Macam-Macam Instrumen Gamelan dan Filosofinya
Negara yang maju adalah negara yang dapat menghargai kebudayaannya sendiri. Namun pada kenyataannya hal ini sudah sangat sulit ditemui, karena apresiasi masyarakat sekarang terhadap budaya semakin minim. Hal ini terbukti dari hanya sedikit masyarakat yang bisa memainkan alat musik tradisional, khususnya Gamelan. Sebuah perpaduan alat musik yang sarat akan makna serta dilatari dengan berbagai filosofi. Contohnya saja, gamelan yang berbunyi nang, ning, nung, neng, gong.
Nang artinya menang, Ning artinya wening atau berfikir, Nung artinya ndunung atau berdo’a, Neng artinya meneng atau diam, dan Nong artinya Plong. Sedangkan dari namanya Gamelan, juga memiliki arti tersendiri dari setiap hurufnya.
G (Gusti),
A (Allah),
M (Maringi),
E (Emut-ingat),
L (Lakono),
A (Ajaran),
N (Nabi)
Kata GAMELAN sendiri berasal dari bahwa Jawa "gamel" yang berarti memukul/ menabuh, diikuti akhiran "an" yang menjadikannya sebagai kata benda. Sedangkan istilah gamelan mempunyai arti satu kesatuan alat musik yang dimainkan bersama.
1. Bonang Panembung dan bonang Penerus
Bonang dari kata babon dan menang. Yang mengandung arti bahwa kemenangan sejati adalah melawan hawa nafsu pada diri kita. Kendalikanlah diri kita, jangan mudah terpancing dan gampang menuruti hawa nafsu. Karena sejatinya pemenang adalah orang yang mampu mengontrol hawa nafsu.
Panembung : yang berarti meminta. Bahwa bila kita menginginkan / meminta sesuatu hanya kepada Allah. Mintalah hanya kepadaNya. Jangan pernah meminta sesuatu selain kepada Allah. Jangan pernah menyekutukan Allah.
Penerus : artinya adalah anak keturunan. Ini mengandung makna bahwa ajaran dan dakwah Islam wajib diteruskan oleh keturunan kita.
2. Kethuk
Kerhuk merupakan instrumen gamelan yang berbunyi thuk saat ditabuh. Kata thuk ini bagi orang jawa diartikan sebagai manthuk yang artinya setuju, yang dimaksudkan agar manusia haruslah setuju dengan semua perintah dan larangan sang pencipta.
3. Kendhang
Kendang merupakan alat gamelan yang terbuat dari kayu nangka. Panjang kendang 85 cm dan garis tengah 16-20cm. Kendang ini merupakan pimpinan dalam permainan musik gamelan, kendhang juga mengendalikan irama cepat atau lambat dalam permainan gamelan. Kata kendang diambil dari bunyi alat musik ini saat dimainkan yaitu berbunyi dang. Adapun filosofi dari ndang merupakan kata kerja yang memiliki arti bersegeralah dalam beribadah kepada sang maha pencipta.
Kendhang : berasal dari kata kendhali dan padang. Yang artinya adalah keinginan harus dikendalikan dengan pikiran dan hati yang bersih. Setiap kita mempunyai keinginan lakukanlah dengan pikiran yang jernih, penuh kepositifan. Diimbangi dengan hati yang bersih, dengan tujuan bahwa keinginan ini akan membawa kebaikan bagi orang banyak.
4. Kempul
Kempul merupakan salah satu instrumen gamelan, yang mirip dengan gong, hanya saja ukurannya lebih kecil. Biasanya kempul ini ditabuh beberapa kali yang kemudian disusul dengan tabuhan gong. Dalam bahasa jawa, kempul diartikan kumpul, kata ini merupakan kata ajakan untuk berjama’ah dalam beribadah.
5. Saron
Saron terbuat dari bahan besi, kayu, karet, dan paku dengan bentuk seperti lesung kecil. Saron ini memiliki lima macam berdasarkan oktafnya. Kata saron ini dalam bahasa jawa dinamakan sero yang artinya keras.
Saron : artinya adalah seru atau keras. Segala usaha dalam da'wah dalam islam harus dilakukan dengan kerja keras dan pantang putus asa.
6. Gender
Gender berasal dari kata gendera yang berarti bendera, bendera juga merupakan simbol permulaan. Gender ini dimainkan mendahului alaty-alat musiok lainnya
7. Rebab
Rebab merupakan salah satu alat gamelan yang dibunyikan terlebih dahulu jika gender tidak ada. Adapun makna filosofis dari rebab ini adalah tujuan atau keinginan dari suatu tindakan.
8. Gambang
Gambang : artinya adalah gamblang atau jelas. Mengandung makna bahwa dakwah yang diberikan harus jelas, sehingga maksud dan pesannya tersampaikan dengan sangat jelas, gamblang dan bisa dimengerti. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi akan kesalahpahaman dalam penerimaannya.
Kata gamblang yang berarti seimbang dan jelas, yang menunjukan adanya keseimbangan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
9. Suling
Suling : berasal dari kata nafsu dan eling. Artinya adalah kita harus selalu ingat ( eling ) kepada Allah untuk mengendalikan nafsu kita.
Suling merupakan salah satu intrumen musik gamelan yang terbuat dari bambu, adapun cara merm,ainkan alat musik ini dengan cara ditiup hingga mengeluarkan bunyi. Dalam bahasa jawa, filosofis suling yaitu eling yang artinya ingat, makshudnya agar manusia selalu ingat akan kewajibannya.
10. Siter
Siter merupakan merupakan alat gamelan yang berasal dari kata siteran. Siter ini merupakan alat musik petik
11. Gong
Gong merupakan alat gamelan yang paling jelas suaranya saat dibunyikan karena ukurannya sangat besar. Yang berbunyi gong…ng…ng.
Gong : yang berarti agung / besar. Mengandung makna bahwa Allah itu maha besar. Segala sesuatu bisa terjadi bila ada ijin dari Allah. Kejadian-kejadian itu adalah untuk mengingatkan kita akan Kebesaran Kuasa Allah.
CARA MEMBUNYIKAN GAMELAN:
1. Digebuk Contoh: Bedhuk, Kendang
2. Dipukul Contoh : Gender, gambang, kemanak, kecer, saron,
bonang, kenong, kempul, gong.
3. Digesek : Contoh : Rebab
4. Dipetik Contoh : Celempung dan sitter
5. Ditiup Contoh : Suling.
FILOSOFI BUNYI GAMELAN dari :
Kempul atau Kenong dan Bonang yang menimbulkan bunyi; Neng, Ning, Nung, Nang.
NENG (meNENG, diam),
NING (weNING, berfikir)
NUNG (ndhuNUNG, berdo'a ),
NANG (meNANG, Kemenangan)
NONG (Tuhan).
Di antaranya dengan laku prihatin untuk meraih kemenangan melalui empat tahapan yang harus dilaksanakan secara tuntas. Empat tahapan tersebut dikiaskan ke dalam nada suara salah instrumen Gamelan Jawa yang dinamakan Kempul atau Kenong dan Bonang yang menimbulkan bunyi; Neng, Ning, Nung, Nang.
1. Neng; artinya jumeneng(berdiri), sadar atau bangun untuk melakukan tirakat, semedi, maladihening, atau mesu budi. Konsentrasi untuk membangkitkan kesadaran batin, serta mematikan kesadaran jasad sebagai upaya menangkap dan menyelaraskan diri dalam frekuensi gelombang Tuhan.
2. Ning; artinya dalam jumeneng kita mengheningkan daya cipta (akal-budi) agar menyambung dengan daya rasa- sejati yang menjadi sumber cahaya nan suci. Tersambungnya antara cipta dengan rahsa akan membangun keadaan yang wening. Dalam keadaan "mati raga" kita menciptakan keadaan batin (hawa/jiwa/nafs) yang hening, khusuk, bagai di alam "awang-uwung" namun jiwa tetap terjaga dalam kesadaran batiniah. Sehingga kita dapat menangkap sinyal gaib dari sukma sejati.
3. Nung; artinya kesinungan. Bagi siapapun yang melakukan Neng, lalu berhasil menciptakan Ning, maka akan kesinungan (terpilih dan dipilih) untuk mendapatkan anu gerah agung dari Tuhan Yang Mahasuci. Dalam Nung yang sejati, akan datang cahaya Hyang Mahasuci melalui rahsa lalu ditangkap roh atau sukma sejati, diteruskan kepada jiwa, untuk diolah oleh jasad yang suci menjadi manifestasi perilaku utama (lakutama). Perilakunya selalu konstruktif dan hidupnya selalu bermanfaat untuk orang banyak.
4. Nang; artinya menang; orang yang terpilih dan dipilih (kesinungan), akan selalu terjaga amal perbuatan baiknya. sehingga amal perbuatan baik yang tak terhitung lagi akan menjadi benteng untuk diri sendiri. Ini merupakan buah kemenangan dalam laku prihatin. Kemenangan yang berupa anugrah, kenikmatan, dalam segala bentuknya serta meraih kehidupan sejati, kehidupan yang dapat memberi manfaat (rahmat) untuk seluruh makhluk serta alam semesta. Seseorang akan meraih kehidupan sejati, selalu kecukupan, tentram lahir batin, tak bisa dicelakai orang lain, serta selalu menemukan keberuntungan dalam hidup (meraih ngelmu beja).
Neng adalah Syariatnya,
Ning adalah Tarekatnya,
Nung adalah Hakekatnya,
Nang adalah Makrifatnya.
MAN AROFA NAFSAHU FAQOD AROFA ROBBAHU Barang siapa mengenal nafs (diri)nya, maka dia mengenal Tuhan nya.
WA MAN AROFA ROBBAHU FAQOD JAHILAN NAFSAHU Barang siapa mengenal Tuhannya maka dia merasa bodoh.
MAN TOLABAL MAOLANA BIGOERI NAFSI FAQODDOLA DOLALAN BAIDA Barang siapa yang mencari Tuhan keluar dari dirinya sendiri maka dia akan tersesat semakin jauh.
IQRO KITAB BAQO KAFA BINAFSIKA AL YAOMA ALAIKA HASBI Bacalah kitab yang kekal yang berada di dalam diri kalian sendiri.
ALLAHU BATHINUL INSAN, AL INSANU DHOHIRULLAAH : Allah itu bathinnya manusia, manusia adalah dhohirnya (kenyataannya) Allah.
AL INSANU SIRI WA ANA SIRUHU : Rahasia kalian adalah rahasia-Ku.
LAA YARIFALLAAHU GHOIRULLAH : Yang mengenal Allah hanya Allah.
AROFTU ROBBI BI ROBBI : Aku mengenal Tuhan melalui Tuhan.
MAA AROFNAKA HAQQO MA'RIFATAKA
TATA CARA MEMAINKAN GAMELAN :
1.Dalam memainkan gamelan kita harus mempelajari unsur-unsur yang menunjang, seperti aturan main, tata susila, rasa kebersamaan dan kepekaan emosional.
2.Dilakukan dengan sikap yang baik dan duduk bersila.
3.Masuk areal gamelan tidak boleh melangkai alat gamelan.
MACAM-MACAM INSTRUMENT GAMELAN:
1. Bonang barung dan bonang penerus:
Ricikan yang berbentuk pencon yang diletakkan diatas rancakan dengan susunan 2 deret yaitu bagian atas disebut brunjung dan bagian bawah disebut dhempok. Terdiri dari 2 rancak. 1 rancak untuk laras slendro yang berisi 10/ 12 pencon, dan laras pelok berisi 14 pencon.
2. Wilahan (terdiri dari):
• Saron 1 dan 2
• Demung
• Slentem
• Peking
Wilahan berbentuk pipih terletak diatas rancakan yang terbuat dari kayu, ada 2 rancak, 1 rancak untuk laras slendro, dan 1 rancak untuk laras pelog
3. Kempul
Kempul menandai aksen-aksen penting dalam kalimat lagu/ gending untuk menegaskan ketukan
4. Gong ( Gong gede dan gong suwukan )
Gong menandai permulaan dan akhiran gending dan memberikan rasa keseimbangan setelah berlalunya kalimat lagu.
5. Gambang
Gambang ada3 rancak dengan bilah yang di buat dari kayu, 1 reancak untuk slendro, 2 rancak untuk pelok, masing-masing rancak terdiri dari 21 bilah mulai dari nada 5 sampai dengan nada 5.
6. Gender ( Gender barung dan gender penerus )
Bentuk bilah menggunakan tabung atau bumbungan yang di buat dari bamboo.
Sebagai resonator. Gender barung berisi 14 bilah, gender penerus 14 bilah.
7. Kethok kenong
Dalam memberi batasan sturktur suatu gending, kenong adalah instrument kedua yang peling penting setelah gongdan menuntun alur l
8. Celempung
Celempung instrument kawat petik. Kawatnya terdiri dari 13 pasang ditegakkan antara paku atas dan bawah, ada 3 buah satu untuk laras slendro dan 2 untuk laras pelok
9. Kemanak
Bentuknya seperti buah pisang, untuk mengiringi tari buidaya dan srimpi
10. Khendang
Kendhang dimainkan dengan jari dan telapak tangan, Kendhang yang menentukan irama dan tempo, (menjaga keajekan tempo, menuntun peralihan cepat atau lambat, menghentikan irama gamelan). Macam kendhang. ( ada kendang gede, kendang wayangan, kendshang ciblon, dan ketipung).
11. Rebab
Rebab berbentuk biola. Nabuhnya dengan cara digesek
12. suling
(Terbuat dari Bambu yang di lubangi )
13. sitter
Sliter instrument kawat petik yang terdiri dari 13 pasang, (alat ini lebih kecil dari celempung)
PERAN RICIKAN / INSTRUMENT GAMELAN:
Masing-masing instrument mempunyai perbedaan bantuk, peran dan fungsi. Untuk menyatukan hal tersebut, ada pembagian tugas dari masing-masing instrument, yaitu :
• Pamurba wirama
Bertugas untuk menguasai irama dalam sajian, menentukan tempo dan volume serta menghentikan gendhing. Instrument kendhang.
• Pamurba lagu :
Bertugas penetu dan penuntun lagu, menunjukan nafas, jiwa, dan karakter gendhing yang disajikan. Instrument Rebab, gender, bonang.
• Pamangku wirama
Bertugas menjaga irama, mempertegas tempo yang telah adea. Instrument Kethuk,kenong,kempyang,kempul dan gong
• Pamangku lagu
Bertugas memjalankan lagu yang sudah ada, serta mempertegas melodi. Instrument Gender,Saron, demung dan peking.
• Pangrengga lagu
Bertugas mengisi lagu. Instrument Gender penerus, suling, celempung dan sitter.
Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu-Budha yang mendominasi Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili seni asli indonesia. Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti sekarang ini pada zaman Kerajaan Majapahit. Dalam perbedaannya dengan musik India, satu-satunya dampak ke-India-an dalam musik gamelan adalah bagaimana cara menyanikannya. Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set gamelan.
Gambaran tentang alat musik ensembel pertama ditemukan di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah, yang telah berdiri sejak abad ke-8. Alat musik semisal suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, ditemukan dalam relieftersebut. Namun, sedikit ditemukan elemen alat musik logamnya. Bagaimanapun, relief tentang alat musik tersebut dikatakan sebagai asal mula gamelan.
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu sléndro, pélog, "Degung" (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan "madenda" (juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.
Musik Gamelan merupakan gabungan pengaruh seni luar negeri yang beraneka ragam. Kaitan not nada dari Cina, instrumen musik dari Asia Tenggara, drum band dan gerakkan musik dari India, bowed string dari daerah Timur Tengah, bahkan style militer Eropa yang kita dengar pada musik tradisional Jawa dan Bali sekarang ini.
Interaksi komponen yang sarat dengan melodi, irama dan warna suara mempertahankan kejayaan musik orkes gamelan Bali. Pilar-pilar musik ini menyatukan berbagai karakter komunitas pedesaan Bali yang menjadi tatanan musik khas yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Sléndro atau kadangkala dieja sebagai saléndro adalah satu di antara dua skala dari gamelan musik. Skala ini lebih mudah untuk mengerti daripada pelog, skala yang lain, karena adalah secara mendasar hanya lima nada dekat yang berjarak hampir sama dalam satu oktaf.
Oleh karena itu mempunyai interval sempurna keempat yang lebih sempit, sekitar 480 sen, berbeda dengan interval pelog yang lebih lebar.
Tangga nada slendro biasa disebut dengan
Nomor | Angka Jawa | Nama Tradisional | ||
---|---|---|---|---|
Nama penuh | Nama pendek | Nama penuh | Makna harfiah | |
1 | siji | ji | panunggal | kepala |
2 | loro | ro | gulu | leher |
3 | telu | lu | dada | dada |
5 | lima | ma | lima | tangan (lima jari) |
6 | enam | nam | enam | tidak diketahui |
Asal mula skala slendro tidak jelas. Akan tetapi istilah slendro berasal dari nama Sailendra, wangsa penguasa Kerajaan Medang dan Sriwijaya. Skala Slendro diduga dibawa ke Sriwijaya oleh pendeta Buddha Mahayana dari Gandhara di India, melalui Nalanda dan Sriwijaya, dari sana berkembang ke Jawa dan Bali.[
Pelog adalah satu dari dua skala (tangga nada) yang esensial dipakai dalam musik gamelan asli dari Bali dan Jawa di Indonesia. Skala lainnya adalah slendro. Skala pelog dapat dibuat dengan cara merangkaikan interval sempurna keempat dengan interval yang cukup lebar, sekitar 515 sampai 535 sen. Interval ini berada pada jarak yang ekstrem yang dapat didengar sebagai interval keempat.
Skala pelog yang penuh terdiri dari tujuh nada yang berbeda (suatu tumpukan dari 6 buah interval keempat), tetapi biasanya suatu komposisi akan ditulis dalam 5 nada. Ketujuh nada dalam skala pelog disebut "barang", "dada", "nem", "gulu", "lima", "bem", dan "pelog".
Nada dalam skala dengan dua interval yang berbeda, dilambangkan dengan L dan S, adalah: gulu-S-dada-L-pelog-S-lima-S-nem-S-barang-L-bem-S-gulu. Dalam hal ini, S adalah sekitar 110-150 sen dan L adalah sekitar 250-300 sen.
Instrumen balungan
Instrumen panerusan
Instrumen unpitched
Vokal dan tepukan
terimakasih atas respon anda. admin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar