dimana kerajaan / kraton tersebut kemudian beralih fungsi menjadi Masjid dan Menara Kudus setelah diubah oleh Sunan Kudus.
9. Logenjeng aneng Juwana, Ngarambang si Bajulbali, si Lontar ing Wirasaba, Madura Buta Garigis, kang aneng ing Matesih Jaran Panoleh aranipun. Si Lontir Pacangakan, Dalepih si Jatisari, Ondar – andir ing Jatimalang,
Logenjeng di Juwana, Ngarambang si Bajulbali, si Lontar di Wirasaba, Madura Buta Garigis, yang ada di Matesih Jaran Panoleh namanya. Si Lontir Pacangakan, Dalepih si Jatisari, Ondar – andir di Jatimalang ( Klirong Kebumen ), ( Ravie Ananda )

10. Sunan Lawu ing Arga Dilah, Tembayat si Malanggati, ing Taji si Cucukdandang, Gigirtasik aneng Wedi, Kali Opak winarni, Sanggabuwana aranipun, si Megek Pajagalan, Cengkorek ing Kalibening, Sendahrama Karangwelang kang rumeksa,
Sunan Lawu di Arga Dilah ( Agra Dumilah ), Tembayat si Malanggati, di Taji si Cucukdandang, Gigirtasik di Wedi, Kali Opak bermacam - macam, Sanggabuwana namanya, si Megek Pajagalan, Cengkorek di Kalibening ( Wonosobo ), Sendahrama Karangwelang yang berkuasa, ( Ravie Ananda )

Sunan Lawu adalah Brawijaya terakhir ( Ayah Raden Patah ) yang kemudian Moksha di Gunung Lawu, dan dikenal dengan sebutan Sunan Lawu. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa Pamoksan Brawijaya tersebut bukan di Arga Dumilah melainkan di Arga Dalem, akan tetapi sesungguhnya pamokshan Beliau ada di sebuah gua yang letaknya di balik sebuah air terjun yang terdapat di gunung Lawu ( Ravie Ananda )

11. Setan Karetek ing Kendal, Baleberan Sapuangin, Singapada ing Ngrangkudan, Pandansari ing Sarisig, kang ana Wanapeti Malangkarsa wastanipun, si Sanding ing Sawangan, Winasuhan Dudukwarih, Butatakang ingkang aneng Tegallayang,
Setan Karetek di Kendal, Baleberan Sapuangin, Singapada di Ngrangkudan, Pandansari di Sarisig, yang ada di Wanapeti ( Hutan Cemeti, atas Kawah Candradimuka Banjarnegara ) Malangkarsa julukannya, si Sanding di Sawangan ( Wonosobo ), Winasuhan Dudukwarih, Butatakang yang ada di Tegallayang ( Tegal ), ( Ravie Ananda )

Hutan Cemeti terkenal keangkerannya. Di hutan inilah sekitar tahun 2009 ditemukan Sembilan jenazah kering dan masih utuh ( sepertinya merupakan sebuah keluarga sebab salah satu diantaranya adalah jenazah anak kecil ) yang terbungkus kain kafan dimana setelah diteliti ternyata umurnya diperkirakan lebih dari 1000 tahun ( sayangnya ke Sembilan jenazah tersebut kini telah dimakamkan dan dibuat nisan dari baru serta dinamai tanpa dasar. Peringatan Khaul wali tersebut pun ( semua jenazah tersebut kemudian dianggap wali ) telah diadakan setelah penemuan itu. Berdasarkan sasmita yang penulis dapat, dilokasi ini masih banyak terdapat situs kuno yang terpendam antara lain bangunan bekas kolam, candi kecil dan beberapa perkakas gerabah dan senjata. ( Ravie Ananda )

12. Rara Segaluh ing Jenar, Wewasi Banjaransari, si Talengkung Watupura, si Pura ana ing Rukmi, Sapujengges Pujenggi ingkang aneng ing Lowano, Kala Ngadang ing Tuntang, Kalabancur Ni Bancuring, kang rumeksa sukune ardi Baita,
Rara Segaluh di Jenar, Wewasi Banjaransari, si Talengkung Watupura, si Pura ada di Rukmi, Sapujengges Pujenggi yang ada di Lowano ( Purworejo ), Kala Ngadang di Tuntang, Kalabancur Ni Bancuring, yang berkuasa di kaki gunung Prahu ( Dieng  Wonosobo ),  ( Ravie Ananda )

13. Gnawati Wana Siluman, Ragawati Ringinputih, Sapuranta ing Jakarta, Pureges Jajaran Singgih, Parusa awor angin, Palenti neng gunung Agung, Ki pulo ngawang – ngawang, Pralapa ardi Merapi, Ni Daluki kang aneng ardi Ungaran,
Gnawati Wana Siluman ( Alas Roban ), Ragawati Ringinputih, Sapuranta di Jakarta, Pureges Jajaran Singgih ( Pajajaran ), Parusa awor ( campur ) angin, Palenti di gunung Agung, Ki pulo ngawang – ngawang, Pralapa gunung Merapi, Ni Daluki yang ada di gunung Ungaran, ( Ravie Ananda )

14. Kang aneng Kayulandeyan Ki Daruna Ni Daruni, Bagus Karang aneng Roban, Kasujayan Widamamrih, Widanangga Dalepah, Bakilung Kedungdarusung, kang ana Kabareyan, Citranaya kang neggani, gunung Kendeng kang aran Aji Dipa.
Yang ada di Kayulandeyan Ki Daruna Ni Daruni, Bagus Karang di Roban, Kasujayan Widamamrih, Widanangga Dalepah, Bakilung Kedungdarusung, yang ada di Kabareyan, Citranaya yang menunggu, gunung Kendeng yang disebut Aji Dipa ( Aji Saka ),

Bagus Karang ( Bagus Banteng ) dahulunya adalah seorang pemuda yang terkenal nakal, hingga akhirnya dia menjadi seorang siluman yang menguasai daerah Roban yang terkadang suka menggangu orang – orang dan kereta api ( jaman Belanda ) yang lewat di sekitar daerah tersebut ( tepatnya di wilayah perkebunan kopi / Randu / Coklat milik Pabrik Siluwok Sawangan Gringsing Pekalongan ) (Ravie Ananda )

15. Arya Tiron ing Lodaya, Sarpabangsa aneng Pening, Ni Margi ing Butawiyah, Buta Gigil aneng Tegil, Barebes Capingwarih, Winasuhan Dudukwatu, Pemalang Udan Gelap, Wiradesa Gunting Geni, Kaliwungu kang aran Setan  Gorekan,
Arya Tiron di Lodaya, Sarpabangsa di Pening, Ni Margi di Butawiyah, Buta Gigil di Tegil (Tegal ), Barebes (Brebes ) Capingwarih, Winasuhan Dudukwatu, Pemalang Udan Gelap, Wiradesa Gunting Geni, Kaliwungu yang bernama Setan Gorekan, ( Ravie Ananda )

16. Ingkang aneng Surakarta / Salakerta, Rahaden Banjaransari ngalangkungan winarsita, awasta sang Kalasekti, Kartasura winarni, aran Raden Gunungsantun, Pengging Ki Kalamuka, Pratamanan Raja Putri, ing Kalaten awasta Sang Kaladremba,
Yang ada di Surakarta / Salakerta, Rahaden ( Raden ) Banjaransari yang lebih dikenal dengan nama Sang Kalasekti, Kartasura bermacam - macam, bernama Raden Gunungsantun, Pengging Ki Kalamuka, Pratamanan Raja Putri, di Kalaten (Klaten ) bernama Sang Kaladremba, ( Ravie Ananda )

17. Si Sendul aneng Gambiran, Pacabakan Dodolsawit, ing Atasangin punika R. Jengkala wastaneki, Tangsulrema Gandasuli, Widapeksa ing Delanggu, si Kluntung ing Jepara, Gambiranom aneng Taji, Kadilangu si Kecubung kang rumeksa,
Si Sendul di Gambiran, Pacabakan Dodolsawit, di Atasangin yaitu R. Jengkala namanya, Tangsulrema Gandasuli, Widapeksa di Delanggu, si Kluntung di Jepara, Gambiranom di Taji, Kadilangu si Kecubung yang berkuasa, ( Ravie Ananda )

18. Teluk Braja ing Talacap, Jerambah Ni Buratwangi, ing Celong Ki Nayadipa, Praduli Ki Udan Geni, Demit ing Kandang Wesi Ki Panatas wastanipun, Tetela aneng Ngayah, Durgabahu Jeruk legi, Nusa brambang kang aran Ki Mangsadurga,
Teluk Braja di Talacap ( Cilacap ), Jerambah Ni Buratwangi, di Celong Ki Nayadipa, Praduli Ki Udan Geni, Demit di Kandang Wesi Ki Panatas namanya, Tetela di Ngayah ( Ayah Kebumen ), Durgabahu Jeruk Legi ( Klirong Kebumen ), Nusa Brambang ( Nusakambangan ) yang bernama Ki Mangsadurga, ( Ravie Ananda )

Di Nusakambangan tepatnya di gua Ratu / Putri hingga kini masih ada situs kuno bahkan di pintu masuknya pun terdapat relief kepala seorang laki – laki tua yang kemungkinan adalah seorang pemimpin. Hal ini dikuatkan dengan adanya ruangan di dalam gua yang sepertinya pada masa lampau digunakan untuk berkumpul, dimana ada satu bagian yang posisinya lebih tinggi ( singgasana ) dibandingkan yang lain, yang mengelilinginya. Ada juga bagian pada dinding – dinding kamar gua yang sepertinya dibuat sebagai tempat tidur batu. Di gua lain, tepatnya di Gua Masjid Sela, dimana sejak jaman dahulu kala hingga zaman Mataram Islam digunakan sebagai penjara bagi lawan politik sang Raja Penguasa terdapat juga situs kuno yang sangat lengkap, baik dari kamar tidur batu, singgasana batu, lumbung batu, dll. Gua itulah yang sejak jaman dahulu kala jauh sebelum masa Islam datang diyakini sebagai tempat Nabi Ayub. Hal ini tentunya akan semakin mendukung tulisan Kholid Mawardi ( berdasar hasil riset peneliti asing ) yang berjudul “ Jawa Negerinya para Nabi “( Ravie Ananda )

19. Sela Warna Kali Krawang, Carebon Sang Kala Srenggi, ardi Lawet Kyai Baka, Gunung Sumbing Wirakreti, demit Telagapasir ingkang aran Ki Jalikung, si Klengset ing Pasundan, ing Pancer Sang Bagaspati, pan ing Kedu kang aran Ki Mamanmurka,
Sela Warna Kali Krawang, Carebon ( Cirebon ) Sang Kala Srenggi, ardi Lawet ( Banjarnegara ) Kyai Baka, Gunung Sumbing Wirakreti, demit Telagapasir yang bernama Ki Jalikung, si Klengset di Pasundan, di Pancer Sang Bagaspati, sedangkan di Kedu yang bernama Ki Mamanmurka, ( Ravie Ananda )

Ardi Lawet pada masa sebelum Islam bernama Sapta Arga / Martawuj, tempat bertapanya hingga sapurnajatinya Pangeran Palasara dan Begawan Abiyasa ( nama Tua dari Prabu Kresna Dipayana ). Setelah kedatangan Islam, oleh para wali tempat tersebut diubah nama menjadi Ardi Lawet, dan karena keramatnya Sang Abiyasalah, para wali kemudian menjadikan tempat tersebut untuk bermusyawarah. Situs masa lalu tersebut hingga kini masih terawat dengan baik. Nama Tokoh Pewayangan sendiri hingga saat ini dianggap sebagai sebuah fiksi belaka, padahal sesungguhnya Tokoh – tokoh tersebut nyata adanya, akan tetapi sejarah peradabannya telah hilang ( jaman Kejayaan Tanah Dhawa Kuno ), kemudian nama – nama tersebut beserta nama – nama tempat yang ada diambil sebagai nama tokoh dan tempat dalam pewayangan. Yang merupakan fiksi sesungguhnya adalah kisah pewayangan itu sendiri. Kisah pewayangan adalah kisah fiksi yang mengandung arti, makna dan pesan Filosofis hidup Masyarakat Tanah Dhawa Kuno yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Demi menjaga sebuah peradaban agar tidak hilang sepenuhnya dari sejarah keluhuran bangsa ini, maka Tokoh – tokoh dan tempat – tempat yang nyata dan pernah hidup serta mengukir sejarah peradaban Kuno Tanah Dhawa NKRI tersebut diambil sebagai pelaku kisah pewayangan yang sebenarnya fiktif, sehingga akhirnya muncullah dua pencitraan yakni :
1. Wayang sepenuhnya adalah kisah fiktif ( baik tokoh maupun tempatnya )
2. Wayang sepenuhnya adalah kisah non fiktif ( baik tokoh maupun tempatnya )
Kedua pencitraan itu adalah pencitraan yang keliru. Pencitraan yang sebenarnya adalah nama Tokoh dan tempat dalam pewayangan adalah nyata, akan tetapi sejarahnya telah hilang, dan kisah pewayangan itulah yang fiktif akan tetapi mengambil nama tokoh dan tempat yang nyata dan pernah ada di Tanah Dhawa yang dahulunya memang bertujuan untuk menjaga agar sejarah Tanah Dhawa Kuno tidak hilang sepenuhnya ( minimal masih terpatri nama – nama tokoh dan tempatnya ). Hingga sekarang pun situs berupa Candi – candi ( tempat perabuan / ditanamnya sesuatu yang berharga dari tokoh – tokoh tersebut ), gua, mata air, nama tempat serta desa di daerah Dieng Wonosobo hingga Banjarnegara masih ada seperti yang tersebut dalam cerita pewayangan sedangkan di India sendiri nama – nama tokoh, situs dan tempat yang sesuai dengan kisah pewayangan tersebut tidak pernah ada ( harusnya lebih lengkap sebab India mengklaim bahwa Mahabarata adalah karya aslinya ). Menurut sasmita yang penulis dapat saat bermalam dan bersemadhi di candi Bima dan Semar pada beberapa waktu yang lalu, bahwa peradaban Dieng lebih tua dibandingkan dengan peradaban Gunung Lawu, bahkan dahulu kala sudah menjadi tradisi peradaban Lawu berziarah ke Candi – candi Dieng. Hal ini kiranya tidak berlawanan dengan apa yang disebutkan dalam kitab Darmagandhul bahwa dikarenakan babad – babad asli ( kitab – kitab asli ) Tanah Dhawa Kuno telah hilang dibakar oleh para pendatang yang silih berganti, akhirnya Sunan Kalijaga pun berusaha melestarikan yang masih bisa diketahui dari sisa – sisa sejarah masa lampau itu dengan wayang. Begitu juga para Penguasa Mataram yang kemudian memerintahkan para pujangganya untuk menulis riwayat Babad Tanah Dhawa, akan tetapi karena babad yang asli benar – benar telah hilang, maka kitab – kitab baru dari pujangga – pujangga tersebut pun mau tidak mau berpedoman pada kitab lama yang masih ada ( tentunya bukan kitab Babad Asli Tanah Dhawa, melainkan kitab gubahan yang telah disesuaikan dengan penguasa / faham penguasa yang terakhir masuk di Jawa. Dengan paparan – paparan ini maka bisa kita ketahui dengan gamblang bahwa memang telah terjadi penjajahan Sejarah Asli Tanah dhawa NKRI oleh para pendatang yang berkuasa dengan cara mengubah babad asli dan menyesuaikannya dengan faham mereka. Fakta yang menguatkan mengenai hal ini juga terdapat dalam Pustaka Raja Purwa dan Babad Syekh Subakir. Pustaka Raja Purrwa mengatakan bahwa Tanah Dhawa belum ada manusianya saat Ajisaka datang ke Jawa ( Hangejawi ). Dialah yan berjasa mengisi Tanah Dhawa ini dengan manusia setelah sebelumnya dilakukan penumbalan terlebih dahulu karena tanah ini sangat angker dan penuh dengan lelembut. Babad Syekh Subakir berkata lain. Dalam babad ini diceritakan bahwa Syekh Subakirlah yang pertama kali masuk ke Jawa dan menumbal tanah ini ( tepatnya di gunung Tidar Magelang hingga bertemu dengan ratu lelembut yang bernama Semar. Setelah terjadi kesepakatan, barulah Syekh Subakir ini mengisi pulau Jawa dengan manusia dari Negara lain. Terlihat dalam dua babad tersebut betapa dua kepentingan kekuasaan dengan paham yang berlainan saling memperebutkan sebagai cikal bakal pengisi Tanah Dhawa. ( Ravie Ananda ).
20. Magiri si Manglarmanga, ing Gading si Puspasari, Katanggungan Kluntungwelah, Barengkelan Banaspati kang wasta Raden Dewi, ing Tengah pun Sabuk alu. Nagri Kedungerika awasta Sang Raja Putri, ing Bahrawa Baruklinting kang rumeksa,
Magiri ( Imogiri Yogyakarta ) si Manglarmanga, di Gading si Puspasari, Katanggungan Kluntungwelah, Barengkelan ( Brengkelan Porworejo ) Banaspati yang bernama Raden Dewi, di Tengah (Pangenjurutengah Purworejo ) ialah Sabuk alu. Nagri Kedungerika bernama Sang Raja Putri, di Bahrawa ( Ambarawa ) Baruklinting yang berkuasa, ( Ravie Ananda )

21. Si deleng ing Pamancingan, Guwa Langse Raden Dewi, ana dene Parangwedang Raden Ayu Jayengwesi, ngulon turut pasisir kulawarga Nyai Kidul sampun pepak sedaya, para ratuning dedemit sampun nglempak kang aneng ing tanah Jawa.
Si deleng di Pamancingan, Guwa Langse Raden Dewi, sedangkan Parangwedang Raden Ayu Jayengwesi, ke barat sepanjang pesisir keluarga Nyai Kidul sudah lengkap semua, para ratunya dedemit sudah terkumpul yang ada di tanah Jawa ( Ravie Ananda ).

Pelurusan Sejarah mengenai Nyai Roro Kidul
Masyarakat pada umumnya telah terbiasa dan terkondisi oleh pencitraan masa Islam bahwa Ratu Kidul adalah Nyai Roro Kidul. Pemahaman ini sangatlah keliru. Penulis akan menjelaskan sedikit riwayat mengenai dua tokoh tersebut.

Nyai Roro Kidul
Jaman dahulu kala, jauh sebelum adanya kerajaan Kediri, lelembut / mahluk halus di seluruh Nusantara dirajai oleh ratu yang juga asli lelembut yang bernama Nyai Ageng Rara Kidul yang singgasananya di tengah samudra pantai selatan.

Eyang Ratu Kidul
Pada masa kerajaan Kediri, seorang adik dari prabu Jayabaya ( putri ) yang menyandang cacad fisik diasingkan dari kerajaan di pantai selatan, tujuannya tidak lain agar mempercepat kematiannya. Akan tetapi, karena ia mempunyai darah luhur, di pantai selatan tersebut ia bertapa mati raga dalam waktu yang lama, hingga sampai pada suatu saat yang telah dikehendaki oleh Yang Maha Kuasa, akhirnya dia moksha ( Rijalul Ghaib ) dan menjadi Manusia Bangsa Halus / Rijalulghaib / Siluman. Karena dayanya yang luar biasa ( dari badan kasar menjadi badan halus ) akhirnya ratu lelembut yang bernama Nyai Ageng Rara Kidul tersebut kalah daya dan kemudian jabatan ratu lelembut Nusantara beralih pada Eyang Ratu Kidul. Adapun Nyai Ageng Rara Kidul ( yang asli bangsa halus tadi ) kemudian menjadi patih dari Eyang Ratu Kidul.

Eyang Ratu Kidul sendiri diizinkan oleh Yang Maha Kuasa menjadi bangsa Halus, dimana dia ditugaskan untuk mengayomi seluruh manusia Tanah Dhawa yang masih menggunakan Jawanya ( Njawani ) agar tidak diganggu oleh bangsa halus dalam bentuk apapun. Adapun mengenai Eyang Ratu Kidul yang konon memiliki kamar khusus seperti di salah satu hotel di Bali dan beberapa tempat lain, sesungguhnya bukanlah Eyang Ratu Kidul, melainkan patihnya yang bernama Nyai Ageng Rara Kidul. ( Ravie Ananda ).

Dari beberapa pemaparan penulis, mengenai jati diri beberapa nama tokoh / Ratu lelembut yang disebutkan dalam kidung di atas, bisa disimpulkan bahwa Ratu – ratu Lelembut tersebut adalah nama tokoh manusia yang sebenarnya berkaitan erat dengan sejarah Tanah Dhawa RI, bukan sebagai sosok Ratu Bangsa Halus yang tidak memiliki kaitan apapun dengan sejarah dan cenderung bermakna negatif. Sayang sekali sejarah – sejarah keluhuran Tanah Dhawa NKRI yang melekat dalam tokoh – tokoh yang telah moksha tersebut kini ikut hilang ditelan bumi, seperti juga sejarah mengenai sosok Gajah Mada yang jatidiri dan keturunannya hingga kini masih terselubung misteri. Semoga sejarah yang hilang tersebut segera muncul kembali bersamaan dengan bangkitnya keluhuran Tanah Dhawa NKRI. Rahayu.  
Salam Pancasila
terimakasih atas respon anda. admin

Rabu, 27 Maret 2019

Kebumen sebuah daerah yang sarat dengan perjalanan para tokoh dan pahlawan masa lalu

Kabarbanyumas.com – Kebumen sebuah daerah yang sarat dengan perjalanan para tokoh dan pahlawan masa lalu. Akan tetapi belum banyak sejarah yang di ketahui oleh para pejabat maupun masyarkat umum. Kini yang tertinggal sebagai alat mengetahui sejarah Kebumen adalah melalui makam-makam para adipati dan senopati agung dari kerajaan mataram yang disemayamkan di Kebumen dan belum diketahui khalayak umum.
Makam-makam para pelaku sejarah itu tersebar di seluruh kabupaten dan desa di Kabupaten Kebumen seperti:
Panembahan Agung Kajoran, Kajoran, Karanggayam
Syaikh Pandan Arum, Karangreja, Petanahan
Panembahan Kalang Kadirja, Braja, Karangduwur, Petanahan
Syech Gesing (Gesing, Adikarso, Kebumen)
Desa Klapasawit Dukuh Joho RT 03/02, Buluspesantren Kebumen. Di sana ada makam-makan dengan nama-nama yang tercantum di antaranya:
  1. Mbah Patra Leksana / R. Mas Ngabehi Surantika / Mbah Soleh / R. Joko Purna
  2. Wangsa Dipa / Kyai Sawunggalih / Syeh Abdurrahman
  3. Mbah Soka Pura / Kyai Patah / Kyai Selo / Kyai Soka Leksana / Raden Jaka Umbaran
  4. Mbah Singayuda / Kyai Mataram / R. sancang Yuda / R. Setro Jenar
  5. Mbah Suliwarni / R. Mas Kalinyamat / R. Soka Nanta
Sementara di Desa Sidomukti Ambal (Dukuh Daratan)
  1. Syeh Abdul Qodir An-Daratany, Daratan Sidomukti Ambal
  2. Syeh Bledug Jagung, Daratan Sidomukti Ambal
  3. Mbah Kyai Sodri, Daratan Sidomukti Ambal
  4. Eyang Doro Bei, Kradenan Ambal
Di wilayah Kebumen barat:
Panembahan Eyang Sepuh Purnomo Sidik, Candi, Karanganyar
Panembahan Duryudana, Sempor
Panembahan Eyang Tumenggung Singa Taruna, Tresnorejo, Petanahan
Panembahan Eyang Tumenggung Singa Ndanu, Puring
Panembahan Eyang Tumenggung Carangnolo, Puring
Panembahan Eyang Tumenggung Wono Salam, Sekarteja, Adimulyo
Panembahan Eyang Dipawetjana, Sidomulyo, Adimulyo
Panembahan Eyang Sepuh Joko Puring, Puring
Syaikh Abbas, Dorowati, Klirong
Syekh Anom Sedakarsa, Beningsari Petanahan Kebumen.
Makam Mbah Agung di Ds. Kajoran, Karanggayam
Makan R. Djojo Murtani makamnya di Gunung Tumpeng.
  1. Trunojoyo, di desa Kajoran Karanggayam.
Makam Eyang Bambang Pujoseno, Pesareyan Gedibrah di Tambakagung, Klirong.
Syeh Abdul Awwal di Petanahan
Makam mbah Selangking, didorowati, Klirong
Daerah Kebumen Kota
  1. Syech Bagus ‘Ali (panggel, panjer, Kebumen)
  2. Syech Asmorokondi atau Syekh Sirnoboyo (Kuwarisan, panjer, Kebumen)
  3. Syekh Ngabdul Kahfi Awwal, pendiri Masjid Somalangu dimakamkan di Candiwulan Kebumen.
  4. Syekh Ngabdul Kahfi Tsani, Candiwulan Kebumen.
  5. R. Ngabehi Kertawangsa / Ngabehi Kolopaking dimakamkan di Kalijirek Kebumen.
  6. Gajah Mada, di kompleks Sarinabati atau PT. Maxole panjer Kebumen.
Kebumen Timur.
  1. Bulupitu; di Desa Tunjungseto Kutowinangun bukanlah makam, tapi petilasan, tempat bertapa Joko Sangkrib. Konon setelah semedi 72 hari, ia diberi senjata cambuk oleh Dewi Nawangwulan, bekal untuk mengabdi ke Keraton Mataram. Putra Demang Kutowinangun itu menjadi sakti dan karena prestasinya itu diberi jabatan menjadi Adipati Kebumen sebagai Arungbinang 1. Makanya ada yang mengisahkan, Dewi Nawangwulan itu “kekasih gelap” Joko Sangkrib menurut lakon-lakon di ketoprak.
  2. Joko Sangkrib sendiri dimakamkan di dukuh Kebejen Kuwarisan Kutowinangun.
  3. Pangeran Bumi Dirja didesa Lundong Kutowinangun
Demikian catatan kecil tantang Makam karomah di daerah Kebumen. Bagi Anda yang hobi ziarah mungkin bisa menjadi pengembang kazanah Anda. (Toto Supriyatno)
terimakasih atas respon anda. admin

ERA TASHAWWUF SOCIETY 6.0

Sosialisasi : GENERASI BARU ABAD 21 ERA TASHAWWUF SOCIETY 6.0 (Ki Ageng Sapujagat Al Kajorani Al Jawi) > Revolusi Industri 4.0 mengg...