2 MEI 2018
PONDOK PESANTREN PETANI NUSANTARA
2) Kampoeng
Petrokimia Gresik Sikepis ( Demfarm SIKEPIS ),
3) Waroeng
Tani Nusantara,
4) Pelatihan
Anak Tani Remaja ( PATRA ) Taruna Tani Nusantara,
5) Sikepis
Institute.
Walau
dalam proses merintis dan memulainya dengan tergopoh – gopoh dan terseok –
seok, merangkak penuh keringat darah, swadaya modal dengkul, berdikari, namun
dengan jiwa pengabdian, semua lebih berarti dalam hidupku dan bernilai ibadah,
semangat bergelora tak pernah padam penuh kebeningan jiwa, gotong royong
bersama petani di perdesaan.
Pangandaran, 26
Maret 2018
WARINO SIKEPIS
LIMA PONDASI RUMAH PETANI
1. Pondok Pesantren Petani Nusantara
Pusat Ngaji
Agribisnis, Ngaji Religi, Ngaji Seni Budaya
2. Kampoeng Petrokimia Gresik Sikepis
Demfarm Komoditi
Sikepis Sebagai Agrowisata Edukasi
3. Waroeng Tani Nusantara
Badan Usaha
Milik Petani BUMP Agribisnis sebagai penampung hasil pertanian dan penyedia
saprodi, saprotan, sapronak dan alsintan
4. PATRA Taruna Tani Nusantara
Pelatihan Anak
Tani Remaja PATRA sebagai Pusat Pendidikan dan Pelatihan Regenerasi Petani
5. Sikepis Institute / PUSDIKLAT LPPNU
Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama ( PUSDIKLAT LPPNU
) Sebagai lembaga pendidikan Petani Agribisnis, Wirausahawan Muda Profesional,
Pendidikan dan Pelatihan Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Swadaya (
PPPKS ).
DAFTAR ISI
SAMBUTAN
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
SEJARAH SIKEPIS LAHIR
BAB III
PROFIL SIKEPIS
1.
Rintisan
SIKEPIS
2.
Kondisi
SIKEPIS Sekarang
3.
Harapan
SIKEPIS Kedepan
BAB IV
MENCERDASKAN PETANI SIKEPIS
1.
Ketekunan
dan Ketulusan Petani SIKEPIS
2.
Mendidik
Petani Tanpa Pamrih
3.
Mencetak
Regenerasi Petani Agribisnis
BAB V
MEMBANGUN KESWADAYAAN
1.
Petani
Bangkit Menolong Diri Sendiri
2.
Berdikari,
Mandiri Berbasis Kearifan Lokal
3.
Swadaya
Sebagai Soko Guru Utama
BAB VI
TRANSFORMASI INFORMASI DAN TEKNOLOGI
1.
Menciptakan
Akselerasi Informasi dan Teknologi
2.
Pusat
Pelayanan Informasi dan Teknologi
3.
Pusan
Pendidikan, Pelatihan dan Konsultasi Petani
BAB VII
SISTEM KEBERSAMAAN EKONOMI BERDASARKAN MANAJEMEN KEMITRAAN
1.
Sistem Kebersamaan
Ekonomi Berdasarkan Manajemen Kemitraan
2.
Pendidikan Orang
Dewasa
BAB VIII
PEMBERDAYAAN PETANI SIKEPIS
1.
Memberdayakan
Potensi Masyarakat
2.
Model
Pemberdayaan Petani Kecil
3.
Pusat
Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan
4.
Pemberdayaan
Komunitas
BAB IX
SIKEPIS SEBAGAI SOLUSI PETANI 100 TAHUN
1.
Pondok
Pesantren Petani Nusantara
2.
Kampoeng
Sikepis
3.
Waroeng
Tani Nusantara
4.
Pelatihan
Anak Tani Remaja Sebagai Regenerasi Petani
5.
Sikepis
Institute
6.
Dasa
Usaha Tani
BAB X
PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
Pemberdayaan SDM pertanian khususnya
para petani pada hakekatnya adalah upaya menempatkan petani secara wajar,
sebagai manusia yang mempunyai aspirasi, keinginan, cita – cita, kebutuhan, kelemahan
dan kelebihannya masing – masing.
Upaya tersebut dilakukan secara terarah
dan sistematis antara lain melalui peningkatan kompetensi petani dengan
pendekatan “belajar
melalui bekerja” di pondok pesantren petani nusantara melalui Sikepis Institute dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Lembaga
Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama PUSDIKLAT LPPNU dan Sikepis Institute.
Keberadaan PUSDIKLAT LPPNU Pondok
Pesantren
Petani
Nusantara
sebagai lembaga pelatihan swadaya yang tumbuh dan berkembang dari, oleh dan
untuk petani di perdesaan.
Diharapkan Pondok
Pesantren
Petani
Nusantara
melalui PUSDIKLAT LPPNU menjadi pusat keteladanan dalam membumikan Petani
Bangkit, Petani Pengusaha Agribisnis, Petani Sukses dan menjadi Pusat
Regenerasi Petani serta menjadi agen perubahan sector pertanian, perikanan, dan
kehutanan di perdesaan kearah yang lebih baik, maju, sejahtera dan bermartabat.
BAB II
SEJARAH SIKEPIS LAHIR
Perjalanan sejarah lahirnya SIKEPIS (
Sistem Integrasi Kakao Entog Padi Itik Sapi )
Tahun 1999
Mendirikan Musholla Darul Huda di RT
24/08 Dusun Cibadak, Desa Paledah, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.
Tahun 2000
Mendirikan Forum Ikatan Remaja Islam
Kreatif ( FIKRI KREATIF ) tingkat Kecamatan Padaherang dengan kegiatan rutin
pengajian setiap Ahad Manis secara bergiliran setiap DKM Masjid dan Musholla
antar Desa.
Tahun 2002
Mendirikan Yayasan Kesejahteraan Amal
Bakti Pendidikan Islam ( YaKABPI ) Bani Akhyar
Tahun 2004
Mendirikan Kelompoktani Kakao Sejahtera
di Dusun Cibadak Desa Paledah Kecamatan Padaherang
Tahun 2005
Mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat
Forum Peduli Masyarakat Ciamis Selatan ( LSM FOPMAS )
Tahun 2006
Membuat konsep pertanian Sistem
Integrasi SIKEPIS ( Sistem Integrasi Kakao, Entog, Padi, Itik, Sapi )
Tahun 2007 – 2008
Membangun Kampoeng Agribisnis SIKEPIS dengan Mendirikan Gapura Kampoeng Agribisnis SIKEPIS
Tahun 2009
Merintis One Man One Product
Tahun 2010
Mengembangkan Budidaya Sapi SIKEPIS
Tahun 2011
Mendirikan Karang Taruna SIKEPIS
Tahun 2013
Mendirikan Kelompok Kontak Tani Nelayan
Andalan ( KTNA ) Kabupaten Pangandaran
Tahun 2014
Membuat konsep Zonasi Desa Sentra
Komoditi One Village One Product 93 Desa, 10 Kecamatan
Tahun 2015
Membuat Gerakan Membumikan SIKEPIS di
Kabupaten Pangandaran
Tahun 2016
Merintis Pusat
Pendidikan dan Pelatihan SIKEPIS
Tahun 2017
Tanggal 10
November 2017 mendirikan Pondok Pesantren Petani Nusantara, Mendirikan Kelompok
Wanita Tani KWT Kartini Nusantara
Tahun 2018
Mendirikan Miniatur Kampoeng Petani Nusantara Di Dusun Cibadak, Desa
Paledah Dengan Mendirikan :
1.
Mendirikan Pondok
Pesantren Petani Nusantara;
2.
Mendirikan Waroeng
Tani Nusantara;
3.
Mendirikan
Kampoeng Petrokimia Gresik SIKEPIS (Demfarm SIKEPIS),
4.
Mendirikan
Pelatihan Anak Tani Tani Remaja PATRA Jawa Barat Atas Rekomendasi Presiden
PATRA Indonesia;
5.
Mendirikan Sikepis
Institute;
6.
Mendirikan
Kelompok Usaha Bersama PANCIMAS;
7.
Mendirikan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (
PUSDIKLAT LPPNU ) Kabupaten Pangandaran,
8.
Membuat
Demfarm Agribisnis SIKEPIS FARM komoditas Unggulan :
a.
Tanaman
Pangan ( Koordinator Mahpud )
b.
Hortikultura
/ Sayuran dan Buah – Buahan ( Koordinator Iman Sakiran )
c.
Peternakan
Kambing dan Domba ( Koordinator Muhalim )
d.
Peternakan
Sapi ( Koordinator Titor Lesmana )
e.
Perikanan
Air Tawar ( Koordinator Sutarmo )
f.
Makanan
dan Minuman Olahan ( Koordinator Suhadi )
g.
Sanggar
Seni Sikepis Lintang Trenggono ( Koordinator Fredy )
BAB III
PROFIL SIKEPIS
1. Rintisan SIKEPIS
Tahun 2004
Tahun 2004 para petani yang tergabung
dalam kelompoktani sejahtera dengan dimotori oleh para pemuda tani di Dusun
Cibadak,
Desa
Paledah,
Kecamatan
Padaherang,
dengan komoditas yang dikelola hanya padi sawah, mulai merintis komoditi kakao
secara swadaya.
Tahun 2005
Kelompoktani kakao Sejahtera
dengan swadaya kelompok memulai membuat konsep pertanian sistem
integrasi dengan komoditas unggulan Kakao – Padi – Itik – Entog. Dengan nama
program KPIE.
Tahun 2006
Tanggal 25 Januari 2006 kelompoktani
kakao Sejahtera
bersama kelompoktani kakao yang lain di Kecamatan Padaherang mendirikan Gabungan
Kelompoktani ( GAPOKTAN ) Banyu Metu Sejahtera, dengan Motto : “Tak Kan
Kuwariskan Air Mata, Tapi Akan Kuwariskan Mata Air dan Mata Pencaharian Untuk
Kesejahteraan Anak Cucu”. Slogan : ‘Tak Kusisakan Walau Sejengkal Tanah Untuk
Ditanami Komoditas SIKEPIS.
Tahun 2007
Awal 2007 Gapoktan Banyu Metu Sejahtera
melakukan pembinaan kelompoktani secara swadaya di Kecamatan
Padaherang
yang tersebar di 14 Desa (Paledah,
Maruyungsari, Sukanagara, Cibogo, Pasirgeulis, Karangmulya, Kedungwuluh,
Karangpawitan, Padaherang, Ciganjeng, Sindangwangi, Karangsari, Bojongsari,
Panyutran),
sebanyak 14 kelompoktani kakao, dengan program pertanian Sistem Integrasi Kakao
– Kambing – Padi – Itik – Entog ( KKPIE ), di integrasikan dengan Ternak Sapi,
sehingga menjadi Sistem Integrasi Kakao – Kambing – Entog – Padi – Itik – Sapi
(SIKEPIS).
Tahun 2008
Tahun Prestasi
Awal tahun 2008 Ketua Kelompoktani
Sejahtera Warino Ma’ruf Abdulloh yang sekaligus sebagai ketua
Gapoktan Banyu Metu Sejahtera Sebagai Kelompoktani Berprestasi Bidang
Perkebunan tingkat Kecamatan Padaherang dan menjadi utusan lomba petani
berprestasi tingkat kabupaten. Tanggal 13 Juni 2008 mendapat penghargaan dari
Bupati Ciamis dengan Nomor Piagam : 002/Kpts-417-Huk/2008.
Dilanjutkan dengan lomba tingkat
Provinsi Jawa Barat. Tanggal 18 Juli 2008 mendapat Piagam Penghargaan dari
Gubernur Jawa Barat sebagai Ketua Kelompoktani berprestasi tingkat Provinsi
yang mengintegrasikan Kakao, Ternak dan Pangan, dengan nomor piagam :
002/Kep.366-Kepeg/2008.
Dilanjutkan dengan lomba tingkat Nasional. tanggal
18 Desember 2008 mendapat piagam penghargaan Ketahanan Pangan dari Menteri
Pertanian RI atas Prakarsanya dan Prestasinya Dalam Upaya Pengembangan
Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Agribisnis Pangan Tahun 2008, serta
diundang ke Istana Presiden untuk menerima Piala Penghargaan Ketahanan Pangan
Tingkat Nasional.
2. Kondisi SIKEPIS Sekarang
Konsep SIKEPIS yang awalnya merupakan
program Gapoktan Banyu Metu Sejahtera, saat ini SIKEPIS menjadi Program
Keluarga Petani, Setiap Keluarga Petani Melakukan Kegiatan Usaha Tani SIKEPIS,
yang awalnya SIKEPIS adalah Sistem Integrasi Kakao-Entog-Padi-Itik-Sapi,
sekarang dikembangan
dengan komoditas spesifik lokal, K tidak lagi bermakna Kakao tapi semua
komoditas unggulan yang berawalan huruf K seperti Kakao, Kambing, Kelapa,
Kacang, Kapol, dll. E tidak lagi hanya Entog, tapi komoditas yang berawalan
huruf E, begitu juga komoditas yang berawalan huruf P, I, dan S.
SIKEPIS sekarang diterapkan untuk
demfarm SIKEPIS FARM di Dusun Cibadak RT 24, RT 25, RT 26, RT 27, RT 28 Desa
Paledah, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Dengan
Pendampingan Oleh Tim PUSDIKLAT LPPNU
Pondok Pesantren Petani Nusantara.
3. Harapan SIKEPIS Kedepan
Dengan keterbatasan kepemilikan lahan
petani perdesaan di Indonesia, yang rata-rata hanya 0,2 Ha per KK, maka kedepan
diharapkan SIKEPIS menjadi solusi program swadaya petani di Desa-Desa di
Indonesia. Dengan SIKEPIS diharapkan setiap keluarga petani dengan keterbatasan
lahan pertanian, tapi tetap mempu produktif dengan usaha tani SIKEPIS, sehingga
memiliki pendapatan Harian, Mingguan, Bulanan, Caturwulanan, Semesteran, dan
Tahunan. Sehingga Kemakmuran dan Kesejahteraan Petani Tidak Lagi Hanya Wacana
tapi benar-benar terwujud.
BAB IV
MENCERDASKAN PETANI SIKEPIS
1. Ketekunan dan Ketulusan Petani SIKEPIS
Pondok Pesantren
Petani
Nusantara
yang dikelola oleh petani SIKEPIS sebagai Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama PUSDIKLAT LPPNU, berfungsi untuk
meningkatkan kualitas Sumber Daya
Insani pertanian di perdesaan, baik kualitas fisik maupun
non fisik. Kualitas fisik menyangkut ciri kualitas yang bersifat lahiriah dan
bathiniyah. Kualitas ini melekat pada diri pribadi seorang petani. Sedangkan
kualitas non fisik menyangkut ciri kualitas yang bersifat bathiniyah dan
kejiwaan. Kualitas non fiisik tercermin dalam etos kerja produktivitas,
disiplin kerja, keswadayaan, dan berwawasan kemasa depan.
Petani SIKEPIS pendiri dan pengelola
Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU dalam membagi pengalaman,
pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya kepada sesama
petani lainnya lebih mengedepankan kualitas non fisik yang melekat pada
dirinya. Kualitas non fisik yang menonjol dalam pendampingan dan pembimbingan
kepada sesama
petani adalah ketekunan dan ketulusan hati untuk menjelaskan secara rinci dalam
bahasa sederhana tentang pengalaman keberhasilan dan pengetahuan yang
diperolehnya dalam agribisnis SIKEPIS pada lahan Usaha Tani yang menjadi tempat
belajar petani.
Petani pendiri dan pengelola Pondok
Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU, dalam menyuguhkan informasi
pada petani yang mengikuti pelatihan atau pemagangan, biasanya dijelaskan tanpa
menyembunyikan sedikitpun pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya.
Ketulusan untuk pintar dan cerdas
bersama dalam pengelolaan Usaha Tani sudah menjadi kebiasaan dan budaya yang
mengakar dikalangan petani SIKEPIS. Kondisi seperti ini juga mewarnai kelahiran
dan keberadaan Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU, sehingga
mendapat julukan “Mencerdaskan Petani Tanpa PAmrih”.
Dalam kontek pemberdayaan petani, nilai
ketekunan dan ketulusan pendiri dan pengelola Pondok Pesantren Petani Nusantara
dan PUSDIKLAT LPPNU sangatlah penting, mengingat keberagaman kondisi ekonomi
dan tingkat pendidikan petani. Sebagian besar petani di perdesaan merupakan
PETANI KECIL dengan kepemilikan lahan rata-rata hanya 0,2 hektar. Umumnya
petani di perdesaan masih berusaha tani untuk kepentingan keluarga dan masih
berorientasi produksi. Dengan kondisi yang demikian, peran Pondok Pesantren
Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU dalam mencerdaskan petani sangat dibutuhkan
dalam merubah pola pikir, perilaku dan sikap petani agar
mampu meningkatkan kesejahteraannya untuk mendapatkan kehidupan yang layak.
Ketekunan dan ketulusan petani SIKEPIS dalam pendampingan dan pembimbingan
petani kecil merupakan kunci keberhasilan dalam mewujudkan kesejahteraan
mereka.
2. Mendidik Petani Tanpa Pamrih
Pendirian Pondok Pesantren Petani
Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU di inisiasi oleh petani SIKEPIS yakni, Warino (Penggagas/Konseptor), Muhalim (Peternakan Domba /
Kambing), Mahfud (Tanaman Pangan), Iman Sakiran (Hortikultura), Titor Lesmana
(Peternakan Sapi), Suhadi (Makanan Olahan), Sutarmo (Perikanan Lele dan
Gurame), dan yang lainnya, struktur organisasi Pondok Pesantren Petani
Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU dibuat sesederhana mungkin, pengaturan tugas dan
fungsi disesuaikan potensi unggulan dan kemampuan yang dimiliki pengelolanya
untuk dikembangkan kepada petani lainnya. Standar biaya operasional termasuk
biaya pelatihan dan pemagangan tidak ditentukan dan dipatok besarannya oleh
pengelola Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU. Biaya
pelaksanaan pelatihan dan pemagangan lebih banyak menganut prinsip musyawarah
dan mufakat.
Dengan kondisi seperti diatas, dapat
dimaknai bahwa pada dasarnya pelatihan dan pemagangan yang dilaksanakan oleh
Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU menganut system
pembiayaan Verry Low Cost dengan kata
lain “Mendidik Petani Tanpa Pamrih”.
Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri,
bahwa di Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU kita akan
menemukan Insan Manusia yang berakhlak Mulia dan berkarakter. Insan berakhlak
mulia biasanya mempunyai keyakinan kuat bahwa “Sebaik-baiknya Manuusia Adalah
Yang Paling Banyak Manfaatnya Untuk Orang Lain”.
Karakter oleh Edi Sudewo (2011)
dikatagorikan dalam 3 karakter dengan nilai 19 nilai-nilai kebaikan yakni :
a)
Karakter
Dasar dengan 3 nilai kebaikan, yakni : Tidak Egois, Jujur dan Disiplin;
b)
Karakter
Unggul dengan 7 nilai kebaikan, yakni : Ikhlas, Sabar, Syukur,
Bertanggungjawab, Berkorban, Perbaiki Diri, dan Sungguh-Sungguh, dan;
c)
Karakter
Pemimpin dengan 9 nilai kebaikan, yakni : Adil, Arif, Bijaksana,
Ksatria/Berani, Tawadlu, Sederhana, Visioner, Solutif, Komunikatif, dan
Inspiratif.
3. Mencetak Regenerasi Petani Agribisnis
Peningkatan kompetensi SDM petani
melalui pelatihan teknis dan kewirausahaan, dan kepemimpinan serta moral etika
dalam berbangsa dan bernegara adalah sebuah keharusan. Peningkatan
kualitas SDM petani, merupakan masalah pelik yang dihadapi pemerintah dewasa
ini, mengingat kurang lebih 75% SDM petani memiliki tingkat pendidikan SD.
Kondisi ini menyulitkan untuk memacu peningkatan kompetensi dalam penerapan
ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap dengan cepat dan tepat. Masalah pelik
lainnya adalah bagaimana menanamkan kepercayaan dan keyakinan kepada generasi
muda, bahwa ber Usaha Tani yang berwawasan agribisnis dilahan mereka sendiri
jauh lebih baik dan menguntungkan serta lebih menjanjikan masa depan,
dibandingkan dengan menjadi pelaku urban di perkotaan dan migrasi ke Negara
lain.
Upaya menarik minat dan memikat generasi
muda pertanian untuk mewarisi tradisi orang tuanya sebagai petani, bukanlah hal
yang mudah, karena memerlukan konsep, pemikiran, kearifan, kreatifitas dan
perencanaan yang matang.
Regenerasi petani selama ini sudah
berlangsung secara alamiah, tetapi regenerasi tersebut hanya diwarisi oleh
petani muda yang juga pendidikannya tergolong rendah, sehingga kemampuannya
untuk mengembangkan Usaha Tani yang berorientasi Agribisnis sangat terbatas.
Untuk mencetak generasi muda pertanian
dalam rangka regenerasi petani kedepan, peran Pondok Pesantren Petani Nusantara
dan PUSDIKLAT LPPNU melalui Pelatihan Anak Tani
Remaja ( PATRA )
sangat strategis dalam pemberdayaan petani – petani remaja
yang pendidikannya lebih tinggi setingkat SLTA, Diploma, dan Sarjana.
Untuk meyakinkan mereka yang
pendidikannya lebih tinggi atau SLTA keatas, perlu diciptakan iklim yang
kondusif melalui pemberdayaan secara terencana dan berkelanjutan dengan
melaksanakan model – model pembelajaran
yang dapat memberikan contoh – contoh kongkrit
usaha agribisnis skala kecil dan menengah untuk dikembangkan sesuai potensi dan
kemampuan yang mereka miliki.
Contoh kongkrit paling sederhana adalah
SIKEPIS FARM. Salah satu upaya yang dilakukan oleh SIKEPIS FARM adalah
melalui kegiatan Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU dengan
pola Agri Training Camp Pelatihan Anak Tani Remaja ATC PATRA.
ATC PATRA pada dasarnya merupakan kegiatan untuk memperkenalkan pertanian
agribisnis secara menarik, nyata, aktif dan menantang dilapangan guna menumbuh
kembangkan minat bagi generasi muda agar mereka mempunyai pengetahuan,
keterampilan dan sikap terhadap usaha pertanian agribisnis secara komprehensif.
Kegiatan pada ATC PATRA dimulai dengan pengenalan Tanaman/Ternak/Ikan yang
bernilai ekonomi, pengenalan alat pertanian tradisional dan modern, pengelolaan
lahan dan air, pengenalan budidaya (dilahan dan tanpa lahan), panen, pasca
penen, pengolahan bahan baku dan produk hasil jadi, pengolahan limbah
pertanian, perikanan dan peternakan, dialog dengan pelaku usaha, pembinaan
mental spiritual.
Disamping pengenalan secara visual, juga
para peserta ATC PATRA diharapkan melakukan praktek kerja nyata langsung di
lahan usaha tani Pondok Pesantren Petani Nusantara dan PUSDIKLAT LPPNU agar
mereka merasakan sendiri proses dalam berusaha tani dan beragribisnis.
Dengan pendampingan dari fasilitator
(petani instruktur) yang terlatih, diharapkan para generasi muda memiliki
kepekaan dan tumbuh rasa cinta serta minat untuk tertarik dan menekuni usaha
pertanian dan agribisnis di perdesaan.
Agar generasi muda yang mengikuti ATC
PATRA tidak monoton dan jenuh mengikuti materi pelatihan, setiap sesi kegiatan
diselingi dengan ice breaking, dinamika kelompok bahkan out bound untuk
membangun capacity building.
Pelatihan ATC PATRA tidak sekedar
pelatihan dikelas dan observasi dilapangan, tetapi juga kerja nyata dengan
melakukan sendiri, sehingga proses pelatihan ini betul – betul berjalan
produktif, efisien dan efektif.
Adapun sasaran pesertanya adalah siswa
SLTP, SLTA, Madrasah Tsanawiyah, dan Aliyah serta masyarakat pertanian lainnya.
Pemilihan sasaran seperti ini, dimaksudkan untuk memperkenalkan secara dini
tentang prospek usaha pertanian agribisnis dimasa depan sekaligus meyakinkan
kepada generasi muda bahwa berusaha tani agribisnis itu bukanlah pekerjaan
kotor, tidak hanya dalam batas budidaya dan panen, tetapi generasi muda perlu diyakinkan
bahwa dengan berusaha tani secara terencana disertai inovasi teknologi tepat
guna, maka akan memberi hasil yang optimal dan menguntungkan serta dapat
menjadi pilihan pekerjaan yang mampu mensejahterakan mereka dimasa depan.
Materi ATC PATRA dirancang sesuai dengan
kualifikasi generasi muda, terutama dari usia dan tingkat pendidikannya. Oleh
karena itu, aktivitas pada ATC PATRA, materinya tidak digeneralisir tetapi
disesuaikan dengan usia sasarannya. Berdasarkan sasarannya pembinaan dan
pemberdayaan petani secara umum, dibagi dalam 3 (tiga) kelompok pendekatan
yaitu :
1.
Petani
Dewasa
2.
Taruna
Tani
3.
Petani
Remaja
Focus utama sasaran ATC PATRA adalah
Taruna Bumi dan Taruna Tani dengan pertimbangan kedua katagori tersebut masih
tergantung kepada orang tua dan belum menetapkan pilihan dan keputusan untuk
kehidupan masa depannya. Dengan demikian kedua katagori ini mempunyai peluang
untuk diberi motivasi dan keyakinan tentang prospek usaha tani agribisnis yang
menjanjikan kehidupan yang layak, adapun petani muda merupakan generasi muda
pertanian yang sudah mandiri dan berhasil dalam usaha taninya dan dapat
dijadikan mitra dalam program ATC PATRA ini, sebagai tempat kunjungan karena
keberhasilannya dalam berusaha tani dan beragribisnis di pedesaan.
BAB V
MEMBANGUN KESWADAYAAN
1. Petani Bangkit Menolong Diri Sendiri
Hampir 60% dari jumlah Penduduk Indonesia adalah Petani. Dalam kondisi
nyata, sebagian masyarakat perdesaan yang masuk dalam katagori petani gurem
digolongkan miskin karena mereka tidak memiliki penghasilan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan kehidupan kesejahteraannya. Terkadang pula masyarakat
perdesaan mempunyai peluang untuk membuka usaha kecil kecilan tetapi mereka
tidak memiliki modal finansial untuk mewujudkannya. Bencana alam, pergeseran
cuaca dan iklim yang tidak menentu, menjadi pelengkap kemiskinan tersebut.
Solusi untuk memecahkan permasalahan diatas tidak semudah membalikan
tangan, karena mata rantai permasalahannya sangat kompleks dan pemecahannya
harus dilakukan secara terpadu, terintegrasi, dan terkoordinasi dengan baik.
Upaya pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas SDM
dan perbaikan sarana dan prasarana infrastruktur perdesaan perlu ditangani
secara lebih substantif dan mendasar serta pelaksanaannya mengedepankan proses
yang menganut prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi /
penyederhanaan oleh semua instansi terkait, disertai niat tulus ikhlas untuk
memiliki kepedulian dan keberpihakan kepada keberdayaan masyarakat perdesaan,
khususnya petani kecil yang berpredikat “The
Have Little”.
Sedang solusi implementasi adalah mengembangkan upaya - upaya khusus yang
dapat mengantar masyarakat dan petani untuk Bangkit Menolong Dirinya Sendiri,
sehingga mampu berswadaya dan menumbuh kembangkan kemandiriannya.
Peran PUSDIKLAT LPPNU dan PATRA dipandang sangat penting untuk mendorong
perubahan secara terencana dalam upaya penanaman nilai nilai positif guna
tumbuh kembangnya semangat Bangkit Menolong Dirinya Sendiri agar dapat terwujud
kehidupan layak yang pada gilirannya dapat mengantarakan mereka ke jenjang
kesejahteraan yang lebih baik.
2. Berdikari, Mandiri Berbasis Kearifan Lokal
Petani SIKEPIS berdikari dalam ekonomi, agenda ini menekankan pada sikap
petani mewujudkan berdikari di bidang ekonomi, ini adalah antithesa terhadap
melunturnya kemandirian ekonomi petani sebagaimana berlangsung saat ini.
Dalam kontek keluarga petani, maka keluarga petani yang mandiri adalah
keluarga petani yang bergantung pada orang atau individu petani lain untuk
mendorong kemajuan dan keberlangsungan hidupnya dimasa mendatang. Disamping
itu, keluarga petani dapat juga disebut memiliki kemandirian apabila memiliki
kekuatan bertahan terhadap berbagai perubahan dan dinamika yang terjadi diluar
dirinya.
Untuk mencapai keluarga petani yang mandiri maka langkah awal yang harus
dipenuhi adalah memenuhi kebutuhan dasar, yang meliputi :
1. Pangan;
2. Layanan kesehatan;
3. Layanan pendidikan;
4. Pekerjaan dan ber-Usaha;
5. Perumahan;
6. Air bersih yang aman dan sanitasi baik;
7. Lahan Usaha Tani;
8. Sumber Daya Alam dan lingkungan hidup;
9. Keamanan;
10. Partisipasi.
Berbagai upaya dapat dilakukan oleh PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani
Nusantara dalam meningkatkan kemandirian petani dan keluarganya guna memenuhi
kebutuhan dasarnya.
Upaya yang utama adalah fokus pada pemberdayaan potensi yang dimiliki oleh
petani itu sendiri dengan mensinergikan pemanfaatan Sumber Daya Lokal (Kearifan
Lokal), baik yang berbentuk fisik maupun non fisik. Potensi fisik seperti
lahan/tanah, tanaman (Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan), ternak dan ikan,
dapat dioptimalkan pada produksi dan produktivitasnya oleh petani itu sendiri
melalui penerapan teknologi anjuran atau teknologi temuan petani, dengan
pendampingan dan bimbingan dari PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani
Nusantara. Sementara itu, potensi non fisik seperti keamanan, kemampuan,
kreatifitas, pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki oleh petani
sebelumnya dapat ditingkatkan melalui Pemagangan secara periodik dengan
menggunakan methode dan materi sesuai permasalahan dan kebutuhan nyata dari
petani yang bersangkutan.
3. Swadaya Sebagai Soko Guru Utama
Kelembagaan petani (Kelompoktani, Gapoktan, Asosiasi Komoditas, dan Badan
Usaha Milik Petani BUMP) dan kelembagaan PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren
Petani Nusantara merupakan dua lembaga yang ditumbuh kembangkan oleh, dari, dan
untuk petani, mempunyai misi dan tujuan yang sama, yaitu mensejahterakan
masyarakat petani di perdesaan melalui peningkatan kompetensi pengetahuan dan
keterampilan dalam usaha agribisnis. Tetapi kedua lembaga itu berbeda atau tak
sama dalam wujud pengelolaannya. Meskipun serupa tapi tak sama, kedua lembaga
itu dalam melaksanakan peran dan fungsinya selalu mengedepankan SWADAYA SEBAGAI
SOKO GURU UTAMA.
Adapun upaya penguatan kelembagaan Pelatihan Swadaya, dapat dilakukan
sesuai dengan latar belakang pembentukannya, yaitu diarahkan untuk mencetak
lebih banyak generasi petani terdidik guna mendorong tumbuh kembangnya jiwa
kewirausahaan agribisnis melalui proses Pembelajaran – Pemberdayaan –
Pemartabatan, antara lain pelatihan keterampilan, kewirausahaan, magang
agribisnis, kaji terap teknologi spesiifik lokalita, inkubasi Teknologi (Inkubasi adalah
suatu proses pembinaan, pendampingan, dan pengembangan yang diberikan oleh
Inkubator teknologi kepada peserta inkubasi), dan teknik agribisnis. Oleh karena itu PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara perlu
mendapatkan penguatan sesuai ciri khasnya sebagai berikut :
a. PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani Nusantara berciri
khas kemandirian, sehingga perlu difasilitasi dengan pendampingan usaha
agribisnisnya, dalam bentuk pelatihan kepemimpinan dan manajemen serta
permagangan teknis, kewirausahaan, akses modal dan pasar;
b. PUSDIKLAT LPPNU
Pondok Pesantren Petani Nusantara berciri khas keswadayaan, sehingga perlu
diberdayakan pengelolanya agar mampu mengembangkan informasi teknologi tepat
guna dan spesifik lokalita, melakukan desiminasi teknolog. diseminasi dapat
diartikan sebagai kegiatan penyebarluasan teknologi pertanian spesifik lokasi. Kegiatan
diseminasi teknologi pertanian bertujuan meningkatkan adopsi dan inovasi
pertanian hasil litkaji melalui berbagai kegiatan komunikasi, promosi dan
komersialisasi serta penyebaran paket teknologi unggul yang dibutuhkan dan
menghasilkan nilai tambah bagi berbagai khalayak pengguna dan menyelenggarakan
kegiatan penyebarluasan materi penyuluhan baik secara tercetak maupun media
elektronik (Sulaiman, 2003). Dalam penyebarluasan itu tersirat adanya harapan atau
respon terhadap materi yang disebarluaskan itu. Jadi diseminasi harus merupakan
proses penyampaian inovasi yang interaktif, dapat merubah pola pikir dan
tindakan orang yang terlibat di dalamnya, termasuk orang yang membawa inovasi itu
sendiri (Rogers, 1983). Perubahan yang diharapkan dari kegiatan diseminasi
adalah akan terjadi pada aspek kognitif (pengetahuan – P), afektif (sikap – S)
dan psikomotorik (keterampilan – K). Perubahan tersebut menuju ke arah yang
sesuai dengan konsep dan cara yang benar atau seharusnya.
c. PUSDIKLAT LPPNU
Pondok Pesantren Petani Nusantara sebagai lembaga
pelatihan dan permagangan perlu diperkuat agar dapat menjadi lembaga pelatihan
dan permagangan secara terstruktur dengan mengembangkan kurikulum, modul, silabus,
dan paket paket pembelajaran sesuai potensi komoditas yang dikembangkannya.
d. PUSDIKLAT LPPNU
Pondok Pesantren Petani Nusantara berciri khas
beradministrasi sederhana, perlu diperkuat dengan pelatihan atau bimbingan
administrasi, antara lain :
a. Pelatihan administrasi bagi sekretaris ;
b. Pelatihan administrasi keuangan bagi bendahara;
c. Bimbingan untuk memperoleh SIUP, TDP, NPWP, dll;
d. Bimbingan untuk memperoleh status Badan Hukum dari
KEMENKUM HAM
BAB VI
TRANSFORMASI INFORMASI DAN TEKNOLOGI
1. Menciptakan Akselerasi Informasi dan Teknologi
PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani
Nusantara mempunyai misi dan tujuan, yaitu mensejahterakan petani
perdesaan melalui peningkatan kompetensi pengetahuan dan keterampilan dalam
usaha agribisnis. Dalam pengelolaannya menciptakan Gerakan Akselerasi Informasi
dan Teknologi di bidang Pertanian Agribisnis.
2. Pusat Pelayanan Informasi dan Teknologi
PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani
Nusantara menerapkan sistem pembelajaran yang lebih bersifat
keterampilan teknis pertanian agribisnis yang ditularkan ke petani lain dan
sekitarnya berdasarkan pengalaman, keberhasilan dan keahlian pengelola melalui
proses pelatihan dan permagangan. Dengan keunggulan ketersediaan Sumber Daya
Alam dan Sumber Daya Insani, maka PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani
Nusantara mempunyai peluang untuk menjadi sentra Pelayanan
Informasi dan Teknologi dalam rangka pengembangan usaha agribisnis perdesaan
sesuai dengan karakteristik agroklimat dan potensi yang dimiliki.
Agroklimat dapat
diartikan = klimatologi Pertanian = ilmu iklim pertanian = meteorologi
Pertanian = ilmu cuaca pertanian.
Agroklimat adalah ilmu yang
memepelajari interaksi antara ilmu klimatologi dan ilmu pertanian untuk
mengetahui pengaruh cuaca (iklim) dan manfaat pengaruh-pengaruh tersebut untuk
usaha pertanian (World of Meteorology Organization). Agroklimat ini
merupakan acuan dalam dasar - dasar bisnis yaitu untuk perencanaan pemilihan
tanaman dan menganalisa tempat yang cocok untuk pembudidayaannya.
Tujuan
mempelajari ilmu Agroklimat
a.
Untuk menegtahui proses
pembentukan cuaca
b.
Pengaruh cuaca dalam
pertanian
c.
Analisis unsur dan pengendali
cuaca
d.
Pengklasifikasian iklim
e.
Iklim di Indonesia
f.
Pengeloaan cuaca (iklim) untuk
bidang pertanian (pemodelan anasir cuaca)
g.
Pemodelan sistem pertanian
h.
Dampak perubahan iklim
global terhadap pertania
i.
Pranata mangsa
Manfaat
memepelajari Agroklimat
a.
Dalam budidaya sebagai
pertimbangan dalam perencanaan kultur teknik, misalnya pertimbangan irigasi,
jarak tanam, waktu pemupukan, seleksi varietas pemindahan bibit, dll.
b.
Secara umum dapat mewaspadai
akibat dari cuca yang buruk
c.
Pemilihan tempat untuk suatu
tanaman
d.
Pemilihan tanaman untuk suatu
tempat
Pengembangan agribisnis di perdesaan membutuhkan kelembagaan yang mandiri
dan mampu berswadaya sekaligus sebagai sentra pelayanan informasi dan teknologi
bagi masyarakat petani perdesaan.
3. Pusat Pendidikan,
Pelatihan dan Konsultasi Petani
PUSDIKLAT LPPNU Pondok Pesantren Petani
Nusantara dapat menjadi titik simpul pemberdayaan petani
perdesaan. Selain berfungsi sebagai tempat pelatihan dan pemagangan juga
menjadi sentra pelayanan informasi dan teknologi. Peluang lainnya adalah
menjadi basis pengembangan teknologi temuan petani.
Dalam kapasitasnya sebagai lembaga pelatihan swadaya, PUSDIKLAT LPPNU
Pondok Pesantren Petani Nusantara juga diharapkan
dapat membantu mempercepat tranfer teknologi, akses informasi, dan pasar,
pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat, guna penciptaan lapangan kerja baru dan
pengurangan pengangguran dan kemiskinan di perdesaan. Bahkan sebagai pusat
komunikasi dan konsultasi petani.
BAB VII
SISTEM KEBERSAMAAN
EKONOMI BERDASARKAN MANAJEMEN KEMITRAAN
1. Sistem Kebersamaan Ekonomi
Berdasarkan Manajemen Kemitraan (SKE - BMK)
Pemberdayaan
Petani dan Kelembagaan
V
Dilaksanakan
Melalui
V
Sistem
Kebersamaan Ekonomi (Logis, Ekonomis, Harmonis)
V
Melalui
Aspek
V
SDM,
KELEMBAGAAN, BUDIDAYA, KEUANGAN, KEMITRAAN
V
Menggunakan
V
STRATEGI,
Berdasarkan
Akumulasi Aset, Modal, Keterampilan, Gagasan, Kebutuhan dan Komitmen Petani.
> Petani
(individu) dikembangkan dalam kesatuan ekonomi (kelompok produktif)
> Kelompok
Produktif menciptakan wadah Kebersamaan Ekonomi (Forum Koordinasi Manajemen Usaha
Tani=FKMUT)
> Seluruh
Kelompok Produktif bekerjasama dalam Koperasi Pertanian (KOPTAN)
V
METODE
>
Partisipatif
> Pendidikan
Orang Dewasa (POD)
> Spirit
Kemitraan
V
OUTPUT
> Petani
Pandai & Profesional
>
Kelembagaan Kuat & Berfungsi
> Produktivitas
Tinggi
> Sistem
Keuangan Transparan
> Hubungan
Kerjasama Harmonis.
BAB VIII
PEMBERDAYAAN PETANI SIKEPIS
1. Memberdayakan Potensi Masyarakat
Permasalahan utama di
masyarakat yang menjadi mitra kegiatan pengabdian adalah tidak termanfaatkanya
potensi dan sumber daya lokal dari sisi keterampilan wirausaha, maupun dana
untuk membangun kegiatan produktif yang meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga.
Tujuan utama kegiatan Pemberdayaan
Potensi Masyarakat adalah pemanfaatan lahan kurang produktif melalui
pengembangan wirausaha agribisnis bagi
masyarakat lokal sebagai mitra untuk meningkatkan nilai tambah perekonomian
keluarga. Adapun luaran kegiatan sebagai berikut:
1) Pemanfaatan
lahan tidak produktif melalui wirausaha agribisnis SIKEPIS,
2) Meningkatkan
keterampilan wirausaha agribisnis masyarakat
dalam pemberdayaan lahan,
3) Terbentuknya
kelompok usaha agribisnis untuk
mengelola wirausaha agribisnis SIKEPIS.
Metode Pemberdayaan yang
diterapkan untuk mencapai target luaran adalah
1) Analisis
situasi;
2) Identifikasi
permasalahan utama;
3) Studi
literatur;
4) Identifikasi
solusi yang ditawarkan kepada mitra;
5) Penyusunan
rencana dan jadwal pelaksanaan kegiatan;
6) Pelatihan
teknik dan budidaya SIKEPIS,
pengelolaan administrasi keuangan, dan pemasaran;
7) Pembentukan
kelompok usaha bersama untuk pengelolaan agribisnis SIKEPIS, pendampingan usaha bersama, merintis pembentukan koperasi,
monitoring kegiatan usaha bersama dan merumuskan tindakan pengembangan
wirausaha agribisnis SIKEPIS.
2. Model Pemberdayaan Petani Kecil
Pembangunan pertanian belum berdampak
pada peningkatan kesejahteraan petani. Sebagian besar petani adalah petani
kecil yang berpendapatan rendah dan tergolong miskin. Dari total penduduk
miskin sebanyak 29,89 juta jiwa (12,36 persen), sebanyak 19,93 juta jiwa berada
di perdesaan dan 13,5 juta adalah petani kecil dengan kondisi kesehatan dan
status gizi yang buruk, pendidikan yang rendah, besarnya jumlah tanggungan
keluarga, tanah yang tidak produktif dan kecilnya pemilikan lahan (BPS 2011;
Saragih 2011; Stamboel 2012).
Kondisi kemiskinan menyebabkan petani
kecil di Negara - negara
berkembang (termasuk Indonesia) menghadapi masalah ketidaktahanan pangan (FAO,
2003; Spring 2008). Keberpihakan pemerintah terhadap petani lemah diidentifikasi
dari:
Ø Penurunan
subsidi input,
Ø Lemahnya
kebijakan agraria dan proteksi pasar,
Ø Penyediaan
informasi dan inovasi,
Ø Pengembangan
Sumber Daya
Insani petani yang rendah dan kurangnya sarana prasarana
pertanian (Wahono 2011; Machfoedz 2011).
Akibatnya petani sulit mengakses input
produksi, informasi dan inovasi, pasar, modal dan sarana prasarana untuk
mendukung usaha tani.
Implementasi program pemberdayaan kerap
kurang berhasil dalam membangun Sumber Daya
Insani petani karena factor :
Ø Partisipasi
rendah,
Ø Program
tidak tepat sasaran karena informasi tidak akurat,
Ø Intervensi
pihak luar menyebabkan petani tidak terlibat dalam pengambilan keputusan,
Ø Teknologi
tidak sesuai kebutuhan,
Ø Informasi
dan inovasi pertanian
kurang dipahami dan diterapkan oleh petani karena ketidaksesuaian gaya bahasa,
Ø Saluran
dan media, pihak luar sering merasa lebih tahu sehingga mengabaikan pengetahuan
lokal (Ascroft & Masilela 2004; Anyaegbunam et al. 2004).
Pemberdayaan Petani Kecil Wolf (1985)
memberikan istilah peasant untuk
petani kecil yang dicirikan sebagai penduduk yang secara eksistensial terlibat
dalam cocok tanam dan membuat keputusan otonom tentang proses cocok tanam.
Mereka bertempat tinggal, bercocok tanam dan beternak di daerah pedesaan dan
pinggiran kota, memiliki pekerjaan pokok di bidang pertanian sebagai sumber
pendapatan untuk kelangsungan hidup.
Pemberdayaan memiliki arti yang beragam,
hakekat
pemberdayaan petani kecil adalah upaya meningkatkan kapasitas petani kecil agar
mereka memiliki kemampuan, kekuatan dan akses yang lebih besar terhadap
sumberdaya pembangunan guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas kehidupannya.
Petani yang berdaya memiliki pengetahuan dan ketrampilan, berperan dalam
mengambil keputusan dan mampu mengelola dan mengatasi masalah usaha tani.
Konsep Proses Pembelajaran Partisipatif
Freire (1970) mengkritik metode pembelajaran petani yang tidak partisipatif.
Menurutnya dibalik praktek penyuluhan pertanian terdapat suatu ideologi (implicit) struktur hirarkhis, vertikal,
kontrol sosial dan hubungan satu arah dari para ahli kepada petani yang pada
dasarnya tidak partisipatif.
Tujuan pendidikan adalah “mengisi”
petani dengan “pengetahuan” teknis. Freire menyebutnya “Banking Concept Education” yang menganggap pengetahuan adalah
entitas yang sudah selesai dan tidak akan dipertemukan dalam dialog subjek,
petani sebagai penerima pasif pengetahuan dari pihak luar. “Banking Concept Education” tidak
menumbuhkan sikap kritis refleksi terhadap kebenaran pengetahuan.
Freire (1970) juga menyatakan “petani
yang sungguh-sungguh belajar hanyalah mereka yang menyetujui apa yang
dipelajarinya dan menerapkan apa yang dipelajarinya kepada eksistensial
konkret. Sebaliknya petani yang hanya diisi oleh orang dengan “isi” yang tidak
disadarinya malah bertentangan dengan cara adanya, tidak dapat belajar karena
mereka tidak merasa ditantang dan “digugah”.
Pembelajaran petani melibatkan tiga
unsur yakni guru (penyuluh/petugas) dan murid (petani) sebagai subyek yang
sadar (cognitive), yang diperantarai
oleh obyek yang ingin diketahui dan yang dapat diketahui. Pembelajaran petani
diawali dengan penyadaran melalui belajar mengenal masalah, menafsirkan
masalah, mereflesikan dan melihat hubungan sebab akibat permasalahan dengan
realitas yang dihadapi serta mengambil tindakan mengatasi masalah. Rhoades
(1990) dan Leeuwis (2009) mengajukan paradigma baru proses pembelajaran petani
melalui penyuluhan dari model linier-top down ke intervensi komunikatif
bercirikan komunikasi partisipatif melalui dialog. Pendekatan ini memberikan
peran yang tinggi kepada petani untuk bersama-sama penyuluh dan peneliti
mengidentifikasi masalah, merencanakan, melaksanakan hingga tahap mengevaluasi
berbagai jenis informasi dan teknologi kepada petani. Akses dan Dukungan
Lingkungan Usaha Menurut Lionberger dan Gwin (1982) selain komunikasi, variabel
esensial untuk mendukung perubahan sosial petani yaitu ketersediaan suplai
input, pemasaran, penyediaan kredit, penyediaan informasi, dan ketersedian
fasilitas (pergudangan) dan infrastruktur. Sejalan dengan pendapat Lionberger
dan Gwin, Mosher (1978) menyatakan bila pertanian hendak dimajukan, maka petani
harus didukung dengan fasilitas jasa yang dikenal sebagai syarat pokok
pembangunan pertanian, terdiri dari:
Ø Pasar
untuk hasil usaha,
Ø Teknologi
yang senantiasa berubah,
Ø Tersedianya
sarana produksi dan peralatan secara lokal,
Ø Perangsang
produksi bagi petani dan pengangkutan.
ARAH TANTANGAN DI ERA GLOBALISASI
Menurut Saragih
(1998), makna terdalam era globalisasi dalam struktur perekonomian adalah
perdagangan bebas. Dalam perdagangan bebas berarti ada persaingan. Dalam
globalisasi tersebut yang akan bersaing adalah barang sekunder, yaitu produk
agroindustri. Di Indonesia bahan baku untuk industri tersedia, tetapi yang
menjadi kendala adalah penggunaan dan penguasaan teknologi modern yang
memperkuat agribisnis, atau penekanan masalah yang dihadapi dalam era
globalisasi adalah pada peningkatan SDM ( termasuk bagi para petani kecil).
Mendasarkan hal
di atas, maka arah pengembangan pertanian ke depan adalah agribisnis, yaitu
mengembangkan pertanian dan agroindustri atau industri yang mengolah hasil
pertanian dan jasa - jasa yang menunjangnya. Termasuk di dalam perikanan,
misalnya di Indonesia ini dari sisi penawaran, kita memiliki perairan laut
seluas 5,8 juta km2 dan garis pantai sepanjang 90 ribu km, adalah merupakan
basis kegiatan ekonomi perikanan yang sangat besar. Hal ini tentu belum
termasuk potensi perikanan air tawar, baik perairan umum (sungai dan danau),
budidaya kolam, budidaya ikan karamba / jaring apung, budidaya ikan rawa dan
budidaya ikan sawah yang juga masih terbuka luas. Khusus tentang arah
pembangunan perikanan dengan pendekatan agribisnis adalah dengan membangun dan
mengembangkan subsistim industri hulu perikanan ( pembenihan, industri
peralatan tangkap ikan, industri pakan ikan), subsistim budidaya pasca panen / tangkap,
subsistim pengolahan hasil perikanan dan perdagangan, dan subsistim jasa
penunjang ( R and D) dalam suatu sistim yang terintegrasi.
Masih menurut Saragih (1998) pengembangan agribisnis di Indonesia merupakan tuntutan perkembangan yang logis dan harus dilanjutkan sebagai wujud kesinambungan, penganekaragaman dan pendalaman pembangunan pertanian selama ini. Pengembangan agribisnis akan tetap relevan walau telah tercapai setinggi apapun kemajuan suatu negara. Bahkan agribisnis akan menjadi andalan utama bagi suatu negara yang masih sulit melepaskan ketergantungan pembangunan nasionalnya dari sektor pertanian dan pedesaan seperti Indonesia ini.
Beberapa alasan
lain untuk memperkuat pilihan pada agribisnis, adalah:
(1)
Tersedianya bahan baku yang
tersedia,
(2)
Akan memperluas daya tampung
tenaga kerja di sektor pertanian dan pedesaan, dan
(3)
Pengembangan agrobisnis dalam
skala kecil lebih mudah diarahkan untuk lebih bersahabat dengan lingkungan
(daripada industri besar), sehingga dapat menekan kerusakan lingkungan.
PEMBERDAYAAN MENUJU PETANI DAN NELAYAN KECIL MANDIRI
Konsep pemberdayaan masyarakat secara mendasar berarti menempatkan
masyarakat beserta institusi - institusinya sebagai kekuatan dasar bagi
pengembangan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Menghidupkan kembali
berbagai pranata ekonomi masyarakat untuk dihimpun dan diperkuat sehingga dapat
berperan sebagai lokomotif bagi kemajuan ekonomi merupakan keharusan untuk
dilakukan. Ekonomi rakyat akan terbangun bila hubungan sinergis dari berbagai
pranata sosial dan ekonomi yang ada didalam masyarakat dikembangkan kearah
terbentuknya jaringan ekonomi rakyat.
Dalam rangka
mencari solusi masalah ekonomi dan politik serta budaya yang dihadapi bangsa
Indonesia saat ini, semua pihak telah memberikan rambu - rambu untuk tidak
terjebak membuat ‘bungkus baru namun isi lama’. Dari berbagai tawaran
alternatif model pemberdayaan masyarakat, ‘model ekonomi kerakyatan’ secara
teoritik telah berkembang menjadi wacana baru saat ini.
Paradigma
pemberdayaan ekonomi rakyat sebenarnya bukan saja berupa tuntutan atas
pembagian secara adil aset ekonomi, tetapi juga merupakan keniscayaan ideologis
dengan semangat meruntuhkan dominasi - dominasi birokrasi dalam mengatur dan
menentukan berbagai bidang kehidupan rakyat. (Sasono, 1999). Untuk itu, maka
pemberdayaan ekonomi rakyat ( dalam penerapan untuk petani dan nelayan kecil)
berarti menuju kepada terbentuknya kemandirian petani dan nelayan itu, yaitu
berperilaku efisien, modern dan berdaya saing tinggi.
Perilaku
efisien artinya berpikir dan bertindak serta menggunakan sarana produksi secara
tepat guna atau berdaya guna. Berperilaku modern artinya mengikuti dan terbuka
terhadap perkembangan dan inovasi serta perubahan yang ada. Sedangkan berdaya
saing tinggi yaitu mampu berpikir dan bertindak serta menggunakan sarana
produksi atas dasar memperhatikan mutu hasil kerjanya dan kepuasan konsumen yang
dilayaninya (Sumardjo, 1999).
Gagasan
pemberdayaan ekonomi rakyat menurut Mahmudi (1999) adalah merupakan upaya
mendorong dan melindungi tumbuh dan berkembangnya kekuatan ekonomi lokal dan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) oleh masyarakat yang
berbasiskan pada kekuatan rakyat. Muatan gagasan ini tidak saja dituntut untuk
dapat mendayagunakan dan menghasilgunakan potensi sumber daya lokal untuk
kepentingan kesejahteraan rakyat, tetapi juga terlindunginya hak - hak rakyat
dalam pengelolaan sumberdaya lokal sesuai dengan kepentingan ekonomi dan
sosialnya.
Beberapa
pendekatan dan strategi dalam pemberdayaan masyarakat (Karsidi, 2001) menuju kemandirian
petani dan nelayan kecil, dapat ditempuh dengan berbagai upaya sebagai berikut
:
a.
Memulai dengan tindakan mikro dan
lokal. Proses pembelajaran rakyat harus dimulai dengan tindakan mikro dan
lokal, namun memiliki konteks makro dan global. Dialog mikro - makro harus
terus menerus menjadi bagian pembelajaran masyarakat agar berbagai pengalaman
mikro dapat menjadi policy input dan policy reform sehingga memiliki dampak
yang lebih luas. Petugas pemberdayaan / pendamping masyarakat tani dan nelayan
kecil seyogyanya diberikan kebebasan untuk mengembangkan pendekatan dan cara
yang sesuai dengan rumusan tuntutan kebutuhan setempat / lokal di wilayah
tugasnya masing - masing.
b.
Pengembangan sektor ekonomi
strategis sesuai dengan kondisi lokal (daerah). Karena masing - masing daerah
potensinya berbeda, maka kebijakan yang akan diberlakukan juga berbeda antar
daerah. Pemberlakuan kebijakan secara seragam untuk semua daerah harus
ditinggalkan.
c.
Mengganti pendekatan kewilayahan
administratif dengan pendekatan kawasan. Pemberdayaan masyarakat tidak mungkin
didasarkan atas kewilayahan administratif. Pendekatan kewilayahan administratif
adalah pendekatan birokrasi / kekuasaan. Pendekatan kawasan berarti lebih
menekankan pada kesamaan dan perbedaan potensi yang dimiliki oleh suatu kawasan
tertentu. Dengan pendekatan ini akan memungkinkan terjadinya pemberdayaan
masyarakat dalam skala besar dan lebih lanjut akan memungkinkan terjadinya
kerjasama antar kawasan yang lebih produktif.
d.
Membangun kembali kelembagaan
masyarakat. Peran serta masyarakat menjadi keniscayaan bagi semua upaya
pemberdayaan masyarakat, jika tidak dibarengi munculnya kelembagaan sosial,
ekonomi dan budaya yang benar - benar diciptakan oleh masyarakat sendiri.
Misalnya lumbung desa dan organisasi lokal lainnya dipersilahkan tetap hidup.
e.
Mengembangkan penguasaan
pengetahuan teknis. Perlu dipahami bersama bahwa desakan modernisasi telah menggusur
ilmu pengetahuan dan teknologi lokal dan menciptakan ketergantungan masyarakat
lokal pada input luar serta hilangnya kepercayaan diri yang sangat serius.
Temuan - temuan lokal oleh petani dan nelayan setempat harus mendapatkan
pengakuan sejajar dan dipersilahkan bebas berkompetisi dengan inovasi baru dari
luar. Pola penyuluhan yang bersifat sentralistik, topdown dan linier (Sumardjo,
1998) perlu diubah menjadi pendekatan yang lebih dialogis dan hadap masalah.
f.
Pengembangan kesadaran pelaku
ekonomi. Karena peristiwa ekonomi juga merupakan peristiwa politik atau lebih
dikenal dengan politik ekonomi, maka tindakan yang hanya ber-orientasi
memberikan bantuan teknis jelas tidak memadai. Pemberdayaan yang diperlukan
adalah tindakan berbasis pada kesadaran masyarakat untuk membebaskan diri dari
belenggu kekuatan ekonomi dan politik yang menghambat proses demokratisasi
ekonomi. Komitmen para petugas pemberdayaan masyarakat dan lembaga - lembaga
terkait pada pengembangan kemandirian petani dan nelayan kecil merupakan sesuatu
yang sangat diperlukan.
g.
Membangun jaringan ekonomi
strategis. Jaringan strategis akan berfungsi untuk mengembangkan kerjasama
dalam mengatasi keterbatasan - keterbatasan yang dimiliki kelompok ekonomi satu
dengan lainnya baik dalam bidang produksi, pemasaran, teknologi dan permodalan.
Salah satu yang sudah waktunya dibangun adalah jaringan infrastruktur
telekomunikasi dan sistim informasi pendukungnya yang memanfaatkan seperti
internet untuk membuka pintu gerbang seluas - luasnya bagi petani dan nelayan
atas informasi yang diperlukan bagi pengembangan usahanya ( setidanya memalui
mediasi para petugas penyuluh / pendamping pemberdayaan masyarakat).
h.
Kontrol kebijakan. Agar kebijakan
pemerintah benar - benar mendukung upaya pemberdayaan masyarakat, maka
kekuasaan pemerintah harus dikontrol. Sebagai contoh adalah keikutsertaan
organisasi petani dan nelayan dalam proses pengambilan keputusan tentang
kebijakan pertanian dan perikanan.
Dengan
memperhatikan arah tantangan pertanian dan perikanan yaitu seharusnya
dikembangkan ke arah agribisnis, maka perlu mendapat penekanan bahwa sasaran
strategis pemberdayaan masyarakat bukanlah sekedar peningkatan pendapatan
semata, malainkan juga sebagai upaya membangun basis - basis ekonomi yang
bertumpu pada kebutuhan masyarakat dan sumber daya lokal yang handal. Dalam
kerangka tersebut, keberhasilan upaya pemberdayaan masyarakat tidak hanya dapat
dilihat dari meningkatnya pendapatan masayarakat melainkan juga aspek - aspek
penting dan mendasar lainnya.
Beberapa aspek
penting yang perlu mendapatkan perhatian dalam pemberdayaan masyarakat petani
dan nelayan, antara lain :
a.
Pengembangan organisasi / kelompok
masyarakat yang dikembangkan dan berfungsi dalam mendinamisir kegiatan
produktif masyarakat, misalnya berfungsinya KTNA, HKTI, HNSI, dan organisasi
lokal lainya .
b.
Pengembangan jaringan strategis
antar kelompok / organisasi masyarakat yang terbentuk dan berperan dalam
pengembangan masyarakat tani dan nelayan, misalnya asosiasi dari organisasi
petani dan nelayan, baik dalam skala nasional, wilayah, maupun lokal.
c.
Kemampuan kelompok petani dan
nelayan kecil dalam mengakses sumber - sumber luar yang dapat mendukung
pengembangan mereka, baik dalam bidang informasi pasar, permodalan, serta
teknologi dan manajemen, termasuk didalamnya kemampuan lobi ekonomi. Di sinilah
maka perlunya ekonomi jaringan dipembangkan. Ekonomi jaringan adalah suatu
perekonomian yang menghimpun para pelaku ekomomi, baik dari produsen, konsumen,
service provider, equipment provider, cargo, dan sebagainya di dalam jaringan
yang terhubung baik secara elektronik maupun melalui berbagai forum usaha yang
aktif dan dinamis. Ekonomi jaringan ini harus didukung oleh jaringan
telekomunikasi, jaringan pembiayaan, jaringan usaha dan perdagangan, jaringan
advokasi usaha, jaringan saling belajar, serta jaringan lainnya seperti hasil
temuan riset dan teknologi / inovasi baru, jaringan pasar, infomasi kebijakan
dan pendukung lainnya yang dapat diakses oleh semua dan tidak dimonopoli oleh
kelompok tertentu ( Sasono, 2000).
d.
Pengembangan kemampuan - kemampuan
teknis dan manajerial kelompok - kelompok masyarakat, sehingga berbagai masalah
teknis dan organisasi dapat dipecahkan dengan baik. Di sini, selain masyarakat
sasaran (petani dan nelayan), juga para petugas penyuluh / pendamping
pemberdayaan masyarakat harus meningkatkan kompetensi diri sebagai petugas yang
mampu memberdayakan , karena banyak diantara mereka justru ketinggalan
kemampuannya dengan kelompok sasarannya.
Upaya
pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan kecil merupakan jalan yang masih
panjang dan masih penuh tantangan. Model pembangunan ekonomi yang sentralistik
dan sangat kapitalistik telah melembaga sangat kuat baik secara ekonomi,
politik maupun budaya, sehingga tidak mudah untuk menjebolnya. Hanya dengan
komitmen yang kuat dan keberpihakan yang tulus, serta upaya yang
sungguh-sungguh, pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan kecil tersebut
dapat diwujudkan.
Pemberdayaan
masyarakat petani dan nelayan kecil agar mampu menjawab tantangan di era
globalisasi ( yaitu menuju usaha agrobisnis) membutuhkan komitmen yang kuat
dari pemerintah, para pelaku ekonomi, rakyat, lembaga pendidikan, organisasi
profesi, serta organisasi-organisasi non pemerintah lainnya. Komitmen itu dapat
diwujudkan dalam bentuk memberikan kepercayaan berkembangnya
kemampuan-kemampuan lokal atas dasar kebutuhan setempat.
Penguatan peran
serta masyarakat petani dan nelayan kecil sebagai pelaku pembangunan, karena
harus didorong seluas-luasnya melalui program-program pendampingan menuju suatu
kemandirian mereka. Disamping itu pula, perlu pengembangan organisasi, ekonomi
jaringan dan faktor-faktor pendukung lainnya. Dengan usaha pemberdayaan
masyarakat yang demikian itu, mudah-mudahan dapat membebaskan mereka dari
kemiskinan dan keterbelakangan untuk menuju kehidupan yang lebih baik.
3. Pusat Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan
Kawasan agribisnis dikembangkan di
wilayah perdesaan, terutama dalam skala kecil dan menengah, dengan memanfaatkan
hasil pertanian dan tradisi usaha masyarakat setempat untuk mendukung
pernbangunan pertanian, pertumbuhan dan restruksi ekonomi perdesaan.
Pembangunan perdesaan akan dilakukan
dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada pembangunan pertanian dengan
memperhatikan karakteristik wilayah, sehingga kebijakan pembangunan akan makin
terarah dan sumber daya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara lebih optimal
dan terpadu. Dengan demikian diharapkan disparitas pertumbuhan pendapatan desa
dan kota dapat diperkecil, serta terciptanya lapangan kerja yang produktif pada
gilirannya dapat mengatasi kesenjangan antara daerah perkotaan dan perdesaan,
juga terwujudnya kondisi ekononomi rakyat di perdesaan yang kukuh dan mampu
tumbuh secara mandiri dan berkelanjutan.
Dengan memprioritaskan pendekatan
pemberdayaan masyarakat maka pembangunan pertanian akan tetap menjadi perhatian
utama. Sektor pertanian akan tetap menjadi tumpuan pemberdayaan ekonomi rakyat
dengan peningkatan kualitas usaha pertanian yang berwawasan agribisnis di
daerah perdesaan, dan sekaligus mengembangkan agroindustri yang mampu mendukung
proses transformasi struktural. Sehubungan dengan transformasi struktural,
pengembangan kawasan agribisnis akan semakin strategis peranannya mengingat alas
an - alasan
sebagai berikut :
Pertama, kegiatan
agribisnis mempunyai basis surnber daya yang kuat dan beraneka ragarn serta
merupakan basis kegiatan ekonomi masyarakat yang luas;
Kedua, kegiatan
agribisnis dan agroindustri mampu meningkatkan nilai tambah darr menyerap
tenaga kerja serta relatif lebih mudah dikendalikan dari penbemaran lingkungan;
Ketiga, produk - produknya
menghasilkan komoditas yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan pokok rakyat
serta ekspor secara bersaing.
Pengernbangan agribisnis diperkuat
dengan pengembangan lima komponen dasar yaitu :
Pertama, peningkatan
kualitas sumber daya manusia yang mencakup kualitas petani pengusaha agribisnis
dan aparat pemerintahan.
Kedua, pengembangan
teknologi
tepat guna yang mendukung produktivitas, mutu dan kelestarian sistem pertanian.
Ketiga, pengembangan
kelembagaan pembangunan pertanian dengan memperhatikan simpul -
simpul dan jaringan kelembagaan agribisnis serta kelembagaan pendukung lainnya
seperti kelembagaan pendanaan dan informasi.
Keempat, pengembangan
sumber daya biofisika yang meliputi pengembangan dan pemanfaatan lahan, air,
dan sumber daya hayati.
Kelima, pengembangan
sistem pendukung pertanian di tingkat lokal yang meliputi prasarana fisik seperti
transportasi, komunikasi, tenaga listrik, tata ruang dan tata guna tanah, serta
penyediaan berbagai sarana produksi,.pengolahan dan pemasaran hasilnya
Pengembangan agribisnis mernpunyai peranan
yang sangat penting dan strategis terutama
dalam kaitannya dengan :
1) Pengembangan
agribisnis lebih menjamin peningkatan efisiensi dan produktivitas masyarakat
pertanian, terutama bila proses pengembangan sistem agribisnis yang dilakukan
dibangun di atas landasan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan
penerapannya, dan
2) Pengembangan
agribisnis dapat berfungsi sebagai jembatan peralihan orientasi ekonomi
masyarakat dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa. Artinya,
agribisnis bisa menjadi motor penggerak proses industrialisasi perdesaan secara
berkelanjutan tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat serta fungsi
sumberdaya alam
dan lingkungan.
Namun demikian, pembangunan pertanian
yang didasarkan atas pengembangan agribisnis tersebut di atas harus pula
bertitik tolak dari kondisi nyata kinerja sistem pertanian nasional. Hal ini
sangat penting untuk diintegrasikan mengingat sistem agribisnis menuntut pola
baru dalam praktik pembangunan pertanian. Sementara itu sistem pembangunan
pertanian nasional memiliki ciri-ciri berikut :
1. Pusat
pembangunan pertanian nasional masih terkonsentrasi
di Pulau Jawa telah memiliki tingkat perkembangan ekonomi yang lebih
baik daripada pulau - pulau
lain Indonesia;
2. Tingkat
urbanisasi masyarakat pertanian perdesaan ke perkotaan lebih didorong oleh
lemahnya sistem ekonomi pertanian di perdesaan daripada ditentukan oleh
tingginya harapan - harapan
kehidupan yang lebih baik di perkotaan;
3. Sistem produksi
pertanian nasional didominasi oleh pola usaha tani'subsisten';
4. Struktur
permodalan di sektor pertanian masih relatif lemah;
5. Belum
berkembangnya penguasaan iptek untuk berbagai komoditas unggulan; dan
6. Masih ri:ndahnya
kualitas Sumber Daya
Insani pertanian secara relatif dari Sumber Daya
Insani yang berada di sektor industri dan jasa.
Mekanisme pemberdayaan masyarakat
menuntut berbagai bentuk pembaharuan pembangunan pertanian dan perdesaan.
Perubahan mendasar yang
pertama adalah mengintegrasikan agribisnis on farm dan off farm beserta
sub-sistem pendukungnya sebagai satu kesatuan sistem yang bisa ditangani penuh
oleh masyarakat pertanian. Namun demikian, ada beberapa komponen subsistem
pendukung, misalnya pengembangan infrastruktur pertanian dan perdesaan, yang
masih harus tetap berada dalam ranah (domain) publik
dengan pemerintah sebagai pemegang peran utama" Perubahan ini mempunyai
implikasi yang sangat luas dalam praksis pembangunan pertanian karena berbagai
aspek agribisnis yang selama ini dipersepsikan sebagai aspek di luar pertanian
harus sudah mulai diinternalisasikan ke dalam pembangunan
pertanian.
Perubahan mendasar yang kedua adalah
perubahan struktur investasi pembangunan. Bila struktur investasi pembangunan
nasjonal selama ini lebih bertumpu pada pembangunan perkotaan dan sector - sektor
ekonomi perkotaan seperti industri manufaktur, perbankan, dan permukiman, maka
pada
masa datang investasi pembangunan harus memberi perhatian yang lebih besar ke
pertanian dan perdesaan. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa sektor
pertanian dan perdesaan merupakan sektor yang menghidupi lebih dari separuh
rumah tangga nasional dan hampir separuh tenaga kerja nasional.
Oleh karenanya, adalah wajar bila
investasi pembangunan diarahkan lebih banyak pada sektor ini. Hal ini juga
penting artinya untuk merevitalisasi perekonomian perdesaan sehingga urbanisasi
yang saat ini sangat tinggi lajunya dapat dikurangi melalui pembangunan
pertanian dan perdesaan. Dalam pengertian pemberdayaan ekonorni rakyat,
investasi diartikan lebih luas dari yang umumnya dipahami masyarakat.
Investasi, dalam pengertian ini, akan berpengaruh terhadap perubahan sistem
nilai masyarakat. Investasi di sini bukan saja investasi dalam bentuk modal,
tetapi juga meliputi akumulasi modal manusia dan modal sosial. Dengan
pengertian ini, perubahan pola inrrestasi pembangunan akan merupakan hal yang
fundamental.
Dalam konteks pembangunan ekonomi
rakyat, investasi menjadi salah satu instrumen pemberdayaan masyarakat
pertanian yang fundamental. Dengan perubahan pola investasi ini sistem
agribisnis yang menguntungkan dan terjangkau masyarakat dapat dikembangkan.
Perubahan pola investasi pembangunan yang dimaksudkan. juga akan menjadi
rirekanisme penting dalam mengatasi kendala-kendala sistem pertanian.
Di samping kedua perubahan mendasar di
atas, upaya perwujudan agribisnis sebagai strategi pemberdayaan ekonomi rakyat
di perdesaan harus pula disertai dengan pengembangan hal - hal
sebagai berikut : Peningkatan kualitas sumberdaya manusia pertanian. Pengembangan
sunrberdaya manusia pertanian merupakan pondasi dasar untuk mewujudkan peningkatan
produktivitas dan kemandirian masyarakat pertanian. Sumber daya
manusia pertanian dan perdesaan yang berkualitas tinggi adalah prasyarat
pengembangan agribisnis dan sekaligus prasyarat
pengembangan sistem inovasi pertanian, termasuk di dalamnya teknologi dan
kelembagaan pertanian beserta perangkat - perangkat
pendukungnya. Hanya dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia pertanian
dan perdesaan yang tinggi sub-sistem off farm
agrobusiness yang selama ini berada di luar domain masyarakat pertanian akan
dapat diambil alih.
Pengembangan teknologi masyarakat yang
menjamin peningkatan produktivitas dan efisiensi tanpa harus membuat masyarakat
pertanian tersisih dari sistem pertanian secara struktural. Pengembangan
teknologi pertanian secara partisipatif perlu ditingkatkan. Pengembangan
kelembagaan pertanian baik formal maupun informal yang berkaitan dengan
penyediaan input, produksi, pengolahan dan peningkatan mutu produk, maupun
Pemasaran yang mampu mewadahi perubahan perilaku
komponen sistem agribisnis.
Dan, yang lebih penting lagi adalah
perlunya pemantapan tata ruang dan tata guna tanah serta kelembagaan pertanahan
yang mampu meningkatkan kinerja pertanian dan agribisnis, yang mampu menjamin
keamanan dan kenyamanan berusaha di bidang pertanian.
Demikian pula penataan jaringan
kelembagaan agribisnis yang meliputi pengembangan kelompok tani yang
terintegrasi dalam wadah koperasi pertanian, serta pembinaan kemitraan usaha
antara kelembagaan ekonomi petani dengan pelaku ekonomi skala besar BUMN dan
swasta, Pemanfaatan, pengembangan, dan peningkatan kualitas sumberdaya alam dan
lingkungan sehingga keberlanjutan sistem pertanian dapat dipertahankan dari
waktu ke waktu. Hal ini berimplikasi bahwa upaya konservasi sumberdaya alam dan
lingkungan merupakan bagian tidak terpisahkan dari sistem agribisnis.
Pengembangan factor - faktor
penunjang yang mampu menjamin perilaku optimal komponen - komponen
sistem agribisnis dalam mewujudkan visi dan misi yang telah disepakati. Faktor - faktor
penunjang ini terutama berupa pengembangan prasarana, pengaturan sistem
persaingan dan perdagangan, kelembagaan pendanaan agribisnis, dan lain
sebagainya.
Dari upaya pengembangan di atas,
pengembangan sumber daya
manusia
dan kelembagaannya merupakan upaya terpenting dalam pembangunan ekonomi rakyat
di perdesaan melalui strategi pengembangan agribisnis. Hal ini penting untuk
dilakukan secara terencana dan terpadu karena hanya dengan kualitas sumber daya
manusia perdesaan yang tinggi berbagai aspek agribisnis yang selama ini berada
di luar kontrol masyarakat pertanian dan perdesaan dapat dikelola dengan baik
oleh masyarakat perdesaan. Hal ini juga penting artinya bagi persiapan
masyarakat pertanian dan perdesaan dalam menghadapi persaingan yang semakin
terbuka baik di dalam negeri maupun dalam
arena internasional.
BAB IX
SIKEPIS SEBAGAI SOLUSI PETANI 100 TAHUN
1. Pondok Pesantren Petani Nusantara
MOTTO : “MENANAM HARI INI UNTUK 100 TAHUN KEDEPAN”
Visi Perjuangan Dakwah
Mewujudkan TRIPONDASI, TRIKARIMAH, TRISAKTI Dalam Kehidupan Seluruh
Masyarakat Nusantara
Misi Perjuangan Dakwah
1. TRIPONDASI
a. Membumikan Islam Nusantara;
b. Merawat Tradisi & Budaya Lokal Nusantara;
c. Mewujudkan Agribisnis & Melestarikan Lingkungan
Hidup.
2. TRIKARIMAH
a. Moral Karimah;
b. Keahlian Karimah
c. Pengabdian Karimah
3. TRISAKTI
a. Berdaulat Secara Politik;
b. Mandiri Bidang Ekonomi;
c. Berkepribadian Secara Sosial Budaya Nusantara.
Kegiatan Aplikatif
1) Pembelajaran – Pemberdayaan – Pemartabatan Kelompoktani;
2) Pembelajaran – Pemberdayaan – Pemartabatan Karang Taruna;
3) Pembelajaran – Pemberdayaan – Pemartabatan Wanita Tani
4) Pembelajaran – Pemberdayaan – Pemartabatan Pelajar &
Mahasiswa;
5) Pembelajaran – Pemberdayaan – Pemartabatan UMKM.
Pendidikan dan Pelatihan Aplikatif
a) Keterampilan IT dan Perbengkelan;
b) Sekolah Alam ( PAUD, RA/TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA,
PT);
c) Ngaji Religi/Kitab Kuning;
d) Ngaji Agribisnis Tanaman Pangan;
e) Ngaji Agribisnis Hortikultura;
f)
Ngaji Agribisnis
Peternakan;
g) Ngaji Agribisnis Perkebunan;
h) Ngaji Agribisnis Perikanan;
i)
Ngaji Agribisnis
Makanan Olahan;
j)
Ngaji Agribisnis
Pupuk Dan Obat - Obatan Pertanian Organik;
k) Ngaji Agribisnis Kerajinan Tangan;
l)
Ngaji Waroeng Tani
Nusantara;
m) Ngaji Koperasi.
SIKEPIS
Solusi Indonesia Kebersamaan Ekonomi Pertanian Insan Semesta
2. Kampoeng Petrokimia Gresik Sikepis
Visi :
”Dengan Iman dan Taqwa Kampoeng
Petrokimia Gresik Sikepis
Maju, Amanah, Nyaman, Tangguh, Aman, Produktif ”MANTAP” Dalam
Pengembangan Kewirausahaan Agribisnis Yang Berkelanjutan Melalui
Kegiatan Agribisnis Integrasi Kakao Kelapa Kambing Entog Padi Itik Ikan Sapi (SI-KEPIS).
Misi :
1)
Menumbuhkembangkan
kewirausahaan Agribisnis Sikepis.
2)
Meningkatkan
kualitas kesejahteraan Petani melalui kegiatan Agribisnis Integrasi Kakao –
Kelapa – Kambing – Entog – Padi – Itik – Ikan – Sapi (SI-KEPIS).
3)
Membangun
jaringan Agribisnis Sikepis
di Kabupaten Pangandaran.
4)
Mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya hayati Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan Perdesaan.
Tujuan :
1)
Meningkatkan
kesejahteraan Petani melalui kegiatan Agribisnis Sistem Integrasi – Kakao – Kelapa – Kambing – Entog – Padi – Itik – Ikan – Sapi (SI-KEPIS).
2)
Meningkatkan
kepemilikan asset produktif Petani
3)
Mewujudkan
etos kemandirian dalam komunitas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan Rakyat.
4)
Mengembangkan
potensi Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan.
5)
Membangun
sentra produksi Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan Rakyat untuk
memenuhi pasar dalam dan luar negeri.
Strategi :
1)
Pemberdayaan
dan pendampingan intensif Petani melalui kegiatan Agribisnis Sistem Integrasi –
Kakao – Kelapa – Kambing – Entog – Padi – Itik Ikan – Sapi (SI-KEPIS).
2)
Pemuliaan
dan Pengembangan Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan Rakyat.
3)
Pembangunan
Jaringan Pasar (Marketing Board / Bangsal Pemasaran).
3. Waroeng Tani Nusantara
4. Pelatihan Anak Tani Remaja PATRA Sebagai Regenerasi Petani
5. Sikepis Institute
A. Latar Belakang
Latar Belakang Pemberdayaan Petani adalah proses perubahan pola pikir, perilaku dan
sikap petani dari subsisten tradisional menjadi petani modern berwawasan
agribisnis melalui proses Pembelajaran – Pemberdayaan – Pemartabatan yang berkelanjutan. Program ini meliputi tiga
aspek, yaitu:
1) Pembelajaran – Pemberdayaan – Pemartabatan Sumber Daya Insani Petani;
2) Pembelajaran – Pemberdayaan – Pemartabatan Kelembagaan
Petani;
dan
3) Pembelajaran – Pemberdayaan – Pemartabatan Usahatani.
SIKEPIS INSTITUTE
sebagai kelembagaan Pembelajaran – Pemberdayaan -
Pemartabatan
petani diharapkan dapat secara langsung berperan aktif dalam pembangunan pertanian
melalui pengembangan Sumber Daya
Insani pertanian dalam bentuk permagangan bagi petani dan
masyarakat di Nusantara. Hal ini dilandasi oleh adanya fakta keberhasilan
petani maju dalam usahanya yang layak dicontoh dan ditiru oleh petani lainnya, sehingga
mendorong pemerintah untuk memotivasi petani maju tersebut dalam menumbuhkan
kelembagaan permagangan dari, oleh dan untuk petani.
Kelembagaan SIKEPIS INSTITUTE
sangat strategis untuk terus diberdayakan, baik dari aspek menajemen
permagangan, maupun pengembangan usaha agribisnis, sehingga
kontribusinya dalam mempercepat penerapan teknologi baru di bidang pertanian / agribisnis
di tingkat petani dan masyarakat perdesaan meningkat secara nyata. Hal ini
dipandang penting mengingat kapasitas pengelola SIKEPIS INSTITUTE
tersebut masih perlu ditingkatkan kemampuannya melalui pembinaan secara
berkesinambungan sehingga mampu membawa SIKEPIS
INSTITUTE sebagai
mitra kerja pemerintah dalam mengembangkan Sumber
Daya
Insani pertanian.
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pertanian BPSDMP Pusat dalam melaksanakan tugas umum
pemerintahan yang antara lain melaksanakan fungsi pengembangan pelatihan
pertanian, secara langsung bertanggung jawab terhadap tumbuh kembangnya SIKEPIS INSTITUTE. Pembinaan SIKEPIS INSTITUTE
dimaksudkan sebagai upaya meningkatkan kapasitas SIKEPIS INSTITUTE
dalam menyelenggarakan dan / atau
melaksanakan permagangan bagi petani dan masyarakat perdesaan. Pembinaan SIKEPIS INSTITUTE antara lain dilakukan melalui bimbingan
pelatihan dari aspek kelembagaan, sarana prasarana, ketenagaan, penyelenggaraan
permagangan, usaha dan jejaring kerja. Selain itu, Pemerintah melakukan
kegiatan klasifikasi SIKEPIS INSTITUTE, guna mendorong
pengelola SIKEPIS INSTITUTE untuk meningkatkan kualitas permagangan
secara terus menerus, sehingga SIKEPIS INSTITUTE mampu menjadi
pusat pelatihan pertanian yang berkualitas.
Pedoman Pembinaan Kelembagaan SIKEPIS INSTITUTE ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi
pengelola dan pemangku kepentingan lainnya dalam menentukan arah dan langkah - langkah
pembinaan, serta memberikan kepastian hukum tentang keberadaan kelembagaan SIKEPIS INSTITUTE.
B. Tujuan
Tujuan Pembinaan Kelembagaan SIKEPIS INSTITUTE:
1. Meningkatkan
kapasitas pengelola SIKEPIS INSTITUTE dalam
menyelenggarakan dan atau melaksanakan permagangan;
2. Meningkatkan
kualitas permagangan yang dilaksanakan oleh kelembagaan pelatihan pertanian
swadaya;
3. Menyediakan
acuan dalam menentukan arah dan langkah-langkah pembinaan SIKEPIS INSTITUTE.
C. Sasaran
Sasaran Pembinaan Kelembagaan SIKEPIS INSTITUTE:
1. Terbentuknya
SIKEPIS INSTITUTE di setiap Kecamatan
sebagai mitra kerja Pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengembangan sumber
daya manusia pertanian;
2. Terbentuknya
Forum Komunikasi (FK) SIKEPIS INSTITUTE di setiap
tingkat kabupaten/kota;
3. Meningkatnya
intensitas dan kualitas pelaksanaan permagangan di SIKEPIS INSTITUTE;
4. Terciptanya
kesamaan persepsi dan gerak langkah dalam melaksanakan pembinaan SIKEPIS INSTITUTE diantara pengelola, pembina dan
pemangku kepentingan SIKEPIS INSTITUTE lainnya;
5. Terciptanya
kondisi yang mendorong tumbuhkembangnya tanggungjawab sosial pengelola, pembina
dan pemangku kepentingan SIKEPIS INSTITUTE lainnya dalam
turut memajukan kelembagaan pelatihan swadaya;
6. Diperolehnya
dukungan penguatan kelembagaan SIKEPIS INSTITUTE dari seluruh
pemangku kepentingan.
D. Pengertian
Dalam hal
ini yang dimaksud dengan:
1. SIKEPIS INSTITUTE adalah lembaga permagangan pertanian
dan perdesaan yang didirikan, dimiliki, dan dikelola oleh petani secara
swadaya, baik perorangan maupun kelompok.
2. Magang adalah
salah satu metodologi pelatihan yang menekankan pada proses belajar sambil
bekerja secara langsung di lahan usahatani dengan menerapkan prinsip
pembelajaran orang dewasa.
3. Pengelola SIKEPIS INSTITUTE adalah petani atau kelompoktani yang
merencanakan dan menyelenggarakan permagangan bagi petani/ masyarakat di SIKEPIS INSTITUTE.
4. Forum Komunikasi
(FK) SIKEPIS INSTITUTE adalah lembaga berhimpunnya SIKEPIS INSTITUTE yang bersifat independen untuk menjembatani
dan memperjuangkan aspirasi anggotanya.
AZAS SIKEPIS INSTITUTE
1. Keswadayaan, SIKEPIS INSTITUTE dikembangkan
dengan tetap mejaga kemandirian melalui kemampuan memecahkan sendiri masalah
yang dihadapi baik masalah teknis, sosial maupun ekonomi.
2. Demokrasi Dalam
melaksanakan setiap kegiatan, pengelola SIKEPIS
INSTITUTE
dan pengguna jasa mengadakan kesepakatan dan keterlibatan bersama secara aktif.
3. Kekeluargaan, SIKEPIS INSTITUTE tumbuh dan
berkembang sebagai satu kesatuan keluarga yang utuh menjalin kekerabatan antara
pengelola dan fasilitator dengan peserta yang mengikuti permagangan.
4. Kemanfaatan,
Keberadaan SIKEPIS INSTITUTE dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat sekitar dan pengguna jasa lainnya.
5. Keterpaduan,
Penumbuhan dan pengembangan SIKEPIS INSTITUTE merupakan
bagian integral dari pembangunan pertanian dan perdesaan, sehingga tercapai
keselarasan, keserasian dan sinergi.
6. Kesederhanaan, Permagangan di SIKEPIS INSTITUTE dilaksanakan secara sederhana dan
bertahap sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa.
PRINSIP SIKEPIS INSTITUTE
1. Kemandirian,
Dukungan pihak lain tidak boleh menyebabkan ketergantungan SIKEPIS INSTITUTE, namun sebaliknya harus mampu mendorong
tumbuh kembangnya keswadayaan.
2. Kerakyatan,
Penumbuhan dan pengembangan SIKEPIS INSTITUTE dilakukan dari,
oleh dan untuk petani serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani
dan keluarganya dengan memanfaatkan secara optimal sumberdaya yang dimiliki.
3. Kemitraan, SIKEPIS INSTITUTE merupakan mitra
kerja pemerintah dalam pengembangan Sumber Daya Manusia pertanian, khususnya
petani dan masyarakat perdesaan.
4. Sinergi,
Keberadaan SIKEPIS INSTITUTE merupakan bagian integral dari
pembangunan pertanian / perdesaan
dan dilakukan dengan mengerahkan segala sumberdaya pada berbagai pemangku
kepentingan secara sinergis.
5. Berkelanjutan,
Aktivitas SIKEPIS INSTITUTE dilaksanakan sesuai kemampuan dan
kondisi setempat secara berkelanjutan.
PENUMBUHAN
SIKEPIS INSTITUTE
yang tumbuh dari, oleh dan untuk petani serta masyarakat luas lebih menekankan
pada pengembangan kemandirian dan keswadayaan petani. Untuk itu, proses
penumbuhan SIKEPIS INSTITUTE dilakukan melalui serangkaian kegiatan
bimbingan dan pelatihan untuk memotivasi dan mendorong terbentuknya SIKEPIS INSTITUTE. Penumbuhan SIKEPIS INSTITUTE
dilakukan melalui tahapan identifikasi potensi dan registrasi. Identifikasi
potensi dilakukan oleh kelembagaan Pondok Pesantren
Petani Nusantara
untuk menilai:
1. Profil petani/kelompoktani
dalam pengelolaan usahanya;
2. Frekuensi dan
intensitas kunjungan, konsultasi dan magang yang dilakukan oleh
petani/kelompoktani lain ke petani/kelompoktani tersebut.
Hasil identifikasi tersebut digunakan
sebagai dasar pertimbangan bagi kelembagaan Pondok Pesantren Petani Nusantara dalam meregistrasi SIKEPIS INSTITUTE. Registrasi dilakukan terhadap SIKEPIS INSTITUTE yang sudah diidentifikasi oleh
kelembagaan Pondok Pesantren Petani Nusantara. SIKEPIS INSTITUTE terdaftar dapat
membentuk FK- SIKEPIS INSTITUTE sbb:
1. FK- SIKEPIS INSTITUTE kabupaten/kota dapat dibentuk apabila
di wilayah kabupaten/ kota bersangkutan telah terbentuk paling kurang 5 SIKEPIS INSTITUTE terdaftar;
2. FK- SIKEPIS INSTITUTE provinsi dapat dibentuk apabila dalam
provinsi bersangkutan telah terbentuk paling kurang 9 SIKEPIS INSTITUTE
terdaftar; Bagi kabupaten/ kota dan atau provinsi yang belum memenuhi syarat
pembentukan FK- SIKEPIS INSTITUTE, maka P4S di
daerah tersebut berkoordinasi dengan FK- SIKEPIS
INSTITUTE
provinsi dan atau FK- SIKEPIS INSTITUTE nasional.
PENGEMBANGAN
Pengembangan SIKEPIS INSTITUTE
merupakan serangkaian kegiatan pembinaan melalui bimbingan dan pelatihan oleh
pembina untuk meningkatkan secara bertahap kapasitas SIKEPIS INSTITUTE
dalam menyelenggarakan dan atau melaksanakan permagangan. Bimbingan dan
pelatihan pengembangan SIKEPIS INSTITUTE meliputi
aspek-aspek :
1. Kelembagaan,
Pengembangan kelembagaan SIKEPIS INSTITUTE ditempuh melalui
pengembangan organisasi, manajemen dan administrasi yang menunjang kapasitasnya
dalam penyelenggaraan dan atau pelaksanaan permagangan bagi petani dan pengguna
jasa lainnya.
2. Sarana dan
prasarana. Pengembangan sarana dan prasarana ditempuh melalui pemenuhan
kelengkapan SIKEPIS INSTITUTE secara mandiri sampai memenuhi standar
pelayanan minimal. Sarana dan prasarana tersebut tersediri atas:
kesekretariatan, dan proses belajar mengajar.
3. Ketenagaan,
Pengembangan kapasitas ketenagaan SIKEPIS INSTITUTE ditempuh
melalui pelatihan bagi pengelola, pelatih/ fasilitator, dan sumberdaya manusia
lainnya.
4. Penyelenggaraan
dan atau Pelaksanaan Permagangan,
Pengembangan penyelenggaraan dan atau pelaksanaan permagangan dilakukan melalui
pelatihan, bimbingan, dan konsultasi secara sistematis dan berkelanjutan.
5. Usaha dan
Jejaring Kerja,
Pengembangan usaha dilakukan melalui peningkatan skala usaha, teknologi, dan
diversifikasi produk serta pemasaran.
Pegembangan jejaring kerja meliputi:
1) Jejaring
kerja usaha,
2) Jejaring
kerja permagangan.
Pengembangan jejaring kerja usaha dapat
dilakukan dengan memanfaatkan peluang kerjasama dengan berbagai mitra usaha
pengelola SIKEPIS INSTITUTE, maupun dengan kelembagaan permagangan
lainnya.
KLASIFIKASI DAN SERTIFIKASI
A. KLASIFIKASI
Klasifikasi SIKEPIS INSTITUTE
merupakan proses penilaian atas pelaksanaan kegiatan usaha SIKEPIS INSTITUTE yang telah didaftar. Penilaian
dilaksanakan berdasarkan kriteria atau tolok ukur persyaratan minimal yang
harus dipenuhi untuk menentukan klasifikasi SIKEPIS INSTITUTE.
Persyaratan pelayanan minimal yang harus
dipenuhi untuk suatu SIKEPIS INSTITUTE sebagai
berikut:
1. Mempunyai
lahan/kegiatan usahatani/agribisnis/industri perdesaan yang layak dicontoh,
ditiru, dan dipelajari oleh petani atau masyarakat lainnya;
2. Melayani
masyarakat untuk kegiatan magang, berlatih, berkonsultasi, belajar, atau
berkunjung;
3. Mempunyai
peralatan pertanian sederhana, sesuai dengan skala dan jenis usahataninya;
4. Memiliki
ruang belajar dan sarana akomodasi bagi peserta, baik di rumah petani pengelola
maupun di rumah petani lain di sekitarnya;
5. Mempunyai
fasilitator, baik pengelola SIKEPIS INSTITUTE sendiri maupun
dari dinas/ instansi pemerintah/swasta yang terkait;
6. Memiliki
kepengurusan SIKEPIS INSTITUTE yang dilengkapi dengan rincian tugas
serta tanggung jawab masing-masing secara jelas;
7. Melakukan
pembukuan administrasi umum SIKEPIS INSTITUTE, antara lain:
buku tamu; inventarisasi barang; buku agenda surat masuk dan keluar; buku
daftar peserta pelatihan; stempel; buku notulen rapat; buku daftar petani/
kelompoktani binaan; buku nota kerjasama/kemitraan dan buku administrasi
keuangan, buku kegiatan;
8. Memiliki
materi/modul pelatihan/permagangan sesuai dengan bidang usaha yang diunggulkan,
baik berkaitan dengan agribisnis berbasis tanaman pangan, perkebunan,
hortikultura, peternakan maupun pertanian terpadu;
9. Mempunyai
rencana kegiatan permagangan tahunan;
10. Memiliki
papan nama SIKEPIS INSTITUTE dengan alamat lengkap.
Klasifikasi dilakukan oleh Tim Klasifikasi
yang dibentuk oleh Pondok Pesantren Petani
Nusantara.
Tugas Tim Klasifikasi SIKEPIS INSTITUTE sebagai berikut
:
1. Mengorganisasikan
seluruh kegiatan klasifikasi SIKEPIS INSTITUTE;
2. Melakukan
koordinasi dengan Pondok Pesantren Petani
Nusantara
untuk memperoleh daftar SIKEPIS INSTITUTE yang akan
diklasifikasi;
3. Melakukan
penilaian lapangan;
4. Melakukan
penilaian administrasi dan teknis;
5. Melakukan
koordinasi internal tim;
6. Menerbitkan
berita acara hasil klasifikasi.
Klasifikasi dilakukan untuk menentukan
kelas SIKEPIS INSTITUTE dalam katagori SIKEPIS INSTITUTE
pemula, madya atau utama, dilakukan setiap 3 (tiga) tahun sekali. Hasil
penilaian akan menentukan materi pembinaan SIKEPIS INSTITUTE
untuk dapat meningkatkan klasifikasinya. Klasifikasi ini diinformasikan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan FK- SIKEPIS
INSTITUTE
kepada masyarakat agar dapat mengetahui kualitas SIKEPIS INSTITUTE
yang ada.
B. SERTIFIKASI SIKEPIS INSTITUTE
Sertifikat klasifikasi diberikan kepada SIKEPIS INSTITUTE yang memenuhi persyaratan standar
minimal oleh Pondok Pesantren Petani Nusantara dalam bentuk
Keputusan. Sertifikat menunjukkan kelas SIKEPIS
INSTITUTE
Pemula, Madya atau Utama. Sertifikat ditinjau kembali setiap 3 (tiga) tahun sekali.
MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN SIKEPIS INSTITUTE
A. Monitoring dan
Evaluasi
Monitoring dilakukan oleh Tim Penilai
Klasifikasi SIKEPIS INSTITUTE dalam bentuk kunjungan ke lokasi SIKEPIS INSTITUTE secara berkala dan/ atau pelaporan oleh
SIKEPIS INSTITUTE untuk mengetahui:
1. Kemajuan
pelaksanaan penumbuhan dan pengembangan SIKEPIS
INSTITUTE.
2. Kapasitas SIKEPIS INSTITUTE dalam menyelenggarakan pelatihan/
permagangan bagi petani/masyarakat
3. Permasalahan
yang dihadapi SIKEPIS INSTITUTE dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
4. Kapasitas SIKEPIS INSTITUTE dalam mengembangkan jejaring kerja,
baik dalam usaha maupun dalam penyelenggaraan permagangan.
5. Manfaat dan
dampak keberadaan SIKEPIS INSTITUTE bagi petani dan
masyarakat sekitar dalam percepatan penerapan teknologi maju dibidang
pembangunan pertanian dan perdesaan.
B. Evaluasi
Dari hasil monitoring dilakukan evaluasi
dengan memberikan alternatif pemecahan masalah dan rekomendasi pengembangan SIKEPIS INSTITUTE selanjutnya.
C. Pelaporan
Laporan pelaksanaan kegiatan dibuat oleh
ketua SIKEPIS INSTITUTE dan disampaikan kepada kelembagaan yang
menangani penyuluhan pertanian di kabupaten/ kota dengan tembusan kepada Kepala
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian melalui Kepala Pusat
Pengembangan Pelatihan Pertanian setiap 6 (enam) bulan sekali, paling kurang
memuat:
1) Pelaksanaan
permagangan bagi petani/ masyarakat.
2) Hambatan yang
dihadapi P4S dalam pelaksanaan kegiatannya.
3) Pengembangan
jejaring kerja, baik dalam usaha maupun dalam penyelenggaraan
pelatihan/permagangan.
4) Pemanfaatan dan
dampak keberadaan petani dan masyarakat sekitar dalam percepatan penerapan
teknologi maju di bidang pembangunan pertanian dan perdesaan.
5) Upaya yang
dilakukan guna mengatasi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan.
Pedoman Pembinaan Kelembagaan Pelatihan
Swadaya agar dapat dilaksanakan oleh para pemangku kepentingan dalam
pemberdayaan masyarakat tani untuk diarahkan dan mewujudkan kelembagaan
pelatihan petani yang profesional. Pedoman ini bersifat dinamis dan akan
dilakukan perubahan sesuai dengan dinamika dan tuntutan perkembangan
kelembagaan pelatihan petani.
6. Dasa Usaha Tani
Konsep Pertanian Petani
Kampung Yang Ortodok Sepertiku. Selama Ini Petani Sepertiku Hanya Di Kenalkan
PANCA USAHA TANI dan SAPTA USAHA TANI, TIDAK pernah
mendengar dari manapun dan dari siapapun Gerakan DASA USAHA TANI.
Gagasan
DASA USAHA TANI Lahir Dari Kampung, DASA USAHA TANI dilahirkan di Dusun Cibadak
Desa Paledah Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran Jawa Barat.
Dengan DASA USAHA TANI mari bersama kita Gaungkan
dan Gerakan Serta Wujudkan Untuk Kemakmuran & Kesejahteraan Petani.
PANCA
USAHA TANI DALAM PERTANIAN
1.
Penggunaan Bibit ( Benih ) Unggul
2.
Pengolahan Tanah Yang Baik
3.
Pemilihan Pupuk Yang Lengkap dan Baik
4.
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
5.
Pengairan Atau Irigasi Yang baik
SAPTA
USAHA TANI DALAM PERTANIAN
1.
Penggunaan Bibit ( Benih ) Unggul
2.
Pengolahan Tanah Yang Baik
3.
Pemilihan Pupuk Yang Lengkap dan Baik
4.
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
5.
Pengairan Atau Irigasi Yang baik
6.
Pasca Panen ( Setelah Panen )
7.
Pemasaran Hasil Panen
DASA
USAHA TANI DALAM PERTANIAN
1.
Penggunaan Bibit ( Benih ) Unggul.
2.
Pengolahan Tanah Yang Baik
3.
Pemilihan Pupuk Yang Lengkap dan Baik
4.
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman.
5.
Pengairan Atau Irigasi Yang baik
6.
Pasca Panen ( Setelah Panen )
7.
Pemasaran Hasil Panen
8.
Diversifikasi Pertanian
9.
Mekanisasi Pertanian (Alat dan Mesin Pertanian)
10.
Permodalan (Bank Pertanian)
DASA USAHA TANI DALAM PERTANIAN
1.
Penggunaan Bibit ( Benih ) Unggul.
Pemilihan bibit unggul adalah langkah pertama yang dilakukan
oleh para petani pada sapta usaha tani. Bibit unggul adalah jenis bibit yang
memiliki sifat-sifat menguntungkan bagi peningkatan produksi pangan. Pemilihan
bibit sangat berpengaruh besar pada hasil panen yang akan dihasilkan nantinya.
Berikut ini adalah beberap jenis bibit padi yang unggul dan berkualitas :
· IR, dan IR 64
· PB 5, dan PB 8
· Bramo
· Rajalele
· Cisadane
Pemilihan bibit unggul juga sangat menunjang akan hasil padi
yang dihasilkan nantinya. Adapun ciri-ciri benih yang baik adalah sebagai
berikut :
· Berlabel
· Bermutu tinggi
· VUTW (Varietas unggul tahan wereng)
· Kemampuan berproduksi tinggi.
2.
Pengolahan Tanah Yang Baik.
Proses kedua yang dilakukan pada DASA USAHA TANI adalah
pengolahan tanah secara baik. Mengolah tanah bertujuan agar tanah yang ditanami
dapat menumbuhkan tanaman secara baik dan membuahkan hasil yang berlimpah.
Sebagai masyarakat agraris, bangsa Indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal
cara-cara mengolah tanah agar mendapatkan hasil pertanian untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari. Beberpa alat sederhana yang dulu digunakan diantaranya :
cangkul, garu, garu tangan, bajak, landak, dan lain sebagainya.
Makin maju peradaban manusia, makin canggih pula alat
alat-alat dan teknik yang digunakan untuk mengolah lahan pertanian. Pada zaman
yang makin maju dewasa ini, pemakaian cangkul dan bajak sebagai alat untuk
membalik tanah agar tanah menjadi gembur telah diganti dengan pemakaian
traktor. Dengan demikian bercocok tanam di sawah lebih ringan, cepat, mudah dan
hasilnya lebih sempurna. Namun, traktor juga mempunyai dampak negatif pada
tanah yang dibajak, diantaranya: bajak yang terdapat pada traktor tidak dapat
membalik tanah dengan sempurna dan bahan bakar minyak yang digunakan pada
traktor dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Dikarenakan hasil panen juga
dipengaruhi oleh kondisi tanah maka kita harus memilih tanah yang baik. Berikut
ini adalah syarat-syarat tanah yang baik adalah:
a) Memiliki cukup rongga udara, gembur, dan tidak padat.
b) Mengandung banyak unsur organic
c) Banyak mengandung mineral dan unsur hara
d) Mampu menahan air
e) Memiliki kadar asam dan basa tertentu.
3. Pemilihan Pupuk Yang Lengkap dan
Baik.
Pemupukan
Memberikan
pupuk pada tanaman pada prinsipnya adalah memberikan zat-zat makanan yang
diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Secara alamiah, di dalam tanah telah
terkandung beberapa unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Namun
masih perlu ditambah untuk mandapatkan jumlah unsur hara yang sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Pemupukan harus dilakukan dengan tepat, baik dalam jumlah
pupuk, masa pemupukan maupun jenis pupuknya. Hilangnya unsur hara dalam tanah
bukan saja karena diserap oleh tumbuhan, tetapi juga mungkin karena erosi atau
pengikisan tanah oleh air. Apabila erosi dibiarkan berlarut-larut, tanah akan
menjadi kritis, yaitu tanah tidak lagi mengandung unsur hara sehingga tidak
dapat ditanami oleh tumbuhan.
Pupuk
dapat digolongkan menjadi beberapa jenis menurut proses terjadinya/cara
pembuatanya, menurut asalnya, dan menurut unsur hara yang terdapat/terkandung
di dalamnya. Berdasarkan proses terjadinya/proses pembuatannya pupuk dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu:
·
Pupuk Alami
Pupuk
alami adalah pupuk yang terbentuk atau proses pembuatannya secara alamiah,
yakni dari proses pembusukan yang dilakukan oleh mikroorganisme atau makhluk
pengurai(Detrivor) yang menguraikan bangkai, sampah, atau kotoran hewan atau
manusia menjadi tanah yang mengandung unsur-unsur hara yang sangat diperlukan
bagi pertumbuhan tanaman. Berikut ini adalah beberapa contoh daripada pupuk
alami diantaranya :
·
Pupuk kompos: Pupuk kompos adalah pupuk alamiah yang berasal dari sisa-sisa
tumbuhan yang bermacam-macam.
·
Pupuk hijau: Pupuk hijau adalah pupuk alamiah yang berasal dari sisa-sisa
tumbuhan terutama polong-polongan/kacang- kacangan, daun, batang,dan akar.
·
Pupuk kandang: Pupuk kandang adalah pupuk alamiah yang berasl dari sisa-sisa
penguraian mikroorganisme.
·
Pupuk guano: Pupuk guano adalah pupuk yang berasal dari kotoran burung.
·
Pupuk Buatan
Pupuk
buatan adalah pupuk yang sengaja dibuat di pabrik-pabrik pupuk dan mengandung
zat-zat yang sesuai dengan keperluan pertumbuhan tanaman. Pupuk buatan ini ada
yang khusus dibuat untuk pertumbuhan daun, khusus untuk bunga, atau khusus
untuk bunga. Pemakaian pupuk buatan sangat praktis dan lebih berdaya guna
dibandingkan dengan pupuk alami. Dalam penggunaanya, pupuk buatan dapat diatur
seberapa besar zat yang dibutuhkan oleh tanaman. Berikut ini adalah beberapa
pupuk yang tergolong sebagai pupuk buatan, diantaranya:
·
NPK (Nitrogen Pospor Kalum)
·
ZA (Zwafel Zuur Amonia)
·
TSP (Triple Super Pospor)
·
DSP (Double Super Pospor)
·
ESP (Engkel Super Pospor)
Cara
Pemberian pupuk yang Tepat
Pemupukan
yang baik salah satunya dapat kita lakukan melalui cara pemupukan yang tepat 4
tepat, yaitu:
·
Tepat Dosis jumlah pupuk yang diberikan sesuai dengan jumlah pupuk yang
dibutuhkan tanaman (tidak boleh terlalu banyak atau terlalu sedikit)
·
Tepat Jenis: pupuk yang diberikan sesuai dengan jenis tanaman.
·
Tepat Waktu: pupuk yang diberikan sesuai dengan waktu pemberian pupuk bagi
tanaman.
·
Tepat Tempat: pupuk yang diberikan disesuaikan pada tempat dimana tumbuhan
dapat menyerap dengan cepat. Pada tumbuhan padi tempat yang baik adalah di
dekat akar.
4.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman.
Proses selanjutnya adalah pemberantasan hama,gulma,dan
penyakit. Pada prinsipnya pemberantasaan hama,gulma,dan penyakit bertujuan
untuk mencegah tanaman mati karena diserang oleh hama,gulma, atau penyakit
tanaman. Serangan hama dan penyakit tanaman akan nmenurunkan tingkat
produktifitas tanaman bahkan gagal sama sekali. Maka dari itu proses ini sangat
diperhatikan. Berikut ini adalah beberapa hama dan penyakit yang dapat
menyerang tanaman
Penyakit
Penyakit tanaman merupakan mikroorganisme yang merugilan dan mengganggu oleh virus, jamur,dan jasad renik lainnya yang perkembangbiakannya cepat. Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit yang menyerng tanaman padi: · Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyriclaria Oryzae yang menyerang padi gaga pada bagian daun, tangkai malai, maupun pada gabah berupa bercak-bercak. · Penyakit Helminthosporium menyerang bagian daun dan menimbulkan bercak-bercak merah kecoklatan
Gulma
Gulma adalah organisme pengganggu yang berupa tumbuhan yang berkembangbiaknya cepat. Eceng gondok merupakan salah satu gulma air yang dapat merusak saluran irigasi pada tanaman karena akar eceng gondok dapat menyebabkan pendangkalan aliran air.
Hama
Hama adalah organisme pengganggu yang berupa hewan yang berkembangbiaknya cepat. Contoh hama antara lain adalah wereng, belalang, ulat,dan tikus.Cara pengendalian Hama, Gulma, dan Penyakit pada Tanaman Pada tahun1998, para petani didaerah Lampung dikejutkan oleh oleh meledaknya populasi belalang kembara yang menyerang tanaman padi. Para petani terpaksa membakar tanaman padi mereka untuk memusnahkan hama tersebut. Hal ini tentu sangat merugikan, baik bagi petani maupun bagi dunia pertanian lainnya.
Kejadian seperti diatas mungkin saja terjadi di daereh lain.
Mungkin dengan hama yang sama atau hama yang berbeda, misalnya wereng atau
tikus. Bahkan, sangat dimungkinkan panen gagal karena serangan penyakit dan
gulma tanaman. Karena itu, hama, penyakit, dan gulma tanaman harus
dikendalikan, baik secara biologi, fisis, mekanis, kimiawi,dan radiasi.
a.
Pengendalian
secara Biologi
Pengendalian secara biologi adalah pengendalian hama dan
penyakit dengan menggunakan pemangsa/predator hama atau penyakit tersebut.
Misalnya, pengendalian tikus sawah menggunakan ular sawah. Pengendalian hama
secara biologi tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Namun, pengendalian
hama dengan cara ini juga mempunyai kelemahan yaitu dapat menimbulkan hama
baru.
b.
Pengendalian
secara Fisis
Pengendalian secara fisis adalah pengendalian hama dengan
cara dipanaskan atau dibakar. Misalnya, pada padi yang telah dipanen batang
padi yang tersisa dibakar. Pengendalian dengan cara ini menimbulkan efek buruk
yaitu dengan timbulnya kabut asap hasil dari pembakaran.
c.
Pengendalian
secara Mekanis
Pengendalian secara mekanis adalah pengendalian hama tanpa
menggunakan bahan kimia maupun hewan pemangsa. Pengendalian secara mekanis
sampai sekarang masih digunakan oleh para petani pada saat membasmi gulma
disawah. Alat-alat yang digunakan diantaranya sabit, sorok, atau cangkul kecil.
Namun kelemahannya adalah tidak dapat digunakan untuk lahan yang luas karena
akan memakan banyak waktu
d.
Pengendalian
secara Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi adalah pengendalian dengan
menggunakan bahan-bahan kimia atau obat-obatan pestisida yang meliputi:
•Herbisida untuk membasmi rumput dan tanaman liar
•Fungisida untuk membasmi jamur
•Algasida untuk membasmi ganggang
•Ovisida untuk membasmi telur suatu hama
•Larvasida untuk membasmi larva
•Insectisida untuk membasmi serangga
•Malakosida untuk membasmi siput
•Rodentisida untuk membasmi hewan pengerat.
Namun, pemakaiannya harus diatur dan dapat meusak lingkungan.
e.
Pengendalian
secara Radiasi
Pengendalian secara radiasi adalah pengendalian hama dengan
zat radio aktif. Namun, hal ini hanya dapat dilakukan terhadap hewan jantan.
5.
Pengairan Atau Irigasi Yang baik
Untuk meningkatkan produksi perlu diatur sistem irigasi atau pengairan
yang baik karena air merupakan kebutuhan vital bagi tanaman. Selain membantu
pertumbuhan tanaman secara langsung, air bagi lahan petanian juga berfungsi
membantu mengurangi atau menambah kesamaan tanah. Air membantu pelarutan
garam-garam mineral yang sangat diperlukam oleh tumbuhan. Akar tumbuhan
menyerap garam-garam mineral dari dalam tanah dalam bentuk larutan. Pemberian
air atau pengairan pada tumbuhan padi tidak boleh terlalu banyak maupun terlalu
sedikit. Jika air yang diberikan terlalu banyak akan mengakibatkan pupuk atau
zat makanan disekitar tanaman akan hilang terbawa oleh air. Sebaliknya, jika
terlalu sedikit tumbuhan akan mati karena tidak mendapatkan air.
6.
Pasca Panen ( Setelah Panen )
Pascapanen
adalah tahap penanganan hasil tanaman pertanian segera setelah pemanenan.
Penanganan pascapanen mencakup pengeringan, pendinginan, pembersihan,
penyortiran, penyimpanan, dan pengemasan. Karena hasil pertanian yang sudah
terpisah dari tumbuhan akan mengalami perubahan secara fisik dan kimiawi dan
cenderung menuju proses pembusukan. Penanganan pascapanen menentukan kualitas
hasil pertanian secara garis besar, juga menentukan akan dijadikan apa bahan
hasil pertanian setelah melewati penanganan pascapanen, apakah akan dimakan
segar atau dijadikan bahan makanan lainnya.
Penanganan
pascapanen berbeda dengan pengolahan pangan karena tidak mengubah struktur
fisik dan susunan kimiawi primer dari hasil pertanian secara signifikan. Dalam
bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau
perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas
berada di tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut
pasca produksi (postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau
tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing).
Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan
primer (primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua
perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau untuk
persiapan pengolahan berikutnya. Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah
bentuk penampilan atau penampakan, kedalamnya termasuk berbagai aspek dari
pemasaran dan distribusi. Pengolahan (secondary processing) merupakan tindakan
yang mengubah hasil tanaman ke kondisi lain atau bentuk lain dengan tujuan
dapat tahan lebih lama (pengawetan), mencegah perubahan yang tidak dikehendaki
atau untuk penggunaan lain. Kedalamnya termasuk pengolahan pangan dan
pengolahan industri. Penanganan pasca panen bertujuan agar hasil tanaman tersebut
dalam kondisi baik dan sesuai/tepat untuk dapat segera dikonsumsi atau untuk
bahan baku pengolahan.
7.
Pemasaran Hasil Panen.
Langkah-langkah
strategi pemasaran yang dapat diaplikasikan adalah :
a)
Mengembangkan
Strategi dan Rencana Pemasaran Pemasaran dan Nilai Pelanggan;
b) Mengidenti!ikasi Segmen dan "arget Pasar;
c) Mengumpulkan informasi dan Memindai Lingkungan.
d) Komponen Sistem Informasi Pemasaran Modern;
e) Melaksanakan Riset Pemasaran dan Meramalkan Permintaan;
f)
Membangun
Nilai, (epuasan, )an %oyalitas Pelanggan;
g) Menganalisis Pasar (onsumen;
h) Membentuk Positioning Merek;
i)
Menghadapi
Persaingan;
j)
Mengembangkan
Strategi dan Program Penetapan Harga;
k) Menentukan Strategi Produk;
l)
Merancang
dan Mengelola Jasa;
8.
Diversifikasi Pertanian.
Diversifikasi
Pertanian Adalah usaha penganekaragaman
jenis usaha atau tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan pada salah
satu hasil pertanian. Diversifikasi pertanian dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu :
Memperbanyak
jenis kegiatan pertanian, misalnya seorang petani selain bertani juga beternak
ayam dan beternak ikan. Memperbanyak jenis tanaman pada suatu lahan, misalnya
pada suatu lahan selain ditanam jagung juga ditanam padi ladang.
Bagaimanapun,
gejolak perubahan iklim akhir-akhir ini sangat berpengaruh terhadap sektor
pertanian, terutama terhadap produksi dan produktivitas tanaman, baik itu
komoditas tanaman pangan ataupun hortikultura. Petani pun harus menanggung
resiko merugi akibat kemerosotan produksi maupun gagal panen.
Menghadapi tantangan gejolak iklim memang tidak
mudah. Perlu usaha serius dan juga kreatif untuk menyikapi banyak perubahan
yang terjadi di sektor pertanian. Mengurangi ketergantungan pada satu komoditas
melalui upaya diversifikasi usaha tani menjadi salah satu cara yang bijak untuk
menyelamatkan usaha tani para petani.
9.
Mekanisasi Pertanian (Alat dan
Mesin Pertanian)
Setiap
perubahan usaha tani melalui mekanisasi didasari tujuan tertentu yang membuat
perubahan tersebut bisa dimengerti, logis, dan dapat diterima. Diharapkan
perubahan suatu sistem akan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan dan sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum, tujuan mekanisasi pertanian
adalah :
a. Mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga
manusia;
b.
Mengurangi kerusakan produksi pertanian;
c.
Menurunkan ongkos produksi;
d.
Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi;
e.
eningkatkan
taraf hidup petani;
f.
emungkinkan
pertumbuhan ekonomi subsisten (tipe pertanian kebutuhan keluarga) menjadi tipe
pertanian komersil (comercial farming)
Tujuan tersebut di atas dapat dicapai apabila penggunaan dan pemilihan alat mesin pertanian tepat dan benar, tetapi apabila pemilihan dan penggunaannya tidak tepat hal sebaliknya yang akan terjadi (Rizaldi, 2006).
10.
Permodalan (Bank Pertanian)
Seiring disahkannya Rancangan Undang- undang (RUU)
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (P3). Ada banyak hal positif yang
diharapkan mampu mendukung era pemberdayaan petani di masa depan. Salah satunya
adalah kewajiban pemerintah terkait pembiayaan perlindungan dan pemberdayaan
petani melalui pendirian bank bagi petani maupun lembaga pembiayaan petani.
Pembentukan bank petani tersebut ditujukan bagi pelaksanaan kegiatan penyaluran
kredit bagi petani dengan persyaratan sederhana dan prosedur cepat.
Yang
dimaksud dengan persyaratan sederhana adalah penjaminan agunan oleh pemerintah
atau penyaluran kredit tanpa agunan. Ke depannya, selain melaksanakan
penyaluran kredit, bank petani juga menyalurkan kredit bersubsidi dan/atau
pembiayaan kepada petani melalui lembaga keuangan pertanian bukan bank dan/atau
jejaring lembaga keuangan mikro agrobisnis. Ide dan wacana pendirian bank
petani di Indoensia sebetulnya isu lama yang belum terealisasikan hingga
kini.
kalo di malaysia ada AgroBank (klik : agrobank.com).
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bank
pertanian adalah bank atau lembaga keuangan yang mengkhususkan diri untuk
memberikan pinjaman bagi petani dan nelayan. Bank pertanian dapat dimiliki oleh
negara maupun dikelola oleh swasta.
Dalam
sejarah, sistem perekonomian syariah mengkhususkan untuk memberikan pinjaman
kepada petani, dan petani boleh membayarnya dengan hasil pertanian yang
dipanennya. Sistem ini dikemukakan kembali oleh Syafi'i Antonio pada tahun 1999
untuk diimplementasikan di Indonesia.
BAB X
PENUTUP
Konsep pemberdayaan
masyarakat secara mendasar berarti menempatkan masyarakat beserta institusi - institusinya sebagai kekuatan
dasar bagi pengembangan ekonomi, politik, sosial, dan
budaya menghidupkan kembali berbagai pranata ekonomi masyarakat untuk dihimpun
dan diperkuat sehingga dapat berperan sebagai lokomotif bagi kemajuan ekonomi
merupakan keharusan untuk dilakukan ekonomi rakyat akan terbangun bila hubungan
sinergis dari berbagai pranata sosial dan ekonomi yang ada didalam masyarakat
dikembangkan kearah terbentuknya jaringan ekonomi rakyat.
Pemberdayaan petani menurut
Kepala Badan SDMP dilakukan dengan 5 (lima) jurus yakni :
(1) Kegiatan agrisbisnis harus berorientasi pasar (kuantitas, kualitas, dan
kontinuitas);
(2) Usaha agribisnis harus menguntungkan dan comparable dengan usaha lainnya;
(3) Agribisnis merupakan kepercayaan jangka panjang;
(4) Kemandirian dan daya saing usaha;
(5) Komitmen terhadap kontrak usaha.
Pemberdayaan kelembagaan petani
meliputi :
(1) Petani sub sisten tradisional yang telah berubah menjadi petani moderen
berwawasan agribisnis difasilitasi untuk membentuk kelembagaan petani melalui
proses partisipatif dan “bottom-up”;
(2) Untuk membentuk kelembagaan petani yang kokoh, perlu disusun suatu instrumen
pemberdayaan kelompok tani.
(3) Instrumen pemberdayaan kelompok tani yang perlu dipertimbangkan antara lain
:
a. Adanya interest/kepentingan yang sama di antara petani dalam kelompok;
b. Adanya jiwa kepemimpinan dari salah satu petani di dalam kelompok;
c. Adanya kemampuan manajerial dari petani di dalam kelompok;
d. Adanya komitmen dari petani untuk membentuk kelembagaan petani;
e. Adanya saling kepercayaan di antara petani di dalam kelompok.
Pemberdayaan usahatani meliputi
kegiatan:
(1) Fasilitasi kelompok usaha tani yang tidak feasible dan tidak bankable
melalui bantuan langsung masyarakat untuk mengembangkan usaha agribisnis;
(2) Mendorong kelompok usaha tani yang tidak feasible dan tidak bankable
menjadi usaha yang feasible tetapi belum bankable;
(3) Fasilitasi kelompok usaha tani yang feasible tetapi belum bankable dengan
Kredit Kredit Usaha Rakyat ( KUR ) untuk mengembangkan usaha agribisnis;
(4) Mendorong kelompok usaha tani yang feasible tetapi belum bankable menjadi
usaha yang feasible dan bankable;
(5) Untuk mendukung kelompok usaha tani yang feasible dan bankable, Pemerintah
perlu menciptakan iklim usaha yang kondusif agar investasi domestik dan
investasi asing masuk ke sektor agribisnis.
Petani SIKEPIS adalah Petani yang tidak menjual Padi,
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya menjual komoditas SIKEPIS selain Padi, Demi
Menjaga Ketahanan Pangan 100 Tahun.
Panembahan Agung Kajoran adalah Murid dari Sunan Gunung
Jati Cirebon dan sering disebut sebut dalam Babad Cirebon dan Naskah Naskah
Kuno Cirebon dengan nama Sunan Kajoran. Panembahan
Agung Kajoran adalah cikal bakal seluruh wangsa Kajoran di Pulau Jawa yang
banyak menurunkan ulama ulama besar yang menyebar di seluruh nusantara.
DI BAWAH INI ADALAH SILSILAH NASAB PANEMBAHAN AGUNG KAJORAN
/ SUNAN KAJORAN :
• Nabi Muhammad SAW
• Fatimah Az-Zahra
• Al-Husain putera Ali bin Abu Tholib dan
Fatimah Az-Zahra binti Muhammad
• Al-Imam Sayyidina Hussain
• Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin bin
• Sayyidina Muhammad Al Baqir bin
• Sayyidina Ja’far As-Sodiq bin
• Sayyid Al-Imam Ali Uradhi bin
• Sayyid Muhammad An-Naqib bin
• Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi bin
• Ahmad al-Muhajir bin
• Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah bin
• Sayyid Alawi Awwal bin
• Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah bin
• Sayyid Alawi Ats-Tsani bin
• Sayyid Ali Kholi’ Qosim bin
• Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)
• Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
• Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir
(Nasrabad, India) bin
• Sayyid Abdullah Al-’Azhomatu Khan bin
• Sayyid Ahmad Shah Jalal @ Ahmad Jalaludin
Al-Khan bin
• Sayyid Syaikh Jumadil Qubro @ Jamaluddin
Akbar Al-Khan bin
• Sayyid Maulana Malik Ibrahim Asmoroqandi /
Syech Samsu Tamres bin
• Sunan Ampel Denta bin
• Pangeran Tumapel / Syech Kambyah / Pangeran
Lamongan bin
• Sayyid Kalkum Wotgaleh / Panembahan Agung
Adipati Ponorogo Kaping 2 bin
• Pangeran Maulana Mas Kajoran / Panembahan
Agung Kajoran / Sunan Kajoran bin
• K Drewak
• K Kedungpane (Nayadiwangsa)
• NY Anggadiwangsa
• NY Wagen
• NY Do
• NY Nawintana
• NY Wanadirana + K Wanadirana
• NY Jemasih + Sakarya
|
Pondok Pesantren Petani Nusantara Sang Cipta Rasa, Sikepis Trah Manunggal Miftahul Ikhsan, Membangun Pertanian Agribisnis SIKEPIS SIKEPIS Sistem Integrasi KEPIS : K=Kakao,Kelapa,Kambing,Kelinci,Karet,dll. E=Entog,Enau,dll. P=Padi,Pepaya,Palawija,dll. I=Itik,Ikan,dll. S=Sidat,Sapi,Sayuran,Sagu,dll. Motto : Menanam Hari Ini Untuk 100 Tahun Kedepan. Aspek Dakwah : Agama - Budaya - Agribisnis/Kemakmuran. Alamat Desa Paledah, Kec. Padaherang, Kab. Pangandaran JaBar.
Selasa, 28 Agustus 2018
BUKU SIKEPIS 100 TAHUN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ERA TASHAWWUF SOCIETY 6.0
Sosialisasi : GENERASI BARU ABAD 21 ERA TASHAWWUF SOCIETY 6.0 (Ki Ageng Sapujagat Al Kajorani Al Jawi) > Revolusi Industri 4.0 mengg...
-
SILSILAH DARI RAJA BRAWIJAYA V : >Brawijaya V >Bondan Kejawen + Nawangsih binti Jaka Tarub >Kyai Ageng Getas P...
-
terimakasih atas respon anda. admin ASAL MULA MANUSIA Asal Kejadian Allah SWT pertama kali menjadikan cahaya atau nur yang disebut Nur Mu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar